Jalan Awal Untuk Restu

1048 Kata
Dokter keluarga Umaya sudah datang untuk memeriksa keadaan Umay, Umay sudah diobati dengan baik. Banyak luka dan juga lebam di sekujur tubuhnya, tapi dokter sudah melakukan yang terbaik. Bukan hanya luka fisik tapi Unay juga mengalami trauma. Dia benar-benar ketakutan dan masih terbawa-bawa oleh suasana yang menyeramkan itu . Meli duduk di sofa, dia sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius baginya. "Kalau begini gak akan bisa dibiarkan. Umay akan selalu dalam keadaan bahaya. Dia juga bakalan terus ngalamin trauma kalau gak ketemu orang yang ngelindungin dia dan dia merasa nyaman. Aku harus cari gimana caranya supaya Umay ada yang melindungi. " Aku pikir Raka adalah orang yang tepat untuk itu. Aku pikir Raka adalah orang yang bertanggung jawab, dia juga selalu ada untuk Umay, tanpa disuruh Raka juga bisa melindungi Umah dengan tulus. Itu menandakan kalau Raka benar-benar cinta Umay. Aku rasa kalau Umay dan Raka menikah, Umay akan aman dalan pelindungan Raka. Tapi bagaimana mau menikah? sedangkan hubungan mereka saja tidak diketahui sama papanya Umay." Meli tampak berpikir keras. "Kalau dari apa yang aku liat, si Raka itu anaknya baik banget. Bahkan dia selalu aja berjuang untuk Umay, walaupun uda berkali-kali diusir, walaupun uda berkali-kali disuruh mundur dan jangan dekati Umay lagi, tapi tetap aja dia selalu ada untuk Umay. Dia selalu ngejaga Umay, bahkan saat Umay pergi dan aku aja gak tau perginya ke mana, dia bisa tau Umay pergi ke mana, bahkan dia selalu ngelindungin Umay, dia selalu mengantar Umay sampai ke tempat tujuan walaupun dia juga pasti banyak kerjaan yang harus diselesaikan, tapi dia masih bisa membagi waktunya untuk Umay. Kalau aku jadi papa, aku gak bakalan ngelarang Umay berhubung dengan Raka. Uda terlihat jelas kan kalau Umay dan Raka saling mencintai, uda terlihat jelas juga kalau Raka tulus sekali sama Umay, lalu kenapa harus ngelarang mereka berhubungan dengan alasan masa lalu? gak semua orang kan masa lalunya bagus. Orang yang masa lalunya gak bagus belum tentu saat masa sekarang dia juga gak bagus. Toh yang gak bagus kan keluarganya, yang gak bagus itukan mama papa nya, mama papanya yang pisah, mamanya yang kurang bagus, tapi anaknya? anaknya bisa dilihat sendiri, bagaimana baiknya Raka, bagaimana tulusnya Raka pada Umaya, semuanya uda terlihat jelas. Untuk apa lagi menghalangi hubungan mereka? aku harus segera kasih tau papa soal ini, aku harus bujuk papa soal ini. Umay dan Raka harus segera menikah, aku gak mau Umay dalam keadaan yang bahaya terus. Kalau ada Raka pasti Umay akan aman." Meli sudah bertekad kuat. Dia mau Umay dan Raka segera menikah, bagaimana pun dia akan membicarakan ini pada Umay dan Raka nanti, tapi sebelum nya dia akan membicarakan pada papa suaminya dulu, dia akan membujuk suaminya supaya mau merestui hubungan Umay dan juga Raka. "Assalamu'alaikum," Meli melihat ke arah pintu, ternyata orang yang ditunggu nya sudah sampai di rumah. "Waalaikumsalam, pa," jawab Meli seraya mencium tangan sang suami. "Kenapa kamu ngelamun sendiri di situ? ada apa? ada masalah? gak biayanya kamu melamun gitu." Papa Umaya langsung bertanya pada Meli. "Lohh itu kenapa mata kamu bengkak? kamu habis nangis ya? kenapa mata kamu bengkak gitu? kamu habis nangis kenapa? kamu nangis?" tanya papa Umay sangat khawatir, dia langsung memperhatikan mata Meli dengan seksama. Meli diam sejenak, memang sejak tadi dia tak bisa berhenti menangis, hatinya terus merasakan rasa tidak aman, dia benar-benar merasa cemas yang berlebihan. Bahkan isi dalam kepalanya selalu tentang Umay, bagaimana keselamatan Umay kedepannya, dia sangat khawatir dengan keadaan sang anak. Bagaimana tidak khawatir, Umay adalah anak satu-satunya, hanya Umay yang dia punya, bahkan menunggu kelahiran Umay juga bukan hal yang mudah, untuk bisa hamil saja dia membutuhkan waktu yang lumayanlah lama, dia harus ekstra sabar untuk menunggu kehamilannya datang. Maka dari itu dia benar-benar sangat menyayangi Umaya, Umaya adalah hidupnya, jika Umaya kenapa-kenapa, dia tidak akan bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri. "Kamu kenapa ditanya malah diam sih? ada masalah? kamu kenapa? mata kamu bengkak habis nangis, iya?" tanya papa Umaya khawatir. Dia sangat tau bagaimana istrinya, jika sudah begini bisa dipastikan kalau istrinya sedang memendam masalah sendirian. "Ayo cerita sama aku, nanti aku bakalan cari solusinya. Jangan dipendam sendiri, kamu itu istri aku, kamu itu uda punya suami, bahkan kita uda punya anak yang sekarang beranjak dewasa. Masa untuk cerita masalah kamu ke aku aja kamu gak bisa sih? ayo cerita, kita ini uda hidup bareng-bareng lama loh, jangan lagi ada yang ditutupi satu sama lain. Aku gak suka, ayo cerita." Papa Umay mendesak supaya Meli, sang istri mau menceritakan semuanya padanya. Dia benar-benar tak bisa melihat keadaan istrinya seperti ini. Dia merasa tak berguna sebagai suami saat tak tau apa penyebab istrinya menangis. Saat ditanya seperti itu rasanya hati Meli semakin sakit. Masalah ini bukan hanya masalah biasa, tapi melibatkan dua pendapat yang tak pernah sama. Bahkan suami dan anaknya tidak bisa menyatu dalam hal ini. Suaminya selalu saja kekeuh tak ingin merestui hubungan Umay dan Raka, dia benar-benar bingung dengan apa yang akan dilakukan nya jika Raka juga masih tidak bisa merestui hubungan Umaya dengan Raka. Meli langsung memeluk sang suami dengan erat, lalu dia menangis di pelukannya. Meli yang menangis tersedu-sedu membuat papa Umay menjadi bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Uda, uda, nangis aja dulu. Keluarin semua kesedihan kamu. Keluarin semua masalah yang mengganggu pikiran kamu. Aku tau kamu pasti lagi banyak masalah kan. Kamu bisa cerita ke aku, aku siap membantu apa pun yang kamu mau." Papa Umaya langsung menenangkan istrinya, dia mengelus puncak kepala Meli dengan lembut untuk menyalurkan rasa tenang dan aman pada sang istri. "Pa, kamu tau gak seberapa cintanya aku sama Umaya?" tanya Meli yang masih ada di dalam pelukan sang suami. Papa Umaya menganggukkan kepalanya. "Iya, tau. Aku tau kamu sangat-sangat menyayangi dan mencintai anak kita, bahkan lebih dari diri kamu sendiri," jawab papa Umaya. "Kamu sayang gak sama Umaya?" tanya Meli kemudian. Papa Umaya langsung mengerutkan dahinya bingung. "Kok kamu pake tanya begitu sih? ya jelas lah aku sayang dia. Dia itu anak gadis aku satu-satunya, masa iya aku gak sayang sama dia. Bahkan aku bakalan ngelakuin apa aja untuk dia," jawab papa Umaya. "Kalau kamu sayang sama dia, tolong restuin hubungan dia dan Raka," lanjut Meli cepat. Papa Umaya langsung diam saat mendengar permintaan istrinya, dia benar-benar tak habis pikir kenapa istrinya kekeuh mendukung Umaya bersama dengan laki-laki yang berasal dari keluarga tidak baik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN