Kedatangan Ibu Ivan

1515 Kata

Aroma masakan menguar indra penciuman saat aku terbangun dari tidur yang tak nyenyak. Badan terasa sakit semua karena aku tidur di sofa depan TV. Saat membuka mata, kulihat Isa telah rapi dan wangi. "Sayang, kamu sudah mandi?" "Iya, Ma. Isa mandi baleng Papa." Aku menariknya ke pangkuan dan ia memberikan ciuman bertubi-tubi. Jika aku dan Ardian berpisah, tegakah aku meninggalkannya demi kesenangan pribadi. Beberapa istri bertahan dengan pernikahan yang kacau demi kebahagiaan anak. Haruskah aku mengikuti cara mereka? Haruskah aku mengorbankan kebahagiaan diri demi anak? Bukankah ibu yang hatinya kacau tidak bisa mendidik anak dengan baik? Bagaimana aku menebarkan kebahagiaan untuk anak jika rasa bahagia pun tak kumiliki? Air mataku menetes. Tak disangka tangan mungil Isa mengusap te

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN