12. Cemburu

1865 Kata
Tidur Ara terusik saat mendengar ketukan di pintu kamarnya. Demi Tuhan, ini masih pagi buta dan ia baru tidur tadi saat larut malam! Tidak bisakah ia tidur dengan tenang? "NONA BANGUN! NONAAAA!" Ara menutup telinganya dengan bantal, berusaha untuk tidur kembali. Namun ketukan dari luar semakin menjadi-jadi. "NONA BANGUUNN! KALAU GAK, GUE DOBRAK NIH!" Ketukan pun berubah menjadi gedoran. Ara menyingkap selimutnya dengan kesal lalu bangun. Dengan kasar ia membuka pintu kamarnya dan mendapati sosok manusia yang sangat ingin dihajarnya saat ini tengah menyengir lebar. "Ada apaan hah?! Lo ganggu tau gak?" seru Ara kesal. Vando menggeleng. "Gue pengen ngajak lo ke suatu tempat, Nona." "Ogah! Gue ngantuk!" Ara kembali menutup pintu kamarnya. Namun, dengan cepat Vando menahannya. "Ayolah Nona, lo gak bakal nyesel kalau ikut gue," bujuk Vando sambil masih menahan pintu kamar Ara. "Gak mau!" Ara meradang. Ia berusaha menutup pintu kamarnya kembali. Demi apapun, ia sangat mengantuk. Ia hanya perlu tidur, bukan ikut Alien Sinting itu! "Gue gak terima penolakan, Nona." Ara menyerah! Percuma saja, sekeras apapun ia menolak, Vando selalu berhasil memaksanya. Dari pada ia capek berdebat, mending ia mengikuti kemauan Alien egois itu. "Gue ngantuk, Alien." Vando pun berjongkok membelakangi Ara. "Lo ngapain, Alien?" tanya Ara bingung. Vando menengok. "Katanya lo ngantuk, Nona, ayo gue gemblok biar lo bisa tidur, nanti kalau udah sampai baru gue bangunin." Tawaran menarik dari pada ia harus berjalan dengan mata yang masih ingin terpejam. Ara pun menutup pintu kamarnya lalu naik ke punggung Vando. Ara menaruh dagunya di leher Vando saat Vando mulai berjalan. Ia coba memejamkan matanya kembali, tapi aroma tubuh Vando mengusiknya. Aromanya menenangkan membuat ia ketagihan saat menghirupnya. Ia berusaha menahan dirinya agar tidak menempelkan hidungnya ke leher Vando. "Gue baru tau cewek kaya lo suka Hello Kitty," gumam Vando pelan. Ia mengira gadisnya sudah kembali tertidur. Tadinya ia ingin mengoda gadisnya saat melihat gadisnya menggunakan piyama pink bergambar Hello Kitty. Tidak lupa dengan sendal tidur pink berkepala Hello Kitty juga. "Memangnya ada yang salah dengan Hello Kitty?" tanya Ara tanpa membuka matanya. Vando tertawa. Ternyata gadisnya mendengar gumamannya. "Lucu aja." "Ya, ya, ya, gue sadar kok kalau gue memang lucu dan menggemaskan," gumam Ara. Ia masih enggan membuka matanya, walau ia sendiri bingung ke mana si Alien membawanya. "Betul, betul, betul." Vando menirukan salah satu tokoh kartun favoritnya. "Ternyata kita sama yah Nona, lo suka Hello Kitty dan gue suka robot Superman." Ara mendengus lalu membuka matanya. Sebuah jitakan pun mendarat di kepala Vando. "Samanya di mana bodoh?" "Kita sama-sama bertingkah sok dewasa, walau sebenarnya jiwa kita masih bocah." "Tapi gue gak lebay kaya lo, Alien!" "Jangan salahkan gue, Nona, salahkan gen Ayah gue yang turun ke gue, makanya gue bisa lebay kaya gini!" "Dasar anak durhaka!" cibir Ara. Ia kembali memejamkan matanya. Mereka kini telah berada di luar penginapan. Ara mempererat tubuhnya ke punggung Vando saat hawa dingin menyapa kulitnya. "Dingin?" "Hemm," gumam Ara sambil mengangguk di leher Vando. "Kita mau ke mana sih Alien?" "Ntar lo juga tau, Nona," jawab Vando tanpa memberi tahu tujuannya. Ara berdecak sebal. Ia kembali membuka matanya lalu mengedarkan pandangannya. Sepi! Itu yang pertama kali ia lihat. Ara memaklumkan karena ini masih pagi buta. Ia pun tersadar bahwa Vando melangkah menuju pantai yang terletak tak jauh dari penginapan mereka. "Udah sampai, Nona," kata Vando saat sudah berada di pinggir pantai. Ara turun dari gendongan Vando lalu menatap sekitarnya. Walau pagi masih menggelap, tapi sudah ada beberapa orang yang sedang duduk di pantai sambil menatap laut. "Lo gak bermaksud ngajak gue berenang pagi-pagi butakan?" Ara menatap Vando ngeri. Vando terkekeh lalu mengacak rambut gadisnya. "Lo ngegemesin banget sih, Nona," kata Vando sambil mencubit pipi cubby Ara. "Lepas Alien!" Ara melepas cubitan Vando di pipinya. Ara mendelik sebal ke arah Vando lalu mengusap bekas cubitan Alien itu yang terasa panas di pipinya. "Sakit tau!" "Maaf deh, maaf, sini gue tiupin." "Gak perlu!" ketus Ara. "Kita mau ngapain sih?" Vando tak menjawab. Ia duduk di hamparan pasir putih. Ditatapnya gadisnya yang masih berdiri di sampingnya. Ia pun menarik tangan gadisnya untuk ikut duduk juga. "Gak usah di tarik juga kali!" gerutu Ara saat pantatnya menyentuh pasir putih lalu memeluk lututnya sendiri. Senyumnya mengembang saat pemandangan laut berubah dari gelap menjadi ke oren-an. Ia berdecak kagum. Sunrise di pantai ini benar-benar indah. Dengan perlahan matahari menampakan cahaya. "Pemandangannya indah yah, Nona?" Ara mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya. Ia masih terpesona dengan pemandangan di depannya. "Ada yang lebih indah, Nona, lo tau gak?" Ara mengernyit bingung lalu menggeleng dan menengok. Ia terbelak saat Vando sedang menatapnya dengan jarak yang sangat dekat. Ia terbuai dengan tatapan yang di berikan oleh pemilik mata hazel itu. Bahkan ia bisa merasakan hembusan hangat napas pemilik mata hazel itu menyapa wajahnya. "Lo Nona, lo lebih indah dari apapun, Nona." Ara bisa merasakan wajahnya memanas. Ia ingin sekali mengalihkan pandangannya, tapi matanya seolah terkunci dengan mata hazel itu. Ia tersentak saat sesuatu yang kenyal dan dingin menyentuh bibirnya. Awalnya hanya kecupan, tapi tak lama berubah menjadi lumatan. Ara tersadar. Alien Sinting itu mencium bibirnya. Ia langsung mendorong tubuh Alien itu menjauh lalu membuang wajahnya. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdentam kencang. Tawa Vando meledak saat melihat wajah gadisnya. "Buahahaha, muka lo merah banget, Nona." Ara menatap Vando garang. "Sengaja kan lo? Padahal gue berharap ciuman pertama gue sama pangeran, tapi ini malah sama alien!" "Wow, gue anggap gue itu sebagai kebanggaan," kata Vando spontan. "Seharusnya lo bersyukur, Nona, gue gak kalah tampan sama pangeran, malah gue lebih tampan. Lagian mana ada pangeran yang mau cium cewek galak kaya lo, Nona." Ara mendengus tak suka, saat ini ia harus mengakui bahwa Alien di sampingnya memanglah tampan. Kulitnya putih bersih, badannya atletis dengan punggung lebar, rahang kokoh, hidung mancung, alis tebal, mata teduh, dan bibir seksi yang tadi menciumnya. Ia tak bisa membayangkan saat Alien sinting itu dewasa nanti. Ara menggeleng. Rasanya ia ingin mewek dengan fakta-fakta itu. *** Ara dan Vando telah kembali ke penginapan saat langit telah terang. Oca tadi memberi tahu mereka berdua agar siap-siap untuk berenang di pantai. Kini mereka semua telah berkumpul di loby menunggu Ara yang tak kunjung datang. "Kamu samperin gih, Dek!" suruh Oca Vando mengangguk. Namun, belum sempat ia melangkah Ara sudah terlihat. Mata Vando sukses melotot saat melihat gadisnya. "LO APA-APAAN PAKAI BAJU KAYA GITU NONA?!" teriak Vando saat Ara berada di hadapannya. Ara melirik pakaiannya bingung. Sepertinya tidak ada yang salah dengan pakaiannya, hotpans dan tanktop. "Kenapa? Emang ada yang salah?" "Ada! Lo gak punya kaus sampai pakai tanktop doang?" sahut Vando tegas. Raut wajahnya mengeras karena menahan emosi. "Salahnya di mana hah?! Lagian kitakan mau berenang di pantai, jadi wajar kali! Gue bukan pakai bikini ini!" Ara meradang. Ia kesal karena si Alien marah gara-gara masalah sepele. "Ganti bajunya, Nona, kalau mau berenang!" desis Vando tajam. "Atau gue bakal kurung lo di kamar kalau masih keukeuh pakai baju itu!" "Gak sekalian aja gue pakai daster panjang!" protes Ara. "Itu malah lebih baik, Nona," sahut Vando sambil mengendikan bahunya. "Lo itu milik gue ,Nona, dan gue gak suka berbagi keindahan milik gue sama orang lain!" Ara menganga. Ia tak menyangka bahwa Alien Sinting itu yang notabennya pacarnya karena menang tantangan begitu posesif. Dengan geram ia kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian. Ia yakin akan ada pertumpahan darah bila ia tetap meladeni si Alien posesif itu. "Mereka itu pacaran apa adu tinju sih? Kerjaannya berantem terus," bisik Oca pelan pada Arsa. Arsa mengendikan bahunya. Ia sendiri bingung dengan adik kekasihnya itu. "Kamu lebay!" ejek Cakka, Ayah Vando. "Salahkan penyumbang besar gen lebay pada diriku Yah," sarkas Vando membuat Ayahnya mingkem, sedangkan yang lain menahan tawanya. *** Mereka semua kini sudah berada di pantai. Wajah Ara masih masam karena kejadian tadi. Ara duduk tak jauh dari pinggir pantai. Matanya sibuk memperhatikan orang-orang yang sedang berenang atau sekedar berjemur. "Nona," panggil seseorang yang membuat moodnya jelek. Ara mendongak dan mendapati Vando berdiri di depannya. Kalau tidak sedang kesal mungkin ia akan memuji tubuh pria yang bertelanjang d**a di depannya itu. Ia bisa merasakan para wanita menatap ke arahnya. Bukan! Lebih tepatnya ke arah pria di depannya itu. "Ayo berenang." Vando menjulurkan tangannya. Namun, gadisnya bangun tanpa membalas uluran tangannya. Ia pun bergegas menyamai langkah gadisnya yang melangkah mendahuluinya. Langkah Ara terhenti saat mendengar seorang wanita memanggil Vando lalu berjalan menghampiri mereka berdua. "Hai, Van," sapa wanita tadi pada Vando. "Lo di sini juga?" tanya Vando semangat. Wanita itu mengangguk. Mereka berdua pun larut dalam obrolan yang Ara tak mengerti. Ada perasaan tak suka yang menyusup hatinya saat melihat Vando begitu dekat dengan wanita itu. Merasa diabaikan, ia pun memutuskan pergi. Saat tengah larut dalam obrolannya, Vando sadar bahwa ia tadi tidak sendiri. Ia pun menengok tapi tak mendapati gadisnya di sampingnya. Sudah berapa lama ia mengabaikan gadisnya itu? Dengan cemas ia pamit lalu mencari Ara. Ia mengacak rambutnya gusar saat tak menemukan gadisnya juga. Ia coba menenangkan dirinya lalu kembali mengedarkan pandangannya dengan perlahan. Tiba-tiba matanya terpaku pada dua insan yang berbeda jenis kelamin tak jauh darinya. Raut wajahnya kembali mengeras saat melihat gadisnya sedang tertawa bersama pria lain. Ia berjalan cepat menghampiri gadisnya dengan hati panas. Saat sampai ia langsung meninju pria itu membuat Ara berteriak. "LO APA-APAAN SIH ALIEN?!" "LO-NYA YANG APA-APAAN NONA! GUE CEMAS NYARIIN LO, TERNYATA LO MALAH ASIK-ASIKKAN SAMA COWOK b******k INI DI SINI!" jerit Vando frustrasi. Apa ia cemburu? Tentu! Sangat malah! Ara menatap Alien di depannya. Mata Alien itu memancarkan kemarahan, rasa sakit, kekhawatiran, sekaligus rasa bersalah. Apa segitu cemburunya kah si Alien? Ia pun masih cukup waras untuk tidak berdebat dengan Vando yang sedang memburuk moodnya. Ara memeluk Vando erat mencoba menurunkan emosi si Alien. Biasanya ini berhasil jika ia lakukan pada abang dan papanya saat mereka marah padanya. "Harusnya gue yang marah karena lo ngabaikan gue, Alien. Gue gak suka diabaikan, makanya gue pergi dari pada nunggu lo ngobrol kaya kambing congek. Sama kaya lo, gue pun ketemu teman gue, akhirnya kita ngobrol dari pada gue sendirian kaya orang b**o," gumam Ara. Vando mengela napasnya lalu membalas erat pelukan gadisnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena mengabaikan gadisnya tadi. "Kenapa gak bilang, Nona?" "Gimana gue mau bilang, lo ngajak gue ngobrol juga kaggak, bahkan lo gak sadar pas gue pergi." "Maafin gue, Nona." Vando mengecup lama puncak kepala gadisnya. "Jangan pernah lihat cowok lain, Nona, gue cemburu! Rasanya pengen banget gue abisin cowok lain yang merebut perhatian lo." "Sory yah, gue gak bermaksud bikin kalian berantem," kata pria tadi yang bersama Ara. Ia bergidik mendengar nada posesif dan ancaman dari pacar temannya itu. "Dia milik gue! Sampai kapan pun milik gue! Berani lo sentuh dia apalagi mencuri perhatiannya, gue pastiin lo gak bisa liat matahari lagi besok pagi!" kata Vando dengan penuh menekanan. Ara melepas pelukannya membuat Vando merengut tak terima. "Dia itu teman gue, Alien! Namanya Zelo dan dia udah punya pacar tau! Itu tuh pacarnya lagi jalan ke sini!" Vando menatap ke arah yang ditunjukan Ara. Ia dapat melihat seorang gadis melangkah ke arah mereka. "Jadi gadis tadi itu siapa?" tanya Ara tajam. "Laura, temen lama gue, Nona," jelas Vando. Ara menatap Vando tak percaya. "Serius Nona." Vando mengerjapkan matanya saat menyadari sesuatu lalu tersenyum lebar. "Cieeee cemburu." "Lo sendiri juga cemburu, Alien!" cibir Ara. Vando terbahak. Perasaannya kembali menghangat. Digendongnya gadisnya di depan. "Ayo kita berenanggg!" seru Vando. Ia mengabaikan omelan Ara lalu menceburkan tubuh Ara ke air laut. Sebentar lagi pasti .... "DASAR ALIEN SINTING! i***t! KECEBONG SAKIT! SETAN TAK BEROTAK! OTAK-OTAK BULUK!" teriakan Ara menggema saat ia berhasil berdiri dengan tubuh basah kuyup. Dengan membabi-buta, ia mengejar Vando lalu mendorongnya ke laut, jadilah mereka bermain kejar-kejaran dengan saling menceburkan. Sementara itu, Zelo menatap mereka takjub. Ia tak tau harus prihatin pada pacar Ara atau pada Ara. "Mereka romantis dengan cara mereka sendiri yah," gumam gadis di sampingnya yang juga memperhatikan mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN