Bab 4 Buas

1034 Kata
Dengan tubuh sempoyongan Rafandra menuju ke mobilnya, disana sudah ada pak supir yang siap di mobil menungguinya. "Bawa aku pulang." Ucap Rafandra pada pak supirnya, dan dengan siap pak supir pun melaksanakan apa yang Andra perintahkan. Di rumah keluarga Erlangga. Natasya masih berdiri di teras rumah keluarga itu, ia masih menatap kepergian papanya, ia tidak tahu mengapa rasanya ia tidak ingin berpisah dari papanya, namun papanya bersikeras, ia harus pergi malam itu juga, dengan berat hati dan perasaan tidak enak berkecamuk di d**a, Natasya hanya bisa berdiri disana meski papanya sudah pergi dan tidak ia lihat lagi. "Nak...kami sekarang juga orang tuamu sayang...ayo masuk...di luar dingin sayang..." ucap mama Andra dengan pelukan di pundaknya yang menenangkan. "Iya ma...mari masuk..." ucap Natasya kala itu, meski ia belum mau pergi dari sana. "Sayang...kami akan menghadiri pesta peresmian perusahaan baru putra kami, kamu ikut ya...biar suasana sedihnya berganti...ayo...kita sudah terlambat loh..." ucap mama yang mengajak Natasya untuk ikut bersama, karena mama dan papa Andra sudah bersiap siap saat itu. Namun sungguh hati Natasya saat itu sedang tidak enak. "Mama...bisakah Natasya di rumah saja? Tasya capek mah...tidak apa apa kan mah?" ucap Natasya dengan jujurnya, dan terlihat mama Andra hanya manggut manggut sebagai persetujuannya. "Yasudah sayang...sekarang istirahatlah...oh ya...kalau mau makan apapun...ada di dapur...bibi asisten rumah tangga sudah lumayan berumur...sudah tidur jam segini di belakang...kalau yang muda muda sih tetangga sini saja sayang...kalau sore sudah pada pulang..." ucap mama Andra yang menerangkan, dan Natasya hanya manggut manggut saja mencoba mengerti. "Bener nih...mama tinggal dulu ya sayang...tidak apa apa kan?" tanya mama lagi yang masih berat hati untuk meninggalkan puteri teman baik suaminya. "Iya mah...tidak apa apa mah..." ucap Natasya pada mama yang baru malam itu ia temui, namun karena mama Andra itu sangatlah baik orangnya, hingga membuat Natasya nyaman berada disana. Sampai...mama dan papa Rafandra benar benar berpamitan pada Natasya dan meninggalkan gadis itu sendirian di rumah besar tersebut. Natasya hanya bisa berada di ruang kamar nya, menatap foto papanya yang berada di layar ponselnya, ia tidak ingin keluar ke mana mana di rumah asing yang entah bagaiman bentuknya saking besarnya itu. Natasya mulai merebahkan tubuhnya di atas pembaringan, mematikan lampu duduk di sebelah tempat tidurnya dan membuat ruangan yang di sekitarnya menjadi redup. Natasya menyukai yang seperti itu setiap malam sebelum ia tidur. "Papa...apapun yang papa lakukan, Natasya pasti akan mendukungnya, apapun yang papa kerjakan, Natasya pasti selalu mendoakan yang terbaik untuk papa, semoga papa baik baik saja." Ucap Natasya yang lalu menarik selimut di sampingnya dan menyelimuti tubuhnya sampai atas dadanya. Di teras depan rumah. Rafandra baru sampai di sana di temani pak supir yang mencoba membantunya untuk masuk kedalam, namun Andra tidak mau pak supir itu menyentuh tubuhnya, tubuhnya serasa panas tidak karuan yang Andra rasa. "Kamu cepat pergi saja, sudah jangan hiraukan aku, pergi sana." Ucap Andra yang menyuruh supirnya untuk pergi meninggalkannya. "Tapi tuan anda..." ucap si supir dengan beratnya, namun lagi lagi ia tidak bisa membantah apa yang tuan mudanya itu inginkan, hingga ia hanya bisa patuh mengikutinya saja malam itu. "Sial...minuman apa yang wanita itu berikan padaku? akh...aku tidak bisa menahannya lagi, akal sehatku benar benar sudah tidak bisa berfungsi." Ucap Andra sembari melepas dasinya dan menggenggamnya kuat kuat, melepas kancing kancing bajunya dengan cepat, tubuhnya serasa panas dan seakan terbakan Andra rasakan, ia benar benar sudah tidak bisa menahannya lagi, bahkan pakaiananya sudah terlepas saat ia sudah menaiki anak tangga menuju ke kamarnya, kamar yang bersebelahan dengan kamar yang Natasya tempati. Andra merasa berkunang kunang dan sempoyongan, di tambah tubuh yang ia rasa terbakar karena panasnya, hingga tanpa sadar ia salah masuk kedalam kamar, ia merasa semua kamar itu sama dan ia sudah tidak tahu lagi kamarnya yang mana. Andra masuk kedalam kamar tersebut, melepas semua pakaiannya dan melemparnya ke segala arah, lalu terduduk di atas ranjangnnya, ia ingin mengatur nafasnya sesaat, namun sesak ia tidak bisa, desakan kuat yang ia rasakan makin menggila, membuatnya ingin menikmati sesuatu yang benar benar baru pertama ia rasakan. Sampai... Ia merasakan sesuatu yang keras telah menyentuh punggungnya, segera saja Andra berbalik dan menatapnya, nampak seonggok selimut yang tebal disana, ia belum menyadari Natasya ada disana. Hingga Andra sekali lagi merasakan tendangan ringan itu lagi, lalu ia memutuskan untuk menarik selimutnya secara paksa, dan terlihat tubuh wanita yang berbalut pakaian tidur nan cantik. Otak Andra seakan tidak bisa berpikir lagi, ia ingin merasakan kehangatan itu malam itu juga, ia ingin menikmatinya dengan wanita yang ada di atas ranjang yang keduanya tempati, namun sayang...Natasya terkejut lalu membuka kedua matanya, ia melihat sosok tinggi gagah itu sudah mengurung tubuhnya disana, bahkan sudah memegangi kedua tangannya di kedua sisi. "Kau siapa? apa kau disini cari mati hah? apa kau tidak tahu aku sekarang seperti orang gila?" ucap Andra dengan suara lirih dan berat tepat di depan wajah Natasya. Dan Natasya hanya menggeleng, tanda ia tidak mau diperlakukan seperti itu. "Pergi kau...siapa kau? cepat lepaskan aku!" ucap Natasya dengan sekuat tenaga yang berusaha melepaskan pegangan kedua tangannya dari tangan kekar yang memegangi tangannya, namun saat itu Andra bukanlah Andra, dia sudah tidak peduli lagi siapa yang ada di hadapannya, ia hanya ingin menyalurkan sesuatu yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Andra pun dengan paksa mencium Natasya, menekannya dengan sangat kuat, dan Natasya meski berontak pun ia tidak mampu mengalahkan kegigihan dan kekuatan lelaki di atasnya. Natasya pun terus berusaha berontak, tapi Andra tidak peduli, sampai lelaki itu merobek paksa apa yang wanita itu kenakan, menikmati setiap inci lekukan tubuh yang harum dan lembut serta hangat Andra rasakan, berangsur gejolak yang Andra rasakan membaik, namun dorongan kuat itu tetap ada sebelum klimaks nya. Natasya terus meronta memukul dan memukul sedapatnya tubuh yang buas tanpa ampun menekan tubuhnya. Hingga rontaan demi rontaan itu Natasya hentikan saat Andra tepat menggigit inti di dadanya, Natasya terdiam, sakit itu Natasya rasakan hingga ke ubun ubunnya. Tanpa sadar Andra pun mengulanginya, karena kenyataan itu membuat gadis dibawahnya patuh dengan kemauannya. Segera saja Andra melepas paksa semua pakaian yang tertinggal di tubuh gadis itu, menatapnya dengan tatapan yang buas, liar dan nanar mengedar menatap setiap inci tanpa terlewati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN