bc

Istri Kontrak Tawanan CEO

book_age18+
534
IKUTI
3.0K
BACA
love-triangle
HE
arrogant
heir/heiress
drama
bxg
secrets
like
intro-logo
Uraian

#SummerUpdateProgram

#SeptemberUpdateProgram2023

Richard David Richardo terus bersikap dingin pada sang istri karena menikah oleh sebuah kerterpaksaan. Tak hanya itu saja, Richard pun kian semena-mena pada sang istri agar wanita itu tak sanggup jalani pernikahan mereka. Kehadiran kekasih sang suami ditengah-tengah rumah tangga mereka, menjadi sebuah ujian yang tak bisa Resti hadapi.

Namun, Resti terus mencoba bertahan meski rasa sakit tak mampu tertahan. Waktu dan kebersamaan, telah membuat perasaan Resti kian bersemi untuk sang suami. Namun, lagi-lagi orang ketiga dalam rumah tangga membuat wanita itu tak sanggup bertahan.

Akankah Resti mampu bertahan dalam ikatan pernikahan sementara sang suami mencintai wanita lain?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Kontrak pernikahan
"Pokoknya, kamu harus menikah sore ini juga dengan anak sahabat, Papah." Terang Daniel. Sepulang dari rumah sakit, Daniel berbicara dengan sang putra, kalau sore ini ia akan menikahkan Richard dengan anak sahabat baik yang sudah sangat berjasa di kehidupan mereka. "Nggak bisa gitu dong, Pah." Protes anak nya. "Aku gak cinta dan gak kenal dengan perempuan itu. Lagi pula, aku itu cinta sama Sisilia," sambung anaknya lagi. "Sisilia itu bukan perempuan baik-baik." "Lalu, menurut Papa, perempuan itu baik untukku? Aku rasa Papa hanya belum mengenal Sisilia aja." "Diam!" titah Daniel tidak mau mendengarkan alasan sang anak. "Sudah Papa putuskan, kamu menikah sore ini juga. Tidak ada penolakan dan kalau kamu gak setuju, tinggalkan rumah ini!" "Mah?" Richard, anak laki-laki Daniel tersebut memanggil mama nya. "Arghhhh, b******k!!" Richard mengumpat kesal sambil mengacak-acak rambut, kemudian ia duduk menekuk kepala dengan kedua tangan. Memijit pelipis yang berdenyut nyeri, ia merasa kan frustasi sendiri, berlalu keluar dari dalam rumah. *** "Pah?" panggil Elsa ke arah suaminya. "Apa Papa yakin, menikahkan Richard dengan anak nya Bagas itu?" Elsa kemudian menghampiri suaminya yang saat ini tengah sibuk dengan ponselnya. Setelah memastikan sambungan telepon dengan orang di seberang sana terputus, Daniel beralih kepada Elsa--istrinya. Perempuan paruh baya itu menatap dengan penuh tanda tanya. "Yakin, Mah." Jawab Daniel tanpa ada keraguan di dalamnya. "Kamu tahu, ini adalah bentuk balas budi aku kepada, Bagas." "Nggak ada balas budi, Pah!" sela Elsa. "Itu murni hasil kerja keras kita. Papa ingat, saat kita ingin mengembalikan uang yang sudah kita pinjam dulu, mereka menolaknya." "Sudah lah, turuti saja keinginanku. Toh ini yang terbaik untuk keluarga kita," titah Daniel mutlak tidak bisa diganggu gugat. Istrinya berdecak sebal memutar bola matanya malas. *** Setelah pernikahannya, Resti diboyong ke rumah mewah milik laki-laki itu. "Ngapain bengong?" tanya Richard. Resti mengelus dadanya karena terkejut akan suara Richard yang lantang. Seketika nyalinya menciut, tatkala ia menatap sorot mata suaminya yang dingin dan tajam. Resti tau bahwa Richard sangat membencinya. Akan tetapi, mau bagaimana lagi bahkan pernikahan mereka sudah dilaksanakan. Mereka sama-sama tidak ada yang bisa menolak keinginan orang tua masing-masing. "I- iya, Mas," ucap Resti dengan terbata-bata. Mengekori langkah Richard yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah. "Duduk!" titah Richard. Resti hanya menurut dan mendaratkan bokongnya di sofa. Ia memperhatikan apa yang dilakukan suaminya. Richard duduk bersandar di single sofa di sebrangnya, dengan melipat kedua tangan di d**a sesaat setelah melempar satu buah map ke atas meja. "Baca dan pelajari, lalu kamu tanda tangan secepatnya." titah Richard sambil menunjuk ke arah map yang ia lempar kan tadi ke arah Resti dengan menggunakan dagunya. "Apa ini, Mas?" Resti bertanya sambil membuka satu persatu lembaran kertas yang ada dalam map tersebut. Resti menautkan kedua alis tanda bingung dengan tulisan-tulisan yang ada dalam map yang dipegangnya saat ini. Kemudian menoleh sekilas ke arah Richard seolah meminta jawaban. "Itu surat perjanjian kontrak pernikahan. Pernikahan kita cuma tiga bulan dan setelahnya kita pisah. Aku akan menikah dengan kekasihku saat dia kembali dari LA nanti." "Hah!" Resti terkejut mendengar ucapan Richard. Belum juga sempat bertanya, Richard sudah kembali menjelaskan posisi ia saat ini. Resti yang hanya sebagai seorang istri kontrak--yang suatu saat nanti akan dibuang jika sudah habis masa kontraknya, lalu digantikan oleh kekasih yang sangat dicintai nya. "Kamu istriku sementara, jangan harap akan selamanya bisa jadi istriku. Dan satu lagi... harta? Kamu mau harta, kan?" ujar Richard sambil tersenyum remeh kepada Resti. "Maksudnya? Aku gak paham." Resti bertanya kembali. Jujur saja, Resti benar-benar dibuat bingung oleh perkataan Richard. Belum lagi, tatapannys seperti sedang merendahkannya. "Halah... jangan pura-pura sok polos kamu! Aku tau isi dalam kepalamu saat ini. Dan aku juga tahu, perempuan macam apa kamu ini," ujar Richard sambil mencondongkan kepala, menatap Resti dengan sorot mata yang tajam dan dingin. "Kamu dan keluarga kamu memanfaatkan kebaikan papaku." Setelah mengucapkan itu, Richard berdiri meninggalkan Resti yang masih belum memahami semuanya. Tiba-tiba, ia menghentikan langkahnya tanpa membalikkan tubuhnya ke arah Resti dan berkata, "Kamarmu di bawah, ingat!" sambungnya "Jangan pernah naik ke lantai atas, apa lagi berani masuk kamarku!" Meneruskan langkahnya kembali, untuk naik ke lantai atas menuju kamarnya. Resti hanya bisa mengepalkan tangan, sambil meremas dadanya yang terasa sesak dan sakit. *** Selama satu bulan menjalani biduk rumah tangga, Resti benar-benar diacuhkan dan dianggap tidak ada. Deru mesin mobil berhenti tepat dipekarangan sebuah hunian mewah. Richard, laki-laki berwajah campuran Jerman itu turun dari dalam mobil. Ia melangkah masuk ke dalam rumah, yang terlihat tampak dalam keadaan sepi dan gelap. "Ceroboh, tidur tanpa mengunci pintu," gerutunya sambil menggeleng kepala, naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah kegiatan bersih-bersihnya selesai, ia turun untuk melihat keberadaan istrinya. "Sepi? Jadi dari tadi dia kerjaan-nya cuma tidur, istri macam apa dia itu?" Sambil terus menggerutu, Richard melangkah menuju kamar istrinya. Richard membuka pintu dengan kasar. Ia diam saat sudah berada di dalam kamar Resti. melihat saat itu istrinya sedang meringkuk, dengan tubuh yang tertutup oleh selimut tebal. "Heh, bangun! Dari tadi kerjamu hanya bermalas-malasan? Bangun!" hardik Richard sambil mengguncangkan tubuh istrinya. Suara bentakan Richard yang menggelegar membangunkan Resti yang saat itu tengah tertidur nyenyak. Ia terkesiap dan langsung duduk dengan tatapan kosong. Mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu yang masih belum sepenuhnya kembali. Ia memejamkan matanya guna menahan rasa nyeri di kepalanya. "Bangun, tidur aja kamu dari tadi. Cepat, buatkan saya makan malam!" titah Richard sambil menatap Resti dengan sorot mata yang tajam, seakan ingin melahapnya hidup-hidup. Kemudian berlalu keluar dari dalam kamar dengan membanting pintu dengan kasar. Resti beranjak berdiri bergegas menuju arah dapur, mempersiapkan hidangan makan malam Walaupun kepalanya terasa berat tapi ia paksakan untuk memasak, karena ini adalah permintaan suaminya yang pertama. Kini hidangan itu sudah tertata rapih di meja makan. Air dalam gelas sudah dituangkannya, hanya tinggal menunggu suaminya saja. Resti menghampiri Richard yang saat itu tengah berada di ruang santai. Ia melihat suaminya sedang berdebat melalui sambungan telpon. Ia memberanikan diri menghampirinya sembari berkata. "Mas, masakannya udah siap?" Richard berjinjit kaget tatkala mendengar suara istrinya. Untung saja telpon yang ada digenggamannya tidak terjatuh. Wajahnya terlihat memerah sambil menatap dengan horor ke arah "Sebentar, nanti aku telpon lagi. Aku mau kasih pelajaran dulu sama perempuan satu ini." Richard menutup teleponnya setelah berbicara dengan orang di seberang sana, menaruh ponsel itu keatas meja sambil beranjak berdiri menghampiri Resti. Resti takut melihat sorot mata itu, Refleks ia memundurkan langkah hingga terhenti saat tubuhnya membentur tembok. Richard mencengkram dagu Resti dengan kuat, sedikit menekannya. Resti hanya bisa meringis, memejamkan mata sambil menahan sakit atas kuku suaminya yang menancap dikulitnya. "Kamu tahu apa kesalahanmu?" ucap Richard sembari menatap istrinya dengan sorot mta tajam. "Gara-gara kamu, aku dan kekasihku nggak mungkin secepatnya bisa menikah karena akan sulit untuk mendapatkan restu dari papa. Gara-gara kamu juga, harta yang keluarga aku miliki akan menjadi milikmu apabila aku menceraikanmu." Resti hanya bisa menggelengkan kepala dengan lemah, matanya terus menatap Richard dengan tatapan nanar, tanpa sedikitpun mau membantahnya. Tubuhnya bergetar seiring air mata yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. "Kekasihku memutuskan hubungan kami secara sepihak karena tahu kalau aku sudah menikah. Sampai di sini kamu paham apa kesalahanmu?" lanjut Richard dengan sorot mata yang menyalang ke arah Resti "Enyah kamu dari hadapanku! Aku muak ngelihat tampang sok polosmu itu." Richard melepas cengkramannya dengan kasar pada dagu Resti. Hingga menimbulkan bekas kemerahan di pipinya. "Maafin aku, Mas. Aku gak bermaksud menjadi penghalang kebahagiaan buat kalian berdua." "Halah, jangan sok suci kamu! Aku tahu, orang tuamu menginginkan harta keluargaku. Maka dari itu, dia merencanakan semuanya. Dan setelahnya, bisa kamu ambil dan kuasai seluruhnya," hina Richard ke arah Resti. Resti terus menangis sembari mengepalkan tangan, menahan amarah dan menatap suaminya dengan tajam. "Harta katamu!" Resti mendecih. "Ambil, Mas! Aku gak perduli dengan harta... aku gak butuh harta. Tapi jangan sekali-kali kamu hina ayah dan ibuku. Bahkan sampai kamu mengusirku, aku gak akan bawa harta keluargamu. Sepeserpun aku nggak membutuhkan itu." Resti berkata dengan nada emosi yg tinggi. Entah dapat keberanian dari mana ia bisa melawan suaminya. Selama ini ia selalu diam dan tidak pernah perduli, mau dihina atau dimaki asal jangan bawa-bawa nama kedua orang tuanya. "Diam, kamu!" geram Richard sambil Refleks menampar Resti, lalu menjambak rambutnya hingga kepala Resti mendongak ke atas. "Dasar perempuan sialan! Aku tahu siapa kamu sebenarnya dan apa rencana kamu selanjutnya." Setelah puas menghina Resti. Richard mendorongnya hingga kepala istrinya membentur tembok. Rasa sakit dan luka fisiknya tidak sebanding dengan luka hatinya saat ini. "Dasar laki-laki, b******k" umpat Resti dengan kencang.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook