-02(gagal!)

1005 Kata
         Reina mengikuti arah ke mana perginya ketiga cewek yang sempat meminta fotbar dengan Reyhan tadi dengan ekor matanya. Saat dia kembali meluruskan pandangannya, Reyhan sudah tidak berada di hadapannya lagi, membuat gadis itu berdecak jengkel. "Reyhan Gadriana Putra! Lo cowok gue bukan, sih?" seru Reina. Tentu saja dia jengkel dengan sikap dingin Reyhan yang bernotabe pacarnya sekarang itu. Merasa namanya terpanggil, Reyhan membalikan tubuh. Netranya menghunus netra cantik milik primdona SMA Garuda tersebut. "Apa lagi?" cetus Reyhan. "Biasa aja dong ngomongnya. Gue cuma mau, lo anterin gue pulang. Niat pacaran sama gue gak sih lo? Masa pacarnya belom pulang karena nggak bawa kendaraan, lo malah seenak jidat main pergi gitu aja," ujar Reina. Reyhan melirik Lexa dengan sorot mata tajamnya. Lalu, dengan langkah lebar dia menghampiri Reina, menarik kasar lengan gadis itu. "Rey, aku---," ucapan Lexa terhenti ketika Reyhan kembali menatapnya tajam. "Lo yang memulai semuanya. Jadi, gak usah ngerengek kayak anak kecil," desis Reyhan. ~JAG~         "Lo gak usah kasar, bisa gak, sih?!" sentak Reina. Gadis itu melepas paksa lengannya yang dicekal Reyhan kuat-kuat. "Naik!" suruh Reyhan. Reina berdecak pelan. "Tuhan, apa dosa hambamu ini sampai engkau mempertemukan hamba dengan makhluk aneh seperti ini?" ocehnya, dramatis. "Naik!" suruh Reyhan lagi. Mengabaikan ocehan tak bermutu cewek itu. "Iya, bawel!" Reina naik ke atas jok belakang motor Reyhan dengan berpegangan pada pundak cowok itu. Sesaat kemudian, motor Reyhan melaju meninggalkan parkiran sekolah. Meninggalkan banyaknya sorot mata yang menatap mereka dengan macam-macam makna. Bagaimana tidak? Kedua famous di SMA Garuda itu ternyata terlihat sangat cocok ketika sudah resmi berpacaran. ~JAG~          Reyhan memakirkan motornya di depan sebuah mansion yang terbilang cukup mewah. Bahkan, dia tidak pernah menyangka bahwa kediaman salah satu keturunan Albert itu, ternyata semewah ini. Ah, iya! Dia melupakan sebuah fakta. Bahwa anak pemilik yayasan tempatnya bersekolah itu tidak mungkin memberikan hal yang biasa-biasa saja untuk anak gadis satu-satunya ini. "Makasih," ucap Reina, seaat setelah turun dari motor Reyhan. "Besok-besok, gak usah minta anterin pulang sekolah lagi!" cetus Reyhan. Reina menaikan sebelah alisnya. "Lo beneran suka gak sih, sama gue?" tanya Reina. Belum sempat Reyhan menjawab, Reina sudah memotongnya terlebih dulu. "Emmh ..., gak usah dibahas kali, ya? Lo 'kan gak mungkin macarin gue kalo lo gak punya rasa apapun sama gue." bertanya sendiri, menjawab sendiri. Reina tersenyum sinis. Reyhan mengedikan bahunya. "Gue balik!" setelah itu, dia kembali menghidupkan mesin motornya lalu meninggalkan pekarangan rumah Reina. Reina menghentakan kakinya kesal. "Udah kebaca, gak usah pake mingkem-mingkem segala. Dikira gue b**o!" kesal Reina. Saking kesalnya, gadis itu meremas kuat anggrek yang tertanam subur di sebuah pot gantung di sampingnya. Dia bahkan tidak menyadari, bahwa kelakuannya itu bisa membuat Dona---sang mama---marah besar. "Akilahh!" Nah, sudah dibilang bukan? Reina melirik sang mama dan bunga yang diremasnya secara bergantian. "Mampus gue!" desisnya pelan. "Kamu apain bunga mama, Kilah?" seru sang mama, lagi. "Eng---enggak sengaja ma. Beneran! Nanti Kilah ganti deh sama yang baru," ucap gadis itu. Jantungnya hampir copot karena takut sang mama akan menghukumnya. Karena, terakhir kali dia merusak tanaman Dona, dia disuruh merapihkan ruput di halaman belakang, yang seharusnya menjadi tugas tukang kebun di rumahnya. "Janji ya, diganti! Pokoknya, setelah mama pulang arisan, tanamannya harus udah diganti," pesan Dona. Reina mengangguk cepat. Dona tersenyum puas lalu berjalan menuju mobilnya setelah berpamitan kepada Reina. Setelah mobil sang mama melaju keluar dari pekarangan rumahnya dan tidak terlihat lagi, barula Reina bernafas lega. "Untung aja gue gak disuruh jadi tukang kebun di rumah sendiri untuk yang ke sekian kalinya," gerutu Reina. Karena letih, gadis itu memutuskan untuk masuk ke mansion sebelum dia ke luar rumah lagi untuk membeli bunga anggrek, sebagai ganti bunga anggrek sang mama yang dia rusak tadi. ~JAG~          Reina memasang sealtbet lalu membuka bagian atas kap mobil sport-nya. Sebelum menyalakan mesin, gadis itu meraih ponselnya terlebih dulu. Mencari kontak Reva lalu menghubunginya. Tidak butuh waktu lama, suara Reva sudah terdengar nyaring di telinga Reina. "Hallo!" Reina menjauhkan ponsel dari telinganya ketika suara cempreng Reva membuat telinganya berdengung. "Biasa aja ngomongnya. Gimana? Ada?" "Ada dong. Tar malem, di tempat biasa, jam delapan. Gue gak bisa ikut, Rio apa lagi. Jadi, lo hati-hati. Jangan lupa jadwal lo besok. Awas aja kalau sampe lo drop." Reina mendengus geli. Sepupunya satu ini sangat mirip cerewetnya dengan Dona. "Iya, bawel!" Reina mematikan sambungan telponnya secara sepihak. Tidak perduli seberapa kesal Reva yang belum selesai bicara padanya. ~JAG~        Reina menyusuri koridor sekolah yang sepi. Setahunya, hari ini hanya ada ekstrakulikuler boxing. Reina yakin, mereka sedang latihan di tempat gym yang terletak di lantai atas. Reina mempercepat langkahnya menuju tempat gym sekolah. Dia berniat meminjam kunci sebentar untuk membuka ruang musik. Pasti kuncinya berada di tangan Pak Doni sekarang---pelatih boxing di sekolahnya. Reina menatap pintu kaca di depannya. Dugaannya benar, pak Doni dan beberapa anak yang mengikuti ekskul boxing tengah berkumpul di dalam sana. "Permisi, pak!" seru Reina. Pak Doni menoleh ke arah Reina, lalu tersenyum. Dia sangat mengenali Reina, bukan hanya karena Reina cucu dari pemilik yayasan sekolah, tapi karena Reina memang sering bertemu dengan pak Doni hanya sekadar untuk meminjam kunci. "Rei, mau pinjam kunci?" tanya pak Doni. Reina mengangguk. Tidak lama setelahnya, pak Doni memberikan kunci yang tergeletak di atas meja kepada Reina. "Makasih, Pak. Nanti saya balikin kalo udah beres," ujar gadis itu. Pak Doni mengangguk. Reina tersenyum dan hendak keluar dari tempat gym. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya tak sengaja menangkap sosok familiar. "Reyhan!" seru Reina. Cowok yang dipanggilnya itu hanya menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan aktivitasnya. "Rey, gue nelpon lo dari tadi. Kenapa gak diangkat?" tanya Reina. Gadis berjaket kulit hitam itu menatap Reyhan---sang pacar---dengan tatapan sebal. Cowok itu masih saja diam. "Lo denger gue gak, sih?" tanya Reina dengan nada suara yang mulai meninggi. Reyhan menoleh, hanya sekilas. "Hape-nya gue silent." Reina menghembuskan nafasnya kasar. "Tar malem, gue mau ngajak lo jalan," ucap Reyhan sembari berjalan mengambil botol air mineralnya. Reina menatap cowok itu kaget. "Gue gak bisa!" "Harus bisa!" "Apaan, sih? Gak boleh maksa dong. Gue ada urusan," ujar Reina. Wajahnya seperti menahan kesal. "Lo cewek gue bukan, sih?" tanya Reyhan. "Lo kenapa jadi bawa-bawa status, sih? Gue ada urusan. Besok seleksi pertama, gue gak mau ke luar rumah. Mau ngumpulin tenaga buat besok." tanpa mengatakan apapun lagi, Reina melenggang pergi. Reyhan berdecak sebal lalu meraih ponselnya. Cowok itu mengetik sebuah pesan lalu mengirimnya kepada sebuah kontak. Me: Sorry, gue gagal! ~JAG~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN