Chapter 16

2107 Kata
“Apa lagi tugasku sekarang?” tanya seorang pria berambut perak dengan sebuah tato yang khas di tangan tangan dan belakang lehernya. Pria itu masih muda, pakaiannya formal begitu rapi meski ada aura yang begitu kuat di sekitarnya. “Sementara itu saja,” jawab Chaning sambil memainkan kaca pembesarnya tengah meneliti sebuah lukisan besar di meja. “Orang yang kau cari sudah aku dapatkan, mau aku bawa bawa tubuhnya utuh atau hanya kepalanya saja?” Wajah Chaning terangkat, pria itu tersenyum simpul membalas tatapan tatapan tajam Liebert. “Bawa saja dua atau tiga buah kukunya yang kau cabut.” Liebert tertawa nyaring terlihat terhibur meski jawaban Chaning terdengar menakutkan. Liebert, pria berusia dua puluh Sembilan tahun itu adalah bayangan Chaning. Seseorang yang menggantikan Chaning di mata semua orang, kebanyakan orang tahu bahwa Liebert adalah peminpin mafia klan Benvolio. Meski usia Liebert masih sangat muda, kemampuannya yang sempurna membuat Chaning tidak ragu memilih Liebert. Liebert adalah anak seorang pengusaha cokelat yang terkena bangkrut akibat krisis global. Saat itu Chaning temukan ketika Liebert berusia sepuluh tahun bersama kakak perempuan Liebert. Chaning membawanya pergi ke ke Italia dan melatih mereka. Kakak perempuan Liebert menjadi pembunuh bayaran yang sangat hebat, namun kariernya berakhir ketika dia memilih memutuskan untuk menikah dengan seseorang pria. Pernikahan indah yang sempat di rasakan kakak Liebert harus berakhir tidak menyenangkan, kakak Liebert pergi entah kemana. Kepergian kakak Liebert membuat Liebert bekerja lebih keras untuk menjadi murid terbaik Chaning hingga akhirnya kini Liebert memiliki kedudukan yang kuat dalam keluarga Benvolio. *** Petri berjalan menyusuri jalan, kekalahan yang dia dapat hari ini membuat Petri terjatuh ke dalam kesedihan yang mendalam. Selama ini Petri selalu berusaha untuk menjadi anak yang sempurna, cerdas, kuat dan bertanggung jawab, ha itu di karenakan Petri adalah tumpuan masa depan keluarga McCwin. Petri selalu berusaha membuat Darrel bangga dengan menjadi anak yang sempurna agar Darrel memperhatikan dirinya. Hari ini Petri mengalami kekalahan, betapa besar rasa kecewa yang dia rasakan di dadanya hingga membuat Petri di landa kekhawatiran jika Darrel juga kecewa padanya. Dalam keramaian di orang-orang di sekitarnya, Petri berjalan sendirian tanpa sopir yang menjemputnya karena mobilnya tengah di pakai Ellis untuk pergi belanja dengan teman-temannya. Mengenai Ellis, seperti biasa adiknya itu lebih sibuk menghabiskan waktu bersma teman-temanya meski dia tahu betul bahwa sekarang Petri tengah sedih. Terkadang Petri merasa kecewa dengan sikap Ellis, adiknya begitu selalu ingin menjadi nomer satu dalam keluarga, namun Ellis sendiri sama sekali tidak begitu menunjukan kepedulianya pada keluarganya dan bersikap bahwa keluarganya itu berharga. Tidak jarang Petri sering mengalami masalah dan menjalani hari yang buruk, Petri harus berjuang sendirian untuk bisa kembali mengobati luka di hatinya. Lain cerita jika itu terjadi kepada Ellis, anak itu akan merengek ke sana-kemari hingga harus membuat Petri meluangkan banyak waktunya yang terkadang untuk hal-hal tidak penting. Jika Petri menolak membantu, maka Ellis akan melaporkan dan mengadu pada Darrel. Petri membuang napasnya dengan berat, kakinya melangkah lebar mempercepat perjalanannya menuju rumah yang masih jauh. Suasana di sekitar taman terlihat ramai dari biasanya, suara sirine mobil polisi terdengar, orang-orang terlihat sibuk di depan sebuah kantor. Ada banyak wartawan yang memotret kejadian di sekitar. Petri membelah keramaian, anak itu semakin mempercepat langkahnya agar segera sampai ke rumah. Tanpa sengaja Petri melihat Burka bersama Leary yang sama-sama berjalan kaki, Buka membawa tas besar di kedua tangannya, sementara Leary memeluk sebuah tas kain berisi pupuk untuk beberapa bunga. Leary, anak itu terlihat kesulitan membawanya, namun dia tetap memeluknya dengan erat dan membantu Burka yang sama-sama kesulitan karena membawa setelan kerja milik Darrel yang selalu di haruskan di cuci dengan cara yang khusus. Petri memelan langkahnya agar Burka dengan Leary tidak menyadari kehadirannya. Perhatian Petri terjatuh pada sepasang kaki mungil Leary yang kini hanya mengenakan sepatu jelek yang terlihat kekecilan. Burka belum mendapatkan dana untuk membeli sepatu baru Leary karena itu Leary mengenakan sepatu lamanya. Bila Petri ingat, sepatu baru Leary hilang karena itu Leary sempat menangis hingga bersujud di lantai. Langkah Petri memelan, anak itu memutuskan untuk pergi melalui jalan yang berbeda dari Burka dan Leary. Petri merasa masih tidak nyaman untuk berhadapan dengan Leary sejak kejadian beberapa hari yang lalu. Kebencian terasa sangat kuat di dalam diri Petri, namun secara bersamaan dia juga merasa kasihan pada Leary sejak mengetahui bahwa Leary juga mengalami kehidupan yang sulit saat bersama ibunya. *** Begitu sampai ke rumah, Burka memutuskan pergi ke tempat Darrel agar bisa segera merapikan pakaiannya, sementara Leary pergi menemui tukang kebun yang kini tengah bekerja merapikan beberapa jenis bunga. Terik panas sinar matahari yang menyengat membuat Leary kehausan dan membutuhkan minum. Leary berlari pergi menuju dapur untuk mengambil minuman. Tidak adanya orang di dapur membuat Leary tidak bisa meminta tolong dan harus mengambilnya sendiri. “Anda kenapa di sini?” Leary yang baru meneguk air di ambilnya langsung melihat Vika, salah satu pelayan rumah. Perlahan Leary menelan minumannya, lalu menjawab, “Saya ingin minum.” Vika bersedekap menatap tajam gelas dalam genggaman Leary. “Jika Anda ingin makan dan minum, jangan mengambil sembarangan. Itu gelas nona Ellis, tidak ada yang boleh memakainya.” Leary langsung meletakan gelas indah itu di atas meja, anak itu mundur dan tertunduk. “Maafkan saya.” Vika mendengus tidak suka, wanita itu terlihat terang-terangan dan tidak ragu menunjukan ketidak sukaannya pada Leary karena tidak ada siapapun yang membelanya. Melihat keterdiaman Vika dan ekspresi tidak sukanya membuat Leary di landa kekhawatiran. “Saya akan mencucinya sekarang.” “Baguslah, cepatlah cuci sebelum nona Ellis mengetahuinya.” Leary kembali mengambil gelas itu dan bergerak menuju wastafel, kaki Leary langsung berjinjit mencoba meraih keran dan mencuci gelas. Sementara Vika, wanita itu tidak beranjak dan hanya bersandar pada lemari sambil memperhatikan Leary. “Anda itu harus tahu. Anda itu di sini cuma menumpang hidup dan makan saja, karena itu jangan membuat siapapun marah, apalagi mengharapkan di perlakukan sama seperti tuan Petri dan nona Ellis,” celetuk Vika terdengar kasar. Tangan mungil Leary sempat berhenti bergerak begitu mendengar perkataan Vika. “Baik, saya akan mengingatnya,” jawab Leary. *** Hari telah berlalu, langit mulai gelap, kediaman keluarga McCwin terlihat sedikit sepi dari biasanya. “Ke mana Petri?” “Kakak bilang dia sedang tidak ingin makan.” Darrel sempat terdiam begitu mendengar jawaban Ellis. Pandangan Darrel berpindah pada kursi Leary yang kini sama-sama kosong, sejak kemarin Darrel sama sekali tidak melihat kehadiran Leary untuk ikut bergabung makan bersamanya. “Ke mana anak itu?” Darrel kembali bertanya. “Leary? Aku juga tidak tahu, Ayah,” jawab Ellis dengan cemberutan. “Sepertinya dia masih marah.” “Marah?” Ellis mengangguk, “Sebelum Ayah pulang dari perjalanan bisnis, kami makan malam bersama. Karena juru masak tidak tahu Leary alergi makanan laut, mereka memasak makanan laut, Leary tidak sempat makan dan berlari pergi,” cerita Ellis yang sepenuhnya tidak seperti itu. Darrel kembali di buat terdiam begitu mendengar cerita Ellis yang seperti itu. Darrel baru tahu, ternyata Leary juga memiliki alergi yang sama dengannya. Darrel tidak lagi bertanya dan bersuara, pria itu memilih memulai makan bersama Ellis yang terlihat sedang bahagia hari ini. *** Dalam keheningan Petri terduduk di kursi belajarnya, anak itu menatap kegelapan dengan sendu. Perasaan kecewa atas kekalahannya dari Ferez masih membelenggu hati Petri hingga membuatnya gelisah. Sudah cukup lama Petri duduk di ruangan perpustakaan sekadar mengurung diri dan menenangkan diri. Selama dua jam duduk tidak ada satupun orang yang masuk, terutama Ellis yang tidak Petri lihat sejak perpisahan mereka di sekolah. Rasa sesak di d**a mulai Petri rasakan, wajahnya memanas tidak membuatnya nyaman, Petri demam. *** “Kau mau ke mana?” Chaning bersandar di pagar tangga, melihat Ferez yang kini mengenakan coat hitam keluar dari kamarnya. “Ke luar sebentar,” jawab Ferez terdengar santai, anak itu melewati Chaning begitu saja dan melangkah menuruni beberapa anak tangga. “Ke mana?” tanya Chaning lagi. “Ayah tidak perlu tahu.” “Jika kau tidak memberitahu, pintu rumah ini akan tertutup rapat dan tidak mengizinkanmu masuk sampai besok pagi,” ancam Chaning tidak main-main. “Terserah, tutup saja serapat mungkin,” jawab Ferez tidak terpengaruh sedikitpun. Chaning berdecak kesal melihat kepergian puteranya yang melangkah kian cepat tidak takut sedikitpun dengan ancamannya. Tanpa pikir panjang Chaning mengeluarkan handponenya untuk menghubungi salah satu anak buahnya yang berada di luar rumah. Chaning memerintahkan anak buahnya untuk bersiap-siap mengikuti Ferez untuk memastikan keselamatan puteranya. Chaning tidak memiliki banyak aturan dengan masalah keluarganya, termasuk masalah pergaulan Ferez selama anak itu bisa bertanggung jawab denga segala tindakannya, namun Chaning sangat mengkhawatirkan keselamatan Ferez. *** Leary terduduk di bangku taman memperhatikan riak air kolam ikan di bawah remang cahaya lampu taman. Malam ini Leary tidak pergi keluar karena cuaca yang sangat dingin, para pekerja terlihat sibuk ke sana-kemari entah mengerjakan apa. Kepala Leary mendongkak, melihat ke penjuru arah dan berakhir dengan bangunan perpustakaan yang terlihat terang. Leary teringat buku yang telah di pinjamnya sudah selesai di baca, mungkin sudah saatnya dia mengembalikan dan meminjam buku lain lagi. Tanpa pikir panjang Leary turun dari dari bangku kayunya dan berlari pergi menuju kamar hendak mengambil buku terlebih dahulu sebelum pergi ke perpustakaan. Kesibukan para pekerja yang tengah berkumpul dan berdiskusi membuat Leary dengan mudahnya bisa pergi ke perpustakaan. Senyum sumringah menghiasi wajah mungil Leary begitu kakinya menginjak lantai perpustakaan. Anak itu segera mengembalikan buku yang telah di pinjamnya ke tempat semula, dan dengan leluasanya dia berkeliling ruangan perpustakaan untuk mencari-cari buku yang bisa dia baca. Perhatian Leary dari buku-buku di rak teralihkan begitu dia melihat sosok Petri yang duduk di tempat belajar, refleks kaki Leary mundur dan anak itu bersembunyi di balik rak agar Petri tidak melihat dan memarahinya. Suara erangan samar yang terdengar membuat Leary mengintip di balik rak, anak itu terdiam memperhatikan Petri yang duduk dengan kepala menelungkup di meja, namun bahunya yang bergerak dan suara napasnya yang terdengar kasar membuat Leary menyadari bahwa terjadi sesuatu. Leary melangkah ragu, sesekali gadis kecil itu melihat ke sekitar dan memperhatikan Petri dengan waspada. Leary akan berlari pergi jika Petri terbangun dan melihatnya. Langkah Leary kian mendekat dan berakhir di sisi meja, suar erangan dari mulut Petri mulai terdengar lebih jelas. Petri tengah menangis dalam kesakitan, tubuhnya menggigil di serang demam. “Tu,tuan” panggil Leary pelan. Petri tidak menjawab, enak itu tetap berada pada posisinya yang membuat Leary memberanikan diri mengguncang bahu Petri dan mendorongnya pelan agar bersandar pada kursi. Wajah Petri pucat berkeringat dingin, wajahnya terbasuh oleh air mata dengan bibi gemetar meracau tidak jelas. “Tuan” panggil Leary sekali lagi. Keadaan Petri yang seperti ini mengingatkan Leary pada Olivia yang dulu baru mengalami kecelakaan dan terserang demam. Leary memberanikan diri semakin mendekat dan menyentuh kening Petri dengan punggung tangannya. Tanpa pertimbangan apapun Leary akhirnya memutuskan berbalik pergi dan berlari keluar perpustakaan untuk mencari-cari pertolongan. Dari kejauhan Leary melihat Andrew, sang kepala pelayan tengah bersama Darrel, mereka berdua terlihat berdiskusi serius. Rasa takut dan kecanggungan Leary pada Darrel menghilang karena rasa khawatir, anak itu kian melangkah cepat menghampiri Andrew dan Darrel. “Ayah” panggil Leary dengan napas tersenggal. Darrel membalikan badannya, menghadap Leary yang sudah tidak dia lihat sejak kemarin. “Ada apa?” tanya Darrel dengan datar. Tangan Leary terangkat menunjuk ke arah perpustakaan, anak itu tertunduk tidak berani menatap mata Darrel yang selalu melihatnya dengan dingin dan penuh kebencian. “Saya melihat tuan Petri di perpustakaan, dia sakit.” Darrel menggerakan kepalanya, mengisyaratkan Andrew segera pergi memeriksa keberadaan Petri di perpustakaan. Andrew mengangguk, tanpa berkata apapun dia berlari pergi untuk memastikan apa yang sudah Leary katakan. Kepergian Andrew menyisakan Darrel dan Leary yang kini mematung bingung harus melakukan apa. Bola mata Leary bergerak mencari-cari arah pulang menuju kamarnya. “Saya permisi” Leary membungkuk memberi hormat. “Tunggu” tahan Darrel. Leary mengangkat wajahnya, berusaha memberanikan diri untuk membalas tatapan dingin Darrel yang membuat Leary langsung menyadari bahwa tidak ada tempat untuknya, dia terasingkan. Sejenak Darrel terdiam, memperhatikan wajah Leary dengan seksama sampai akhirnya pria itu bertanya. “Kenapa sejak kemarin kau tidak makan bersama?” Leary mengerjap bingung, tangan mungilnya meremas permukaan pakaian yang dia kenakan. Leary menarik napasnya dalam-dalam untuk mengumpulkan keberanian sampai akhirnya anak itu berkata, “Saya, saya tidak ingin mengganggu Anda dengan nona Ellis dan tuan Petri.” “Kenapa kau memanggilnya tuan?” Bibir mungil Leary mengatup rapat begitu teringat ucapan Petri dan Vika yang menyesakan. “Di sini saya hanya menumpang hidup dan makan, sudah sepantasnya saya memanggilnya tuan.” Jawaban Leary berhasil membuat Darrel termangu. “Saya permisi,” Leary membungkuk memberi hormat, anak itu segera pergi meninggalkan Darrel yang masih di buat bungkam seribu bahasa. Darrel tidak mengerti bagaimana bisa anak sekecil Leary bisa berkata seperti itu, siapa yang mengajarinya? “Tuan.” Andrew datang memboyong Petri yang kini demam. Pikiran Darrel teralihkan sepenuhnya pda Petri yang kini membutuhkan penanganan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN