Gadis Yang Aneh

860 Kata
Karma POV Aku terbangun saat mendengar suara jam alarm yang kupasang. Aku lalu berangsur bangkit dan mengusap wajahku dengan lembut sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukaku agar bersiap untuk memulai hari. Lekas saja aku menuju dapur untuk membuatkan sarapan yang lezat sekaligus bekal untuk aku dan putriku, Sherly. Hai aku Karma Wynne, aku adalah seorang Presdir di perusahaanku sekaligus Ayah dari putri tunggalku yang baru berumur 5 tahun bernama Sherly Wynne. Dikenal mapan dan tampan Ekhem sayangnya tak membuat aku mudah mendapat jodoh. Selain karena aku selalu sibuk bekerja dalam urusan bisnis, Sherly, putriku sangat tidak gampang untuk akrab dengan orang lain terutama seorang wanita. Beberapa tahun belakangan, aku memang dekat dengan beberapa wanita, namun semua wanita itu menjadi korban jahilan dari putri tercintaku itu dan mereka memilih untuk menjauhiku. Aku pernah bertanya kenapa Sherly melakukan hal itu? Apa dia tak ingin Ayahnya bahagia? Apa yang dia jawab? Dia bilang kalau semua wanita itu tak pantas untuk jadi pendampingku, dia bilang juga padaku kalau aku tak bahagia bersama mereka begitu juga dia. Dia akan suka jika aku bahagia dan nyaman dengan seorang wanita begitu juga dia. Awalnya kupikir dia egois supaya kasih sayangku selalu tertuju padanya tapi mendengar jawabannya, aku bangga dengan tindakan putriku, dia tak ingin aku melakukan kesalahan. Jam menunjukan pukul 06.00, aku lalu berjalan menuju pintu kamar putriku itu dan mengetuknya dengan perlahan. Aku lalu masuk dan menemukannya sedang tertidur pulas. Kusingkap gorden yang menghalangi cahaya matahari masuk ke dalam kamar Sherly. Kulirik padanya yang kini menggeliat tak nyaman karena sinar matahari. Kudekati dia dan menggoyangkan tubuhnya secara perlahan, perlahan matanya yang terpejam terbuka langsung menatapku. Ah, melihat putri kesayanganku ini, aku selalu membayangkan Ibunya. Wanita yang menjadi cinta pertamaku. Sayangnya, dia sudah lama pergi meninggalkan kami. Aku yakin suatu hari dia akan menjadi seperti Ibunya. "Daddy," panggilnya lemah karena baru saja terbangun dari tidurnya. "Good morning sweety, saatnya bangun kau harus ke sekolah." kataku lembut. Dia merengut manja padaku dan memeluk tubuhku. "Sherly, jangan merengut seperti itu kau harus ke sekolah." ujarku sambil melepaskan pelukannya padaku. "Daddy akan bersiap-siap dulu, jadi kau juga harus bersiap-siap." Sesuai dengan perkataanku tadi, aku bersiap-siap untuk menuju ke kantor. "Pagi Daddy," sapa Sherly saat melihatku turun. Dia sudah siap dengan seragam sekolah dan tas sekolahnya. "Pagi putriku sayang," balasku sambil menghampirinya dan mengecup kening Sherly. "Terima kasih buat sarapannya Daddy, ini enak sekali." puji Sherly. "Sama-sama." balasku. Aku senang karena dia menyukai sarapan yang aku buat. Memang sih sejak dulu dia selalu memuji makananku tapi tetap saja selalu pujiannya membuatku merasa istimewa. Aku duduk dan menghabiskan sarapanku agar lekas pergi ke sekolah dan ke perusahaan. Tak lupa aku memasukkan bekal Sherly ke tasnya supaya dia tak lupa dengan bekalnya. Sherly mencium pipiku dan keluar dari mobilku. Dia lalu melambaikan tangannya dengan raut wajah cerianya seperti biasa ketika dia memandangku lagi. Aku pun membalas dengan melambaikan tanganku padanya dan setelah dia masuk, barulah aku pergi meninggalkan sekolah tersebut. Oh iya aku lupa ada beberapa hal yang harus aku beli dulu, semoga saja aku tepat waktu ke kantor. Aku pergi ke tempat parkiran mall untuk memarkirkan mobilku. Selagi aku berkonsentrasi dengan jalan, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan kehadiran sebuah sepeda dengan seorang gadis yang mengendarainya lewat di depanku. Aku otomatis rem mendadak. Beruntung, gadis itu juga dengan cepat mengayuh sepedanya menyebrang menuju ke tempat yang lebih aman. Aku mengembuskan napas lega saat tahu bahwa gadis itu selamat. "Maaf paman." ucap gadis itu dan langsung pergi. Sepertinya dia juga sedang terburu-buru, oh iya aku harus membeli sesuatu ah jadi lupa lagi. Aku menaruh barang belanjaanku ke bagasi mobil dan menutupnya. Dering telepon menginterupsiku dan segera kuangkat. "Halo," ucapku. "Halo Tuan, anda di mana sekarang?" tanya Nakamura, sekertarisku. "Aku ada di mall sekarang, sedang membeli beberapa barang. Apa ada masalah?" tanyaku padanya. "Rapatnya akan segera dimulai Tuan, semua orang pun sudah mulai berdatangan." jawabnya. "Bagus, aku akan ke sana secepatnya." sahutku. Aku segera menutup teleponku dan meraih pintu mobil untuk masuk. Tapi, aku merasakan sebuah benda berada di belakang kepalaku. "Jangan bergerak atau kau akan kutembak," ancam seorang pria yang berada dibelakangku. Aku yakin benda yang menempel di kepalaku ini pasti sebuah pistol. Aku diam menuruti ucapannya. "Sekarang berikan pada kami, uang, ponsel dan barang berharga lainnya." Segera kurogoh sakuku untuk memberikannya ponselku. Tapi sebelum aku memberikannya, aku bisa merasakan pistol yang tertempel di belakang kepalaku mendadak hilang. Aku memberanikan diri untuk membalikkan badanku. Aku terkejut karena melihat seorang gadis tengah berkelahi dengan 3 orang pria. Tunggu? Bukankah gadis itu yang hampir kutabrak? Dia dengan lihai menghindar dari semua serangan 3 orang itu dan sukses memukul dan menendang mereka. Sepertinya dia sangat terlatih. Aku miris melihat seorang pria yang berteriak kesakitan saat gadis itu mengunci tangan dari seorang perampok dan hampir mematahkannya. Ketiga orang itu segera berlari menjauh saat si gadis melepaskan ketiganya. "Apa Paman baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap jam tangannya. Inginnya aku membalas pertanyaan itu, tapi saat aku membuka mulutku, tiba-tiba saja dia langsung memotongnya. "Yah sama-sama, aku harus pergi sekarang." katanya pamit padaku dan kembali berahli ke sepedanya yang tak jauh dari tempatku berdiri. Hm, sepertinya dia memang sedang terburu-buru. Gadis yang aneh sekali. End of Karma POV
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN