“Kamu senang berada di sini?” tanya Giozan menoleh melihat Sarena yang saat ini tengah menatap kedepan. “Aku senang.” “Ada masalah?” tanya Giozan. “Kalau aku kemari bukan berarti aku ada masalah,” jawab Sarena membuat Giozan mengangguk, Giozan salah dalam pertanyaannya. Seharusnya ia tidak mengatakan itu. “Banyak hal yang tidak bisa ku ceritakan kepada orang lain, namun jika kamu bertanya aku bahagia atau tidak. Aku sangat bahagia.” Giozan mengangguk dan menunduk sesaat. Giozan terlalu banyak berharap hingga ia jatuh sendiri pada perasaannya. Seharusnya Giozan tak perlu seperti ini, karena tak semua hal yang Sarena inginkan berkaitan dengan masalahnya dengan suaminya. Giozan hanya meyakini satu hal, bahwa Sarena memang tidak bahagia. Terlihat jelas dari tatapan matanya. Namun, Giozan

