Lima hari Ivan setia berada di samping mamanya yang terbaring lemah. Tak ada pembicaraan. Hanya ada tangisan penyesalan. Dia merunduk, menggenggam eram tangan mamanya sembari dikecup tanpa dilepaskan. Beberapa saat kemudian dia merasakan kepalanya diusap dengan gerakan lambat dan kaku. Ketika menoleh, dia mendapati mamanya hendak berbicara. Ivan mendekatkan telinga, lalu berusaha mencerna ucapan sang mama yang terbata-bata. Selesai menyampaikan wasiat, napas mamanya memburu. Dokter datang dan Ivan diminta menunggu di luar. Laki-laki itu duduk diam meski gelisah sedang merayap bebas dalam benaknya. Doa-doa terucap lirih, berharap Tuhan masih memberinya kesempatan untuk membahagiakan sang mama. Sungguh, jiwanya benar-benar terguncang melihat keadaan perempuan yang begitu berarti dalam hidu

