8. Rencana

1465 Kata
"LO NGAPAIN DI SINI ALIEN?!" teriakan Ara mengema saat melihat Vando di depan rumahnya pagi ini. "Jemput lo lah, Nona," kata Vando dengan santai lalu melangkah menghampiri Ara yang masih berdiri di depan pintu. "Ayo Nona! Udah jam segini, nanti kesiangan." "Gue gak mau!" seru Ara kencang sambil mengeleng. "Ada apa, Sayang?" tanya Agra yang sudah berada di depan pintu juga. Ia langsung melangkah keluar rumah saat mendengar teriakan putrinya itu. Vando tersenyum riang melihat sosok yang berada di hadapannya kini. "Ini Papa lo, Nona?" "Iya!" ketus Ara. Vando langsung menyalami Papa gadisnya itu. "Saya Vando, Pah, pacar anak Papa, sekaligus calon menantu nanti," kata Vando dengan lancar. Agra terkekeh mendengar ucapan anak cowok di depannya yang sedang menyengir lebar itu. "Saya Agra." "Jangan sok akrab, Alien! Lagian siapa juga yang mau nikah sama lo?!" seru Ara garang. Ia kesal dengan Vando yang terlalu percaya diri dan Papanya yang malah tertawa. "Papa juga ngapain ketawa sih?! Emangnya ada yang lucu?!" "Liat tuh! Anak Papa kan galak gitu, kok kamu mau sih? Emangnya kamu gak khawatir gitu?" goda Agra membuat putrinya melotot tak terima. Vando tertawa. "Kalau anak Papa jadi pendiem itu yang harus di khawatirkan, Pah," kata Vando membuat Agra ikut tertawa juga. "Ayo, Nona, kita berangkat!" "Gak! Gue bareng sama Papa gue!" Ara kesal karena Papanya malah akrab dengan Alien sinting itu. "Maaf, Sayang, Papa hari ini ada rapat, jadi gak bisa nganterin kamu ke sekolah," sesal Agra membuat Vando tersenyum menang, sementara Ara memasang muka masamnya. "Apa salahnya sih berangkat bareng Vando? Dia udah rela berangkat lebih pagi buat jemput kamu loh." "Yang salah tuh itu!" Ara menunjuk kendaraan yang dibawa Vando dengan jengkel. Sebuah sepeda berwarna pink yang terparkir cantik di halaman rumahnya. "Kan biar romantis, Nona." "Romantis apanya hah?!" jerit Ara kencang. Rasanya ia ingin sekali memukul Alien di depannya itu untuk meluapkan rasa kesalnya. "Mau naik sepeda apa gue gendong sampai sekolah, Nona?" Vando menyeringai sambil menaikan alisnya membuat Ara tak pilihan. Dengan geram Ara melangkah mendahului Vando. Saat sampai di depan sepeda Vando, Ara langsung menendang sepeda itu hingga jatuh mengenaskan. "PINKYYYY!!" jerit Vando histeris sambil berlari menghampiri sepedanya yang sudah tergeletak di atas tanah. Vando menatap Ara dengan mata berkaca-kaca. "Minta maaf, Nona!" Ara melongo melihat reaksi Vando yang berlebihan menurutnya. Ia memijit pelipisnya saat mendengar Vando mulai terisak pelan. Ia merasa deja vu. "KEMARIN ROBOT! SEKARANG SEPEDA! ASTAGA ALIEN! OTAK LO DI MANA HAH?!" "Kamu lihatkan, Mommy kamu galak, jadi maafin yah mungkin dia khilaf," kata Vando mengabaikan omelan Ara. Dengan hati-hati ia dirikan sepedanya lagi. Agra sudah terbahak geli di depan pintu melihat dua anak remaja itu. "Pacar kamu lucu, Sayang!" seru Agra saat sudah bisa mengendalikan dirinya. Ia masih terkikik. Diusapnya sudut matanya yang berair karena tertawa tadi. "LUCU APANYA? SINTING IYA!" Ara meraung histeris mendengar ucapan Papanya. Ara tak peduli lagi bila ada tetangganya yang protes nanti akibat suara teriakannya pagi ini. "Lo juga jadi nganterin gue gak hah?! Lama-lama bukan cuma sepeda lo doang yang gue tendang, lo juga!" "Jadi Nona, ayo naik!" "Gue bonceng di mana?" tanya Ara bingung saat melihat sepeda Vando yang tak ada boncengannya "Di sini, Nona," kata Vando kalem sambil menepuk-nepuk depan jok sepedanya. Ara menghela napas panjang lalu mengusap dadanya. 'Sabar! Sabar!' bathinnya. Ia benar-benar harus menambah jumlah stok kesabarannya. Seperti saat ini, ia harus menahan dirinya untuk tidak mencabik-cabik tubuh Alien di depannya yang sudah tersenyum songong baginya. *** "Bisa lebih cepat gak sih, Alien!" protes Ara saat Vando mengkayuh sepedanya dengan lamban."Gue bunuh lo kalau sampai telat!" Vando hanya tersenyum mendengar gerutuan Ara sepanjang perjalanan. Omelan Ara sudah seperti makanan sehari-hari baginya. Ia pun mengkayuh sepedanya dengan kencang membuat Ara kembali menjerit histeris. "GAK USAH NGEBUT JUGA ALIEN BODOH! KALAU SAMPAI GUE JATUH, GUE KULITI LO HIDUP-HIDUP!" Mereka tidak sadar kalau menjadi tontonan pengguna jalan lainnya. Vando tertawa dan malah menambah kecepatan sepedanya. Vando benar-benar menikmati pagi yang indah ini menurutnya. Ara langsung turun saat sepeda Vando telah berhenti di tempat pakir khusus sepeda. Jantungnya masih berdentam karena acara ngebut tadi. Saat Vando selesai memakirkan sepedanya, Ara langsung mencengkram kerah seragam Vando. "Jangan pernah jemput gue pakai sepeda itu lagi!" desis Ara tajam lalu memberi Vando bogem mentah yang sudah dari tadi ditahannya sejak di rumah. "Astaga! Masih pagi gue udah dapet pukulan cinta bukannya morning kiss," ringis Vando. "Lo mau gue bogem lagi hah?!" seru Ara lalu bergegas pergi meninggalkan Vando menuju kelasnya, kalau tidak, ia yakin, ia bisa membunuh Vando saat itu juga. Setelah sampai di kelasnya Ara langsung terkulai lemas di bangkunya. Menghadapi Vando benar-benar menguras energinya, padahal tadi ia sudah sarapan. "ARAAAA!!" teriak ketiga teman Ara saat memasuki ruang kelas membuat Ara menutup telinga. Mereka langsung menghampiri Ara yang menatap mereka malas. "Gue gak nyangka, lo benar-benar jadian sama Vando!" seru Bia dengan mengebu. "Iya, apalagi tadi so sweet banget pakai acara naik sepeda segala!" timpal Clara yang tak kalah semangat dengan Bia. Bia mengangguk kencang. "Iya, tapi gue gak bisa bayangin Tom and Jerry pacaran kok yah?" "Iya, sepedanya lucu banget, warnanya pink lagi," kata Dira membuat Bia dan Clara menepuk dahinya, sementara Ara tertawa pelan mendengar pernyataan Dira. Bagi Ara, berkumpul dengan teman-temannya benar-benar bisa mengembalikan mood baiknya. *** "Kantin yuk!" ajak Bia saat bel isrirahat berbunyi dan di balas anggukan dari ketiga temannya. Mereka semua pun melenggang keluar kelas. "Araaa!" panggil seseorang saat baru saja Ara dan yang lain keluar kelas. Mereka semua menengok ke arah sumber suara tadi. Ara terbelak kaget saat mengetahui siapa yang memanggilnya. Sosok pria tampan dengan setelan jas kantor menambah kesan gagah pada pria itu yang membius para siswa perempuan di sekolahnya. Cakka mempercepat langkahnya untuk menghampiri sosok anak perempuan yang digilai anak bungsunya. "Ada apa, Om?" tanya Ara canggung saat Cakka sudah berada di hadapannya. Senyum Cakka berubah menjadi tawa saat mendengar nada canggung itu. "Jangan panggil Om dong, panggil saya Ayah! Kan kamu sudah jadi pacar anak saya," goda Cakka sambil tersenyum jahil. Ia ingat saat anak bungsunya bercerita kemarin dengan ekspresi lucu dan bahagia. Wajah Ara memanas. Alien Sinting itu benar-benar! Ia melirik temannya yang sudah terkikik pelan. "Ada apa, Yah?" Raut wajah Cakka berubah menjadi serius. "Ayah butuh bantuan kamu, Ra. Kamu bisa bantu Ayah? Ini penting banget soalnya." Ara menghela napas lalu mengangguk. Ia tak enak bila menolak permintaan ayah sih Alien yang sepertinya penting itu. Cakka tersenyum senang. Ia tak menyangka begitu mudah mengajak anak gadis yang kini jadi pacar anaknya itu. "Kita bicarain ini di kantor Ayah, Vando, Difa, Oca, dan Arsa udah ada di sana!" kata Cakka. "ayo! Ayah udah minta izin kok tadi sama wali kelas kamu." Ara pun mengikuti langkah Cakka setelah mengambil tasnya di kelas."Semangaattt!" teriak temannya membuat ia mendelik ganas ke arah mereka. *** Kini Ara sudah berada di dalam ruang kerja Cakka. Matanya tadi menatap takjub kantor Ayah si Alien Sinting itu. Tak hanya itu, sosok Ayah yang hangat hilang menjadi dingin saat berada di kantor membuat Ara bergidik. Namun, saat memasuki ruang kerja dan berkumpul dengan keluarganya sosok Ayah itu kembali hadir. "Sini, Nona! Sini!" seru Vando sambil menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Ara menatap sofa lainnya yang sudah terisi. Dengan berat hati ia pun duduk di samping Vando. Vando tersenyum menang, dipeluknya gadisnya itu dari samping, sementara yang lain hanya menggeleng melihat tingkah mereka berdua. "Lepas, Alien!" desis Ara tajam. "Gak mau!" kata Vando sambil menggeleng membuat Ara jengkel. "Jadi ada apa Ayah mengumpulkan kami semua?" Ara pasrah dalam dekapan Vando. Ia yakin kalau protes yang ada mereka akan berdebat panjang. "Ayah mau kasih kejutan ke Bunda kalian dalam rangka anniversary pernikahan kami yang ke 23 tahun," jelas Cakka. "Wow 23 tahun!" seru Vando takjub. "Nona, nanti kalau kita nikah, kita harus lebih dari 23 tahun yah, pokoknya sampai kita sama-sama gak bisa bernapas lagi, Nona!" "Siapa lagi yang mau nikah sama lo, Alien!" "Mau gak mau, pokoknya harus mau Nona!" tegas Vando. "Jangan sampai ada pria lain Nona, kalau sampai ada, gue pastiin pria itu besoknya bakalan hilang entah ke mana!" seringai Vando muncul membuat Ara bergidik. Sampai kapan pun Vando tak akan melepaskan gadis yang berada didekapannya kini. "Itu egois namanya!" seru Ara tak terima. "Kita perlu egois untuk bahagia Nona, kalau gak, selamanya kita bakal diliputi rasa tidak enak pada orang lain, kalau kaya gitu kapan bahagianya Nona? Yang ada diinjek-injek!" kata Vando membuat Ara mingkem. Ara ingin membantah, tapi yang dikatakan Vando memang ada benarnya juga. Akhirnya ia hanya bisa cemberut saat tak bisa membalas perkataan Vando membuat Vando menyengir lebar. "Jadi rencana Ayah apa?" tanya Difa yang berusaha mengembalikan topik intinya. Cakka menggeleng, karena ia sendiri tidak tau apa rencananya. "Makanya itu Ayah ajak diskusi kalian." Suasana menjadi hening. Mereka semua sibuk dengan pikirannya masing-masing. "Aku punya ide, Yah!!" seru Vando kencang membuat yang lain menatapnya. "Gak usah teriak juga kali!" protes Ara saat Vando berseru keras tepat di dekat telinganya. "Maaf, Nona, gue terlalu semangat." Vando menatap Ara sambil menampilkan wajah menyesalnya. "Bunda kan suka laut, gimana kita bikin kejutannya di pantai aja?" "Boleh tuh dek!" sahut Oca yang sedari tadi hanya diam. "Terus ada ide lainnya?" tanya Arsa. Vando mengangguk lalu melanjutkan ucapannya dan yang lain mendengarkan dengan tenang sambil mengusulkan ide-ide lainnya. Cakka tersenyum puas saat rencana telah dibuat, ia tidak sabar menunggu hari-H nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN