-03(pacar menyebalkan!)

898 Kata
       Reyhan pamit kepada Pak Doni untuk ke luar sebentar. Dia mendadak ingin buang air kecil. Setelah selesai dengan urusannya, dia berniat kembali ke ruang gym. Namun, tepat di depan ruang musik langkahnya terhenti. Dentingan piano yang mengalun lembut di tengah keheningan berhasil menarik perhatiannya. Setahunya, hari ini tidak ada ekskul musik. Karena penasaran, dia pun mendorong pintu kaca di depannya. "Lagi ngapain?" Reyhan menatap gadis berjaket kulit hitam yang tengah duduk berhadapan dengan piano. Gadis itu mendongak kaget lalu menghembuskan nafasnya kasar. Jemarinya berhenti menari di atas tuts piano. "Lagi main futsal," cetusnya. Reyhan menaikan sebelah alisnya, lalu berjalan mendekat. "Ya lagi belajar main piano lah, mata lo gimana, sih?" gadis itu melanjutkan perkataannya. "Suaranya jelek. Ini piano-nya yang bermasalah, atau lo-nya yang gak bisa?" Reyhan kembali bertanya dengan nada nyinyiran. "Gak usah ngeledek deh. Namanya juga baru belajar, mana mungkin langsung bisa," bela gadis itu. Reyhan menarik kursi yang terletak di pojok ruangan. "Geser!" suruhnya. Gadis itu menurut saja. "Lo mau ngajarin gue main piano?" Reina Akilah Albert. Cewek itu menatap Reyhan dengan kilatan senang. Bahkan tanpa sadar dia memegang lengan pacarnya tersebut. "Lepas!" sentak Reyhan, pelan namun penuh penekanan. Reina memutar bola matanya malas. "Pegang pacar sendiri aja gak boleh," cibirnya. "Sampe mana tadi? Lanjutin aja nyanyinya," suruh Reyhan. Kini, gantian dirinya yang memainkan jemari di atas tuts piano. Tidak mendengar satu lirik pun keluar dari mulut Reina, Reyhan menghentikan permainan piano-nya. Kepalanya bergerak menoleh ke arah gadis di sampingnya. Reina yang menyadari akan hal itu, langsung membuka suara. "Gue gak mau nyanyi. Gue pengennya, lo ngajarin gue main piano," ujarnya. "Gue gak ada waktu. Lain kali aja." Reyhan mengambil sweater yang sempat ditaruhnya di samping piano. "Reyhan, lo mau ke mana, sih?" tanya Reina nyaris berteriak. "Mau latihan lagi," jawabnya datar. Reina mendengus kasar. "Pacar apaan cobak, kayak gitu?" kesalnya. ~JAG~      .Seusai sholat maghrib, Reina sudah rapih dengan jeans hitam, jaket kulit hitam, dan b*****e boots senada. Rambut keriting gantungnya ia biarkan tergerai. Reina memakai lip gloss-nya, lalu beralih menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya. Setelah merasa semuanya siap, Reina meraih kunci mobilnya dan berjalan ke luar dari kamar. Saat melewati hall, matanya menangkap Dona yang sedang berbincang dengan kepala maid di rumahnya. "Mau ke mana?" tanya Dona setelah menyadari keberadaan putrinya. "Ke luar, Ma. Kilah udah salat, dan Kilah janji gak bakal pulang malem. Kilah pergi dulu ya, Ma. Assalamualaikum ...." Reina mempercepat langkahnya menuju pintu utama untuk segera ke luar dari rumah besar itu. "Waalaikumsalam, hati-hati Kilah!" seru Dona. "Iya, Ma!" Reina menghampiri mobil sport-nya yang terparkir rapih di basement, berjejer rapih dengan beberapa mobil milik keluarganya. Mobil yang dikemudikan Reina melaju pelan melewati gerbang yang sudah dibuka selebar mungkin oleh satpan di mansion-nya. Satu jam kemudian, mobil silver itu kembali terparkir, namun di tempat berbeda. Di tengah-tengah keramaian, mobilnya terparkis sejajar dengan beberapa mobil yang bagian depannya terpasang stiker. Sama persis dengan stiker yang tertempel di kap bagian depan mobilnya. Reina menurunkan kaca mobil di sampingnya kala seseorang dari luar mengetuknya "Hei, Gard!" seru Reina dengan senyum yang terukir manis. "Turun dong, masa di mobil mulu," ucap cowok itu. Bibirnya menyunggingkan senyum membuat Reina ikut tersenyum, lalu senyumnya tak terlihat lagi karena kaca mobilnya kembali ia naikan. Sejurus kemudian, Reina sudah aberada di luar. Tepatnya di hadapan Regard, salah satu teman satu club mobil Reina. Senyuman cowok itu melebar kala melihat penampilan Reina malam ini. Seperti malam-malam sebelumnya, always awesome. Regard merentangkan tangannya hendak memeluk Reina. Tapi, melihat Reina yang mengangkat tangannya, membuat cowok itu mengurungkan niat tersebut. "Lo kenapa? Tumben gak mau peluk," tanya Regard. "Lo belum denger kabar apapun? Gue udah punya cowok sekarang. Jadi, lo ngerti 'kan? Ada hati yang lagi gue jaga." Reina meringis geli dengan kata-katanya. Regard mengedigkan bahu, menutupi keterkejutannya ketika mendengar hal itu. "Lawan gue siapa?" tanya Reina. Regard menunjuk cowok dengan jaket levis hitam dan jeans hitamnya. "Namanya Delon, dari geng Rojerd,"  jawabnya. "Kayak biasa, ya, gak ada taruhan-taruan," ucap Reina. Regard mengangguk faham. "Delon udah setuju soal itu. Lo siap-siap aja dulu, gue mau nyamperin si Delon-nya." dia menepuk bahu Reina pelan lalu beranjak dari hadapan gadis itu. ~JAG~       "Satu!" "Dua!" "Tiga!" Sebuah bendera hitam-putih bermotif kotak-kotak melayang di udara, menandakan bahwa balapan antara Reina dan Delon dimulai. Reina melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Mobilnya melesat bak angin, membelah jalanan kota yang tidak terlalu ramai. Mereka memang sengaja memilih jalan yang jarang dilewati banyak orang agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Reina melirik kaca spion mobilnya, memperhatikan mobil sport Delon yang berusaha menyalip mobilnya. Tersenyum sinis, Reina menambah kecepatan mobil karena tidak ingin membuang banyak waktu. Sekitar lima belas meter lagi ban mobilnya akan menyentuh garis finish. Dan dia berhasil memenangkan balapan bersama Dion. Tidak lama kemudian, Reina bisa mendengar sorakan anak geng batman---club mobilnya. Delon mampiri Reina dan mengajak gadis itu bersalaman. Tidak ingin sonbong, Reina menerima uluran tangan Delon. "Lo keren!" puji Reina, basa-basi. "Lo yang menang, berarti lo yang keren. Gak nyangka gue, bisa dikalahin sama cewek," kekeh Delon. Reina ikut terkekeh. "Makasih pujiannya, tapi gue gak butuh. Gue duluan. Guys, Gue duluan!" Reina berseru pamit, lalu kembali memasuki mobilnya. Baru saja dia akan menghidupkan mesin mobil, ponselnya berdering. Membuat Reina mengurungkan niat dan memilih mengangkat telponnya lebih  . "Reyhan?" "Halo?!" "Lo di mana? Gue di rumah lo. Tadi siang bilangnya mau istirahat, eh malah keluyuran." Reina mendengkus. "Sok-sok an nyariin," cibirnya tanpa suara. "Gue di luar, bentar lagi balik. Kalo mau nunggu, ya tunggu. Kalo mau pulang juga, gak papa!" "Gue tunggu, gak pake lama." "Iya, bawel!" Reina mematikan sambungan telponnya. Dia menyalakan oobilnya sambil menggerutu kesal.  "Dikira gue nggak tau apa? Gue tau maksud lo ngajakin gue jalan malem-malem kayak gini. Kebaca tahu gak?" ~JAG~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN