Diselamatkan

1048 Kata
"Mobil Umay di mana ya? perasaan aku uda nyari dari tadi, kok gak ketemu-ketemu sih?" Raka bertanya pada dirinya sendiri, seraya celingukan ke arah luar mencari keberadaan mobil Umay. "Masa iya Umay ninggalin aku, gak yakin aku mah. Umay kalau dibilang suruh nunggu pasti nunggu," Raka terus mencari-cari keberadaan mobil Umay. "Malah jalanan sepi banget lagi, takut aku kalau Umay kenapa-kenapa," ujar Raka pelan. Jika Raka sedang mencari keberadaan Umay, Umay sendiri saat ini sedang berusaha menyelamatkan diri dari dua penjahat yang ingin membunuhnya. "Ayo masuk!!" lelaki itu mendorong-dorong Umay supaya masuk ke dalam mobilnya, namun dengan sekuat tenaga Umay langsung menendang perut lelaki itu. Bughh!! "Awwww!!" lelaki itu langsung meringis kesakitan, melihat kesempatan itu Umay langsung melarikan diri dengan cepat. Umay berlari sekuat tenaga meski dia tak tau harus lari ke mana, yang ada dipikirannya saat ini adalah kabur sejauh-jauhnya. "Tolong!!! tolongg!! tolong!!!" Umay berteriak sangat kencang, berharap ada orang yang menolongnya. "Woy!! jangan kabur lo!!! kalau lo kabur kita bakalan bunuh lo lebih sadis lagi!!" dua lelaki misterius itu mengejar Umay dengan kencang, mereka tak mau kehilangan mangsa. Umay yang takut langsung menoleh ke belakang, mengecek sejauh apa jaraknya dengan kedua lelaki misterius itu. "Ya Allah, lindungi aku," Umay menangis, cemas, takut dan khawatir bercampur aduk menjadi satu. "Berganti, anj-" Brakkk!!! "Hahahhaa ... yang namanya rezeki gak akan ke mana. Akhirnya mangsa kita jatuh juga. Mampus kan lo!!! kematian lo bakalan lebih sadis dari yang lo pikirkan!!!" "Ayo cepat tangkap!!" intruksi salah satu lelaki itu. Kedua lelaki misterius itu langsung berlari kencang, mengejar Umay yang sedang jatuh di atas aspal. "Awww ... sakit," Umay meringis kesakitan. Memegang dengkul kakinya yang berdarah dan terluka lebar. Kedua sikunya juga sama, terluka lebar sampai-sampai mengeluarkan banyak darah. "Kalau emang nasib aku mati dengan cara seperti ini, aku pasrah. Aku uda capek lari, kaki dan tanganku sakit. Sejauh apa pun aku lari, aku juga gak akan bisa pergi dari mereka." Cairan bening itu perlahan tumpah dari kelopak mana Umay, dadanya naik turun menahan tangis yang semakin sesak. "Mampus!!" kedua lelaki itu langsung menangkap Umay, menyeret Umay menuju mobilnya kembali. "Ayo ikut!!! gak usah kabur lo!! pasrah aja dengan ajal yang sebentar lagi menjemput!" Umay diseret seperti binatang, kakinya yang sakit semakin sakit, luka-luka kecil bertambah banyak karena gesekan kaki Umay di aspal. Plakk!!! "Ini balasan karena lo uda buat gue dan dia lari-larian!" satu tamparan melayang di pipi mulus Umay. Plakk!!! "Ini tamparan untuk lo yang uda banyak tingkah!" sekali lagi tamparan mendarat mulus di pipi Umay. "Sepertinya sebelum di bunuh, lo pantas untuk kita nikmati dul-" Citttttt!!! Tiba-tiba mobil yang kebetulan lewat dari jalan itu langsung berhenti karena melihat aksi seret menyeret itu. Sang pemilik mobil langsung turun dan menghampiri Umay serta dua lelaki misterius itu. "Ngapain lo berhenti?! pergi atau lo akan ikut mati bersama cewek sialan ini!" ancam salah satu penjahat itu. "Umay," lirih Raka pelan. Ya orang itu adalah Raka. Umay yang sejak tadi menunduk pasrah langsung menolah ke depan. Mata Umay berkaca-kaca, secercah harapan itu tumbuh kembali, rasa lega timbul di hati saat melihat kehadiran Raka di depannya. "Mas Raka, hiksss ...." Tangis Umay pecah seketika, seolah-olah mengadu pada Raka atas apa yang sudah terjadi padanya. Melihat keadaan Umay yang benar-benar kacau membuat emosi Raka memuncak. Tangannya mengepal kuat, kilatan amarah tampak terpancar jelas di mata Raka, dadanya bergemuruh berapi-api emosi. "Brengsekk!!" Bughh!! bughh!!! bughh!!! Dengan secepat kilat Raka langsung menyerang kedua lelaki yang sudah menyakiti kekasihnya itu. "Berani-beraninya kalian nyentuh calon istriku!!! b******n!!" Bughh!! bughh!!! bughh!!! Pertengkaran terjadi antara Raka dan kedua lelaki misterius itu. Rak tak memberi jeda, bahkan dia menyerang dengan sangat berutal. Mendengar isak tangis Umay dan darah yang mengalir dari hidung, sudut bibir, tangan, dan kakinya membuat Raka naik pitam. "b******k!! matilah kalian!!" Bughh!!! bughh!! bughh!! Raka menyerang tanpa ampun, serangan brutal yang membuat lawannya kewalahan. "Uda, mas!!" Umay menutup matanya ketakutan. Dia sangat takut melihat Raka berkelahi, pasalnya sejak kenal dengan Raka, Umay tak pernah melihat Raka marah sama sekali. Raka adalah orang yang lembut dan manis, jadi wajar saja bila Umay tekejut melihat sisi brutal Raka seperti ini. Walaupun sudah diteriaki oleh Umay, Raka tak kunjung berhenti, padahal lawannya sudah tepar menahan sakit di atas aspal. Dengan kaki yang menggeletar hebat, Umay berjalan pelan mendekati Raka. "Mas Raka, uda, ayo kita pulang. Aku takut," cicit Umay ketakutan. Raka tak mendengarkan seruan Umay, dia masih fokus memukuli kedua penjahat itu. "Mas Raka, ayo pulang. Aku sakit ... hiksss hikss ...." Kali ini Umay merintih sambil menangis, menahan sakit dan perih di sekujur tubuhnya. Raka langsung berhenti, dia menoleh ke belakang. Melihat Umay yang sudah berdiri lemas, menahan sakit yang ada di sekujur tubuhnya. Dengan cepat Raka langsung berlari menuju Umay, memeluk Umay erat, seolah-olah tak ingin kehilangan Umay barang sedetik pun. "Maaf, sayang. Maaf karena aku lalai jaga kamu, makanya kamu sakit kayak gini," ujar Raka dengan suara serak menahan tangis. "Ayo kita ke rumah sakit. Kamu harus sembuh secepatnya, aku juga bakalan sakit kalau liat kamu sakit seperti ini." Raka menggendong Umay ala bridal style. Membawa Umay masuk ke dalam mobilnya. Setelah masuk ke dalam mobil, Raka langsung menelepon seseorang. "Datang ke jalan Flamboyan, ada dua tikus yang harus kamu tahan. Bawa ke kantor polisi dan hukum yang seberat-beratnya," ujar Raka memberi perintah pada anak buahnya dari sambungan telepon. Setelah mengatakan hal itu, Raka langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Umay harus diobati dengan cepat, kalau tidak dia akan semakin merasakan sakit yang luar biasa. "Bawa aku pulang, mas. Jangan bawa aku ke rumah sakit. Aku gak mau di rumah sakit, nanti dokter pribadi papa aja yang akan datang ke rumah," pinta Umay tiba-tiba. "Di rumah sakit perawatannya lengkap, sayang. Kamu harus ke rumah sak-" "Enggak, mas. Aku gak mau ke rumah sakit. Dokter papa itu dokter yang terbaik, dia akan bawa peralatan yang dibutuhkan ke rumah aku. Bawa aku pulang, mas. Aku gak mau di rumah sakit." Umay kembali memohon dengan menahan sakitnya. Raka menghela nafasnya pasrah. "Yaudah iya, kita pulang. Tahan ya, sayang, sebentar lagi kita sampai." Raka mengelus kepala Umay lembut, memberi kekuatan untuk sang kekasih. "Aku gak bakalan biarin Umay gini lagi. Biar bagaimana pun, aku harus menikahi Umay secepatnya. Dan orang yang uda berani menyeleksi Umay, aku pastikan mereka akan merasakan berpuluh-puluh kali lipat rasa sakit seperti Umay rasakan," batin Raka penuh tekad.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN