Part 2

998 Kata
“Iyah. Pagi ini juga kita bisa langsung berangkat ke KUA.” Kedua bola mata Al berbinar-binar. Lalu Albian bertanya dengan semangat empat lima. “Satu pertanyaan aja, kan?” “Iyah” “Terus...” “Mas kalo sholat, lengkap enggak?” Wajah Albian menunjukkan kebingungan. Masalahnya pertanyaan yang ditanyakan Elnara bukanlah pertanyaan yang ia harapkan. “Pertanyaan macam apa itu?” “Ini pertanyaan paling penting. Memangnya Mas mengharapkan pertanyaan yang bagaimana?” “Saya kira kamu mau bertanya, saya bekerja di mana, jadi apa, per bulannya gaji saya berapa, saya punya rumah berapa, pakai mobil apa.” “Ngapain nanyain itu? Saya kan bukan petugas survei. Saya gak kayak perempuan yang sering Mas Al gandeng di depan media-media itu loh ya. Saya tau Mas Albian. Yang saya gak paham, kenapa Mas Al mau banget sama saya?” “Siapa bilang saya mau banget?” Elnara mengerjap, hampir tenggelam dengan rasa malu yang menggunung, tapi kalimat Al selanjutnya berhasil membuatnya semakin kesal. “Saya bukan mau banget, tapi mau bangetttt bangettt bangettt.” Dan itu ia ucapkan dengan begitu panjang “Mas Al...” El berteriak, cukup sudah. El sudah geram dengan kelakuan pria satu ini. “Bwahahaha, kamu lucu kalau marah, manis, saya makin suka.” Apa katanya? Oh Tuhan! Elnara tidak boleh tersipu. Jangan tergoda dengan rayuan yang pasti Al ucapakan pada setiap wanita yang dikencaninya. “Buruan jawab pertanyaan saya yang tadi!” perintah El dengan tidak sabarnya. “Pertanyaan yang mana? Kenapa saya mau banget sama kamu itu?” Sebenarnya bukan pertanyaan itu yang ingin ia dengar jawabannya, tapi karena penasaran. El pun mengangguk. “Iyah. Kenapa mau sama saya?” “Ya karena saya memang cuma mau sama kamu.” Jawabnya enteng sekali. “Iya, tapi kenapa?” “Ya karena memang saya mau.” “Astagfirullah.” El mengelus d**a. Ia benar-benar harus banyak bersabar menghadapi pria di depannya ini. “Kamu kayaknya istigfar terus dari tadi. Lumayan yah ngobrol sama saya, bikin kamu jadi banyak pahala.” Astagfirullahaladzim, sepertinya siapapun yang mendengar pernyataan Al pasti akan nyebut juga. El bahkan sudah tak menghitung berapa kali dia beristighfar selama berbicara dengan Albian. “Karena serius Mas ngeselin banget.” “Iyakah? saya baru tahu.” Jawabnya tanpa rasa bersalah Sudah cukup. Elnara tidak sanggup lagi meneruskan percakapannya dengan Al. Ia benar-benar tak habis pikir ada pria yang begitu menyebalkan di muka bumi ini. Dan dari sekian banyak manusia, kenapa malah dia yang harus terjebak dengan pria bernama Albian ini. El hendak pergi tapi diurungkan karena pertanyaannya yang belum terjawab. “Jawab pertanyaan saya!” “Kan tadi udah saya jawab.” “Bukan yang itu. Tapi yang soal sholat, lengkap enggak?” “Oh itu. Saya tadi bangun kesiangan, mandi terus langsung ke sini jadi subuhnya ketinggalan. Kalo sholat lainnya sepertinya sering saya tunaikan.” “Berarti tadi gak sholat subuh?” Albian menggeleng. El tersenyum penuh arti. “Kalau gitu, jangan harap bisa halalin saya.” Albian tidak terima mendengar tanggapan gadis di depannya ini. Sepertinya ia sudah memberikan jawaban yang salah. Tapi ia juga tidak bisa berbohong. “Kenapa gitu? Cuma karena gak sholat subuh saya jadi gak bisa halalin kamu? Kalau gitu besok saya sholat subuh, terus kesini lagi bawa penghulu.” Ya Allah, El sangat tidak percaya kenapa di dunia ini ada pria seperti Albian. Namun faktanya pria itu kini duduk manis di hadapannya. Dengan entengnya Albian tidak mempermasalahkan sholat subuh yang tidak ditunaikan. Padahal yang dihisap pertama kali saat hari kiamat tiba adalah sholat. “Ini air mineralnya, Mas Albian.” Pelayan yang tadinya diminta Albian untuk mengambilkan air mineral baru saja datang. Albian langsung mengalihkan tatapannya pada nametag yang terpasang di d**a pegawai di depannya ini, “Ika, kamu tau siapa saya? Ika pun mengangguk sambil menyebutkan nama Albian dengan lengkap, “Albian Dewana Negara.” “Bisa tolong kamu jelasin lebih banyak tentang saya?! Yang kamu ketahui saja!” Ika tidak memerlukan waktu banyak untuk menjawab pertanyaan itu. Pasalnya sejak Albian sering muncul di tempatnya bekerja dan mengejar atasannya sekitar empat bulan yang lalu, Ika sudah nge-stalk Albian sampai ke hal-hal kecil. “Albian Dewana Negara itu pengusaha muda, kaya raya, hampir punya semuanya, cakep, tapi sayang statusnya gak jelas, suka gonta-ganti perempuan, kalau diliat di TV kayaknya pendiem, di depan Mbak El gak bisa diem...” “Ah masa?”Al ikut nimbrung. Elnara menyahut tak kalah cepat, “Iya bener banget!” Kini tatapan Albian kembali pada Elnara lalu menyuruh pelayan itu pergi, sok bossy padahal disini bukan dia bosnya. “Kamu juga tau tentang saya? Berarti kamu nge-stalk saya juga ya?” “Dih mimpi!” “Kalau ini mimpi, saya udah pelukin kamu sekarang.” Elnara bergidik. “Bercanda.” “Enggak lucu.” Ketus Elnara. “Memang, yang lucu itu anak-anak kita nanti,” godanya serta tak lupa memberikan senyuman maut yang begitu memikat. Sayangnya Elnara sudah kebal dengan itu. “Halu! Udah deh Mas Al pulang aja!” usirnya Albian tak terima, “Saya mau sarapan kok disuruh pulang?” “Tapi Mas Al bahkan gak mesen apa-apa dari tadi.” “Ini saya mesen air mineral.” Elnara memutar bola matanya malas. Katanya kaya raya tapi cuma pesen air putih. “Kenapa sih Elnara gak mau sama saya?” “Hem?” Albian menghela napas panjang dan mengulang pertanyaan nya dengan lebih jelas. “Saya nih mau banget sama Elnara. Tapi kenapa El gak mau sama saya? Saya kan mapan, ganteng lagi, kurang apalagi coba?” “Mas Albian itu kurang mendekati kriteria saya sebagai calon suami idaman.” “Memang kriteria calon suami idaman Elnara kayak gimana?” “Cari aja di mbah google!” jawab Elnara dengan juteknya, lalu berjalan pergi. Sudah lelah dan letih menghadapi manusia macam Albian. Albian pun menekan icon google. “Ok google. Kriteria calon imam idaman Elnara.” Layar handphonenya pun menunjukkan: Hasil pencarian untuk calon idaman Elnara tidak ditemukan Albian geleng-geleng kepala. Wanita memang susah ditebak, pikirnya. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN