Bab 3 Perpisahan

1083 Kata
Hingga tanpa terasa Andra mulai memejamkan kedua matanya lalu ia pun terlelap begitu saja. Pagi menjelang, terlihat dari tetesan tetesan embun yang mulai membasahi dedaunan dan jatuh begitu saja. Pagi itu Andra sudah terbangun sebelum jam alrm nya berdering, jam alrm yang setiap hari ia pasang untuk membangunknnya jika ia belum bangun. Dengan langkah gontainya, Andra segera masuk kedalam kamar mandi, mencuci wajahnya dan menyikat giginya, ia bermaksud akan berolahraga pagi sebelum berangkat ke kantor. Usai dengan berganti pakaian dan melakukan aktivitas setiap pagi setelah bangun tidurnya, Andra pun segera keluar dari dalam kamarnya, menuruni anak tangga menuju lantai bawah, dimana disana ia sudah di sambut oleh bibi asisten rumah tangganya yang baru saja pulang dari belanja. Namun saat itu papa dan mamanya belum terlihat sama sekali disana, akhirnya ia pun langsung saja keluar dari rumah dan memulai joging dengan melewati jalanan setapak di dekat rumahnya, di area khusus untuk joging. Satujam sudah Andra melakukan olahraganya, lalu ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Disana sudah ada mama dan papanya yang menyambutnya di meja makan, namun Andra melewatinya begitu saja. "Ndra...tidak sarapan dulu sebelum mandi?" Tanya mama Andra dengan ramahnya. Andra pun segera menghentikan langkahnya, ia membalik badannya, kini ia menatap ke arah kedua orang tuanya. "Terimkasih mah...Andra sarapan di kantor saja, hari ini jadwal Andra sangat padat dari pagi sampai malam, tidak apa apa ya mah?" Ucap Andra yang lalu pergi begitu saja dari sana, menaiki anak tangga dan meninggalkan kedua orang tuanya di meja makan. Waktupun terus berjalan, hari itu Andra merasa waktu berjalan begitu cepat, hingga waktu sore pun tiba, namun ia masih ada satu pertemuan di cafe dekat kantornya, ada salah satu koleganya yang mengajaknya bertemu disana, dan terlihat pula wanita yang begitu berani dengan pakaian yang lumayan ketat, bisa di bilang seksi, tengah mengikuti Andra, kemanapun lelaki itu pergi. Ya...dia adalah Nana, sekretaris Andra yang sudah bekerja dengannya selama tiga tahun lebih, bagi Andra Nana termasuk sekretaris yang sangat patuh dan pekerjaan yang ia kerjakan semuanya rapi. Keduanya berjalan melewati deretan kursi yang berjajar di beberapa tempat dengan tatanan yang lumayan memanjakan mata, antik dan mewah menjadi satu di tempat itu. Jelas hanya orang kalangan atas saja yang bisa mendatanginya. "Bugh...tiba tiba Andra merasakan tubrukan itu menyentuh dadanya, membuatnya menghentikan langkahnya seketika, dan menatap tepat di depannya, seorang gadis tengah tanpa sengaja menumpahkan jus ke pakaiannya. Ke jas yang akan ia kenakan menemui koleganya. "Hei kau...apa kau tidak punya mata?" Ucap Andra dengan suara meninggi dan seolah oleh ingin memakannya. Gadis itu hanya termangu sesaat, ia terpana menikmati keindahan langka yang baru ia lihat, desiran darahnya seakan menderas, detak jantungnya berdentum lebih cepat dari yang ia rasakan, sampai... "Hei...apa kau tidak mendengar?" Ucap Andra dengan teriakannya, hingga...Natasya tersentak dan hampir melonjak. "Akh...maaf, maaf...saya sungguh tidak sengaja." Ucap Natasya seketika, namun ternyata apa yang ia ucapkan tidaklah di gubris oleh lelaki di depannya. Andra segera menarik lengan tangan Natasya dan sedikit memaksanya agar gadis itu mengikutinya, Natasya pun yang merasa tertarik kasar serta seretan lelaki itu hanya bisa mengikuti kemauan Andra. Andra membawanya menuju ke toilet lelaki, disana lelaki itu melepaskan Natasya tepat di depan pintu toilet pas, dan mengambil jas yang sedari tadi mengalung di lengan tangan Natasya. "Eh...itu jas milik..." Ucap Natasya namun tidak di hiraukan oleh lelaki kasar yang tadi telah menariknya. Hingga beberapa saat lelaki itu telah keluar dari dalam toilet dengan memakai jas yang tadi Natasya bawa. "Nih...buang!" Ucap ketus Andra sembari melemparkan jas kotor miliknya ke tangan Natasya, lalu pergi meninggalkan gadis itu yang masih terdiam mematung di tempatnya. "Gila, ganteng ganteng gila." Ucap gerutu Natasya disana dengan hati yang ingin meledak karena marah. Natasya pun kembali ke tempat duduknya semula, disana sudah ada Reza yang tengah menungguinya, Reza adalah asisten papa Natasya sekaligus teman baik Natasya, dia pula yang selalu mencintai gadis itu diam diam. "Loh...jas aku mana Nat?" Tanya Reza yang keheranan, karena Reza tadi meminta tolong Natasya untuk sekalian membawa jas nya dari mobil, saat gadis itu akan pergi mengambil tambahan minuman. "Aku buang Za...udah lupain aja...nanti kita beli yang baru...akh..." Dengus Natasya yang membuat Reza tersenyum, karena Reza baru menyadri tingkah konyol gadis di depannya itu. "Za...kamu tahu tidak, kenapa papa nanti malam mengajak aku ke rumah temannya? papa bilang tidak, dia mau kemana? kenapa juga aku harus di titipkan sama teman papa? memangnya...kalau aku di rumh sendiri, bakalan ada yang menculik aku? ada apa sih Za? kamu tahu tidak? pasti tahu kan? kan kamu asistennya! lagian...papa tidak bilang apa apa sama aku, eh...tapi kamu pasti tidak tahu! aku yang anaknya sendiri saja tidak tahu!" Ucap Natasya yang bertanya namun ia jawab sendiri. "Nah...pinter kan? aku tidak usah menjawabnya pun kamu sudah tahu jawabannya Nat." Ucap Reza dengan senyumnya lagi, ia pikir Natasya saat itu lucu, namun berbeda dengn Natasya, ia hanya nyengir begitu saja. "Za...haruskah aku menolak papa? kan kamu bisa menjagaku selama papa melakukan perjalanan bisnisnya, kenapa mesti ke rumah orang yang tidak aku kenal Za? kenapa?" Tanya Natasya lagi yang Reza sendiri tidak tahu jawabannya. Waktupun berjalan begitu cepat, malam itu tepat pukul sembilan malam, seakan akan papa Natasya tidak ingin ada yang melihatnya membawa sang puteri ke rumah temannya. Di lantai dua rumah Natasya, terlihat gadis itu sudah sedari kemarin menyiapkan semua pakaian yang akan ia bawa dan kenakan saat berada di rumah teman papanya. Malam itu Natasya hanya mengenakan dres selutut dengan tanpa lengan, ia dan papanya berada di mobil, dan mobilnya melaju ke tempat yang di tuju. Tepat pukul sepuluh malam, Natasya dan papanya tiba di rumah keluarga Erlangga. Di tempat yang berbeda, Andra merasakan kepalanya pusing sampai berkunang kunang, makin lama makin parah saja. "Na...minuman apa yang kau berikan padaku?" Ucap Andra yang merasa ada yang salah. "Oh...itu hanya jus saja bos..." Ucap Nana bohong. Lalu Andra pergi dari sana tanpa bilang siapa siapa. Sedangkan di rumah keluarga Erlangga, kedua orang tuanya telah menyambut kedatangan Natasya dan juga papanya. Hingga...perpisahan itu akhirnya tiba juga, pelukan hangat papa Natasya pada sang puteri, dengan suasana yang mengharu Natasya rasakan. Tidak seperti biasanya papanya akan pergi perjalan bisnis ke luar kota atau ke luar Negeri. Natasya tidak tahu bahwa pertemuan nya dan sang papa malam itu adalah pertemuan yang terakhir kali, tidak ada yang tahu, kapan keduanya akan bertemu kembali. Saat itu papa Natasya tengah menguatkan dirinya, ia sudah menahan penyakitnya yang ia rasa sudah tidak sanggup lagi ia tahan lebih lama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN