Part 3

1318 Kata
           Nathan baru saja meninggalkan beberapa petugas keamanan yang akan berjaga malam ini sebelum mobil milik Liam berhenti dipelataran perusahan mobil yang menghilang sejak pagi ini hingga membuat sang pemilik terpaksa pulang dengan mobil kantor.     Kaki jenjang yang terulur saat pintu terbuka membenarkan jika gadis yang membawa pergi mobil tersebut adalah Akira. "Apa?"    Gadis itu tampak berteriak pada ponsel yang menempel ditelinganya sementara tangan satunya memeluk tumpukan dokumen serta tablet yang membuatnya sedikit kesulitan saat menutup pintu. "b******k! Kau pulang? Aku akan lembur malam ini dan kau membiarkanku sendiri lagi? Dasar tua bangka! tidak berguna!"     Nathan menggelengkan kepalanya melihat gadis itu masih mengumpat sebelum berlari dan merebut tumpukan dokument itu dari tangan Akira. "Ap-" "Aku bantu."    Mata keemasan itu hanya mendelik tajam sebelum melanjutkan langkahnya yang terhenti karna Nathan yang kini berjalan disisinya. "Apa?  Kau benar benar ingin mati ditanganku? Persetan! bawa pergi jalang b******k itu dari apartementmu atau aku tidak akan menginjakkan kaki ku lagi disana!"    Jemari lentik gadis itu menekan tombol lift dengan gemas melirik tajam pada Nathan yang baru saja ingin membuka mulutnya. "Diam."    Desis Akira membuat Nathan diam diam tersenyum saat gadis itu lagi lagi mengumpat. Brengsek! Nathan benar benar menginginkan bibir menggoda yang makin tampak panas itu saat mengucapkan kata kata kotor. "b******k! Dasar pemalas! m***m! Tua bangka tidak berguna! Mati saja kau!"    Akira mengakhiri sambungannya,  menoleh kearah Nathan yang masih menatapnya dengan tatapan sialan panas yang membuat perutnya seketika menegang. "Apa?"    Alis Akira terangkat, tubuhnya mendadak kaku saat jemari panjang itu terulur menyentuh bibir bawahnya. "Kau sangat panas saat mengumpat."    Bisikan sensual itu membuat Akira mendadak terengah, ia memejamkan matanya sejenak mendengar dentingan Lift yang terbuka membuat Nathan menarik tangannya. "Berikutnya tidak perlu membantuku!" "Kau lembur?"    Akira menggeram kesal teringat jika pria dihadapannya adalah pria yang sangat ahli memainkan kata dan merusak emosinya. "Bukan urusanmu, letakkan itu disana!" Perintah Akira ikut meletakkan barang barangnya diatas meja. "Kau tidak takut dilantai ini sendirian?"    Ada ketakutan dimata keemasan itu yang berusaha disembunyikan lewat tatapan tajamnya. "Memangnya siapa yang akan menggangguku?"    Nathan menundukkan tubuhnya tiba tiba membuat Akira melangkah mundur tanpa sadar hingga punggungnya menyentuh pinggiran meja. "Aku, mungkin?"    Akira mengerjap sekali mendadak kehilangan kata katanya saat sepasang lengan kokoh itu bergerak melewati sisi tubuhnya mencari tumpuan pada meja, mengunci pergerakan Akira dengan tubuh panasnya dan feromon memabukkan yang seketika membius hingga melumpuhkan seluruh sistem syarafnya. "Kau-" "Bagaimana jika kita mengulang malam itu?"    Akira menahan nafasnya saat hembusan panas dari mulut pria itu berhembus membelai wajahanya. Brengsek! Bagaimana bisa tubuhnya merespon semuanya dengan baik sementara kepalanya mendadak kehilangan fungsinya seperti ini? "Ah yah, kau sepertinya lupa! Jadi, mari aku ingatkan kembali." "Apa yang kau bicarakan?"      Akira mendesis pelan menatap bibir yang sejak tadi ingin dilumatnya dengan keras. Oh, sepertinya ia mulai gila. "Aku tahu, kau juga menginkanku."    Kedua irisnya bergerak menatap sepasang mata yang juga manatapnya dengan tatapan yang sama begitu menginkannya. "Disini?"    Nathan menggeram rendah saat taju jika Akira menangkap maksudnya dengan sangat baik. "Persetan, aku menginginkanmu."    Akira memekik saat bibir panas itu jatuh tepat dibibirnya,  melumatnya dengan keras dan liar hingga Akira merintih dalam mulutnya. "s**t!"     Akira membuka bibirnya membiarkan lidah panas yang bergerak liar itu menghancurkan pertahanannya dan menyusuri setiap sudut bibirnya.    Desahan yang teredam oleh bibir panas Nathan membuat pria itu makin menggila, menggerakkan jemarinya menyusuri kulit paha Akira yang terbuka lalu mengangkat perut rampingnya. "You f*****g bastard!"      Akira mejerit setelah melilitkan tungkainya dipinggang liat Nathan, merasakan  gundukan keras itu menekan intinya yang seolah menjeritkan sentuhan jemari sialan panjang milik Nathan. "Language, Please!"    Kecupan panas itu jatuh dibahu terbuka Akira, meloloskan gaun yang membungkus tubuhnya hingga teronggok mengenaskan diatas lantai.    Kedua bibir mereka kembali beradu,   menggeram rendah saat jemari Akira bergerak cepat melepaskan kemaja Nathan. "Hei hei."     Nathan  menunduk mengecup belahan d**a Akira yang mendongak menggigit bibir bawahnya karna sensasi sialan yang merasuki tubuhnya. "What the hell are you doing to me!?"    Akira menjerit tertahankan saat jemari panas itu bergerak melepaskan penutup yang menangkup dadanya. "Menyentuhmu."    Akira membelalakkan matanya yang berair, sensasi itu kembali menyerangnya saat bibir sialan panas Nathan mengulum puncak dadanya, menyecapnya bergantian dengan jemari yang ikut membantu menyiksanya. "b******k!"    Nathan menggeram membiarkan Akira membantunya melepas celananya. "Kita benar benar melakukannya."    Itu bukan lagi sebuah pertanyaan, melainkan pernyataan yang membuat Nathan makin menggelap. "Ya." Sahut Nathan dengan suara seraknya, menatap Akira yang begitu indah dalam pelukannya dengan tatapan menggelapnya. Lagi. "Ah!"     Akira menjerit keras,  mendongak dengan mulut terbuka saat milik Nathan melesat dengan cepat mendesaknya, memenuhinya hingga terasa begitu sesak merenggut nafasnya. Brengsek! Sebenarnya ada apa dengan ukuran pria ini? "Boleh aku mulai?"    Geraman rendah itu membuat kuku kuku cantik Akira membenam menanamkan dirinya dikedua bahu kokoh pria itu, menandakan ia butuh waktu untuk menyesuaikan diri.   Kecupan kecupan dileher hingga rahangnya membuat Akira sedikit lebih tenang hingga ia membuka matanya, mengangguk pelan yang membuat Nathan kembali menggeram mulai menggerakkan dirinya yang berada dalam lembah panas gadis yang bahkan baru sekali ditemuinya. Ah, maksudnya dua kali. "Nathan!"     Tubuh Akira terguncang, bergetar hebat saat Nathan mulai menghentaknya dengan kuat. Ia benar benar tidak berdaya saat ini. "Ya, sebut namaku."    Nathan mendesis dengan rahang mengeras, kakinya bergerak kearah sofa meletakkan Akira dengan tubuh memerah menggodanya disana. "Apa yang kau lakukan padaku, b******k!"     Akira kembali menyumpah. "Sepertinya kau sibuk."    Nathan membungkukkan tubuhnya saat mendengar ponsel diatas meja bergetar, mengecup bibir bengkak Akira dengan cepat sebelum menarik tungkai kaki jenjang gadis itu agar bertumpu diatas bahu kokohnya.   Nafasnya semakin memberat saat mendengar desahan dan jeritan Akira yang bahkan mengumpat karna  terlalu keras menghentaknya. Oh, perempuan ini benar benar! "b******k!"    Akira akan gila sebentar lagi, perutnya menegang. Seluruh tubuhnya bergetar dengan hebat saat kenikmatan itu merenggut akalnya secepat hembusan nafasnya. "Yeah, c*m to me."    Nathan menghentak semakin menggila, semakin keras hingga Akira meracau tak terkendali. "Oh!" "Sebut namaku, Akira." "Nathan!"    Satu sentakan kuat Nathan membuat Akira melenguh panjang dengan tubuh yang melengkung terkejut dengan kenikmatan luar biasa yang baru saja meracuninya. Untuk pertama kalinya Akira benar benar menyesal karna terlalu mabuk malam itu. "Bersiaplah."    Desis Nathan dengan rahangnya yang makin mengeras sekeras hentakannya dibawah sana, bergerak cepat mencari kepuasannya tanpa membiarkan Akira bernafas sejenak menikmati pelepasannya. "Sialan!"   Nathan mengumpat, menyadari ia sama sekali tidak menggunakan pengaman saat ini. "Dimana?"    Akira membelalakkan matanya, baru menyadari maksud pria yang makin menggila dibawah sana hingga ia kesulitan untuk berpikir. "Ayolah, Akira!"     Nathan menggeram kesal dengan tatapan tajam menghunus Akira yang mengumpat kesal. "Dimana saja!"     Tepat saat Akira mengatupkan bibirnya, Nathan melepaskan dirinya disana. Memenuhi Akira dengan beberapa sentakan yang membuat tubuh kaku Nathan mulai bernafas sebelum menarik dirinya perlahan yang sialnya lagi lagi menimbulkan percikan menggilakan. Brengsek! Tadi itu benar benar panas, hingga ia ingin melakukannya lagi dan lagi. "Another round?"    Nathan bersandar pada lengan sofa menatap tubuh indah yang masih memerah menggoda dihadapannya, masih terengah dengan mata terpejam menikmati sisa kenimatan dari pergulatan panas mereka. "Aku sibuk."     Kedua mata itu terbuka menunjukkan mata keemasan yang masih sama berkabutnya karna gairah. "Sepertinya."     Gadis itu bergerak meringis pelan sebelum bangkit memunguti pakaiannya yang teronggok mengenaskan diatas lantai. "Apa kau akan tetap disana?"    "Kalau kau meminta, aku akan tetap disini bersamamu."    Gadis itu menoleh dan melemparkan tatapan tajamnya, benar benar tidak percaya apa yang ia rasakan dari setiap sentuhan Nathan yang sebelumnya hanya samar samar di ingatannya. Apa yang Akira rasakan dan ia temukan malam ini adalah hal yang sama sekali tidak terduga, ada sesuatu yang terus menariknya dan Akira tidak tahu. "Tidak perlu." "Aku tahu kau ketakutan."     Akira melotot kesal saat kekehen pelannya tertangkap oleh telinga gadis itu, berdecak kesal seraya melempar pakaiannya kearah Nathan. "Aku tidak ketakutan!"    Akira berniat kekamar mandi sebelum Nathan tersenyum menggoda seraya mengedipkan matanya kearahnya. "Tadi itu luar biasa."    Akira terperangah, mendelikkan matanya sebelum pipinya memerah tanpa bisa ia cegah. Brengsek! Apa Nathan sedang menggodanya? "Mati saja kau!"    Akira mejerit kesal sebelhm melenggang memasuki kamar mandi dengan suara bedum keras, meninggalkan Nathan yang  bergegas bangkit dengan cepat. Ada sesuatu yang harus ia pastikan disini. Sesuatu yang sialnya ada pada gadis itu.. ..Sakira Cleonardo. **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN