CH - 2

1820 Kata
Dua puluh tujuh tahun kemudian .... Ranting-ranting siasat telah menjadi kokoh, waktu yang ditempuh Bernard sudah memasuki garis puncak untuk melakukan pembalasan dendam. Dahulu kala, setelah satu tahun kehilangan anaknya, ia mencari pengganti dengan memungut anak jalanan yang berasal dari negara panda. Selain untuk menjadi tameng pembalasan dendam, ia pun menggunakan anak itu untuk menghibur hati sang istri agar tiada lagi bersedih lantaran kehilangan. Hari ini, anak itu telah menjadi dewasa dan begitu cerdas. Terbukti dari peraihan medali sebagai pelopor perakitan senjata api yang tak pernah didapati orang lain. Atas pengajaran ketat darinya, anak bernama Kendrick itu kini telah menjadi pria penguasa dunia. Setelah rencana tersusun dengan matang, sore ini Kendrick melancarkan rencana awalnya. Bangunan pencahar langit bernamakan Sun City adalah tujuannya kini, untuk menemui seorang target kekejamanmya. Ditengah kericuhan karyawan yang sedang menikmati waktu istirahat, Kendrick melangkah penuh percaya diri menuju sebuah ruang pemilik perusahaan nomor satu dalam negri itu. Tanpa sambutan ia menghadap sang pemilik ruang yang sudah duduk gagah di atas kursi kebangsaan. "Apa kabar, Tuan Shu?" sapanya penuh kegelapan, terpancar dari aura dingin mematikan. Gelagat santai namun mencekam, disambut lawan bicara dengan tatap kejutan. David mengerjap tidak percaya, ia tidak mengira jika seorang yang dikenal tidak pernah berpartisipasi dalam bisnis manapun, kini berada di hadapannya. Begitu pula dengan pria lain penghuni ruang tersebut, ia terperangah dalam kejutan hingga memaparkan dalam kelopak mata yang terbuka lebar. "Tuan Lorge, apa yang membawamu kemari?" tutur David berbasa-basi, hanya untuk melerai kerancuan di dalam hati. Sesungguhnya, kedatangan pria iblis itu mengundang banyak pertanyaan di dalam sanubari. David menerka, serangan awal telah datang berkunjung tanpa diketahui. Tidak akan pria itu sudi menginjakkan kaki pada tempat seperti perusahaan miliknya, terkecuali sesuatu ada dibaliknya. Tiada balasan suara dari lawan bicara, hanya senyuman sinis tersirat dibalik wajah, membuat David kian yakin jika bencana akan menghampiri. Kemudian ia menghela napas dalam, membantu meredakan nyeri dijantungnya, memendam rasa takut dengan paparan wajah tenang. "Suatu kehormatan bagiku jika seorang Tuan Lorge sudi menginjakan kaki pada perusahaan kecil kami," ucap David penuh waspada, yang diyakininya jika salah barang sedikit pun akan membuahkan petaka. Kendrick menarik sebelah bibir ke atas, memberikan senyuman sinis yang terlihat David begitu mengerikan. "Simpan pujianmu, aku sudah muak dengan itu!" Dengan santainya ia menyulut batang rokok, memberikan kesan lebih menakutkan bagi lawan bicara. David membatu kaku, untuk pertama kalinya ia melihat bahkan mendengar suara kejam dari seorang iblis sadis di hadapannya. Seumur hidup, ia hanya mengetahui sosok itu dari kertas bergambar saja. "Bagaimana rasanya—?" Kendrick menjeda kalimatnya, pasang mata mengedar pada tiap penjuru ruangan. Kemudian menilik setiap benda yang berada di sekitar, sebagai pertanda menunjuk objek untuk ucap selanjutnya. "Memiliki perusahaan besar seperti ini hasil dari kejahatanmu?" imbuhnya penuh penekanan, mengutarakan ancaman dalam nada lembutnya. "Apa maksud—" "Oh bukan! Seharusnya aku mengatakan, bagaimana rasanya hidup dengan anak Bernard Wylon selama dua puluh tujuh tahun ini?" ujar Kendrick memenggal ucapan David tanpa jeda. Kepuasan didapatkan, ketika David melebarkan kelopak mata mengisyaratkan kejutan dengan hanya gerakan itu saja. Sebongkah rahasia terpendam rapat begitu lama, David tidak menyangka seseorang akan mudah mengetahuinya. Namun pepatah mengatakan, sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan terperosok ke dalam jurang jua. Persiapan telah ia lakukan, sebelum terbongkarnya rahasia itu. Namun, rasa cemas menggenggam kalbu, jika pria hebat seperti yang berada di hadapannya mengetahui terlebih dahulu. "Kau tau itu rupanya." David tertunduk pasrah, mengingat kelakuan busuknya dua puluh tujuh tahun silam. Ungkapan Kendrick, telah mengingatkan diri akan dosa besar yang telah dilakukan. Demi mendapat harta kekayaan, yang menjadikannya memiliki sebuah perusahaan raksasa itu, ia berani mengambil alih seorang anak penerus tahta kerajaan negara bagian barat dari tangan orang tuanya. "Aku tidak bermaksud memberitaumu untuk itu, kedatanganku kemari untuk menawarkan kerjasama denganmu." Kendrick menatap lekat wajah yang tertunduk itu, berharap persetujuan didapatkannya. David mengangguk ragu, sedikit banyak ia menyibak maksud dari ucapan mengandung teka-teki itu. Ia menerka ucapan itu adalah sebuah ancaman baginya, atau lebih terdengar seperti paksaan. "Perusahaan kami tidak memerlukan senjata, bagaimana kami harus menjalin kerjasama dengan Corner?" tutur David mencibir dengan nada lembut disela ucapannya, berbuah pasang mata melihat pandangan sadis. Kendrick meyakinkan David dengan gerakan mata, ia berpura-pura jika diri tidak pernah mengetahui bahwa David telah menelusuri kehidupannya. Jika tidak, bagaimana David mengetahui bahwa dirinya memiliki sebuah perusahaan rahasia? Corner adalah nama perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi senjata api, tidak banyak yang mengetahui siapa pemilik aslinya. Karena pihak dalam negri membungkam rapat keberadaan perusahaan itu. Meskipun tempat itu sudah berdiri semenjak lima tahun yang lalu, akan tetapi label resmi tidak pernah didapati. Sebuah kedengkian seseorang menjadikannya harus tersembunyi, daripada perusahaan itu mati. Alasan mengapa itu terjadi, sebab bisnis itu memberi banyak bantuan kepada negeri. "Oh, di luar dugaan. Kau mengejutkanku Tuan Shu, bagaimana kau tau aku pemilik Corner, atau lebih tepatnya bagaimana kau tau tentang Corner?" sahut Kendrick mengutarakan kejanggalan. Ungkapan Kendrick membuahkan kejutan berkala tiba menghampiri David, sehingga mulutnya terbungkam rapat ketika ia tidak mampu memberikan alasan. Sebelah tangan Kendrick menelusup masuk ke dalam kantong celana, seolah meraih sesuatu dari dalam sana. David kian terperangah dalam kejutan, menerka jika todongan senjata api akan mendarat di atas dahinya. Tak lain yang terpikir oleh Huan, ia beranjak darinatas sofa yang terletak di tengah ruang. Mencegah hal buruk terjadi dengan segera menghampiri atasannya. Namun, Kendrick menarik arah pandang, memperlihatkan wajah bengis kepada pria yang sedang melahkah menuju ke arahnya. Maka, Huan lekas berdiri tegak, menghentikan langkah ketika isyarat mata bengis itu menusuk indra penglihatan. "Ataukah kau tau dari William Wylon?" Disela ucapan cibiran, Kendrick melempar benda pipih yang telah diambilnya dari dalam kantung celana saat lalu. David menyeringai lega, mengetahui yang ditakuti tidak akan terjadi. Lantas, ia meraih benda itu dari atas meja kebangsaannya. Sejenak ia terpaku, mengulang ucapan Kendrick saat lalu. Mendengar nama William Wylon terucap dari mulut tajam itu, membuat batinnya meringis pilu. Nama itu lah yang membuat David kian dirundung rasa penyesalan. Nama itu pula yang akan menjadi sasaran kekejaman Kendrick saat nanti. David memaksakan diri terlihat tenang, meski jantungnya sudah hampir melompat dari sarangnya, di saat sorotan mata dendam terpancar menembus batas kerancuan. "Tuan Lorge, anda tidak berencana meminta kerjasama dengan Inded bukan?" David kian berusaha bersikap tenang, sehingga senyuman tak luput terpampang disetiap penghujung kalimat. Namun, helaan napas panjang terdengar jelas oleh lawan bicara, membuat kerancuan tidak tersembunyi dengan rapatnya. Kendrick tertawa kecil penuh cibiran, memperjelas mimik ancamannya melalui tatap olokan. "Inded adalah perusahaan pengawal, apa aku akan meminta bekerja sama dengan perusahaan sebesar ini mengandalkan perusahaan kecil itu?" tutur Kendrick kian mencibir. "Tuan Lorge, cukup untuk berbasa-basinya, apa sebenarnya tujuan anda?" ungkap David penuh penekanan, memberikan ancaman balik dari ketegasan nada bicara. "Aku lupa memberitaumu tujuanku, yang sebenarnya ...." sahut Kendrick terjeda, membuat lawan bicara memicingkan sepasang mata. "Aku hanya ingin kau bekerjasama dengan Delast, menjadikan Delast perusahaan tertinggi kedua dalam negri." "Baiklah, aku akan—" "Bukan hanya itu, aku ingin anak wanitamu menjadi jaminan." Kendrick memenggal ucapan secepat cahaya, agar lawan bicara tidak menyepelekan ancaman darinya. Jawaban dari David tanpa berpikir itu, menembus batas emosi tak terkendali. Ia menerka jika keputusan persetujuan yang terucap itu hanyalah penepis semata. Batinnya mengatakan, tidak akan dengan mudahnya seorang pemimpin perusahaan mengabulkan keinginan beratnya. Sehingga, permintaan untuk jaminan itu terucap tanpa di sengaja. "Jaminan untuk?" David mulai merasa gundah, tidak seharusnya anak perempuan semata wayangnya terseret dalam penebusan kesalahan. "Jaminan agar aku membungkam mulut pada Tommy Shu." David tidak berkutik, kembali ia membeku, atmosfer kelam itu berhasil menjangkau rasa takutnya di kala mendengar sebuah nama terucap dari mulut orang lain. Manusia pemilik nama itu lah yang telah membuatnya terlibat dengan seorang bernama William Wylon, yang kini berhasil merebut tahta raja di negri sebrang sana. Kendrick menganggap bungkamnya mulut David sebagai persetujuan, lantas ia menghempas keras sebuah map ke atas meja kebangsaan. "Keputusan ada di tanganmu," ujar Kendrick berusaha mengakhiri perbincangan. David meraihnya ragu-ragu, tanpa kata kembali terucap ia membaca hingga mencerna barisan kalimat yang tergores di atas kertas tak bergaris itu. Lebih banyak kini ia menyibak suatu makna. Yakni, sang iblis ingin mencari bantuan agar Corner mendapat pengakuan dari negara. "Tidak usah terburu-buru untuk menyetujuinya." Kendrick menyeringai keji. Ia melempar puntung rokoknya ke sembarang arah, seolah menganggap sampah tempat mewah itu. "Aku masih banyak urusan, tiga hari lagi aku akan datang ke sini untuk menagih jawabanmu." Tanpa pamit ia melangkahkan kaki, berlalu begitu saja dari hadapan pemilik tempat. David membiarkan kepergian pria sadis itu, saat rasa ingin mengusirnya terpendam sejak saat lalu. Setelah tamu tak di undangnya lenyap dari pandangan mata, David mengumpat emosi mengolok dirinya sendiri. Kemudian membiarkan helaan napas berembus tanpa henti. Syarat yang diberikan, merupakan pilihan yang begitu menyulitkan baginya. Ia telah menjodohkan anak wanitanya dengan anak angkatnya pemilik nama Johanes Norville, seorang pria yang telah diangkat sebagai anak sejak Tommy menyerahkan kepadanya. Ia tidak ingin melepas kesempatan, sehingga berusaha merengkuh Johanes dalam kendalinya. Selain untuk menebus kesalahan, penerus tahta kerajaan itu dapat memberikan kehidupan cerah untuk masa mendatang sang anak. Meskipun kini tahta itu belum ada yang mengetahui, akan tetapi ia yakin suatu saat jika diri berkenan memberitahukan keadaan sang pangeran, maka tiada akan ada yang mampu merenggut kedudukan itu. Kini belum tiba waktunya, ketika ia masih menyembunyikan selama ini. Bukan sengaja ia menimbun rahasia selama itu, ia hanya menunggu waktu yang akurat untuk memberitahukan kepada anggota kerajaan. Bukan! Seharusnya bukan menunggu waktu, ia hanya masih terbelenggu perjanjian sesat dengan William Wylon. 'Sungguh menyulitkan!' ungkap batinnya mengeluh frustasi. Ia pun menyesali telah berkerjasama dengan siluman seperti William, untuk menculik bahkan menyembunyikan Johanes agar tidak mendapat kedudukan pangeran. "Apa yang harus aku lakukan A Huan?" tanyanya kepada seorang asisstant yang sudah setia mengikutinya selama dua puluh lima tahun kebelakang ini. "Kau sudah menggali kuburmu sendiri David," balas Huan penuh sindiran, disertai tawa kecil penuh cibiran tatkala mengingat jika ia sempat memperingati. David menghela napas dalam, menanggapi ucapan yang tiada salahnya sama sekali. Ia meraih udara yang berhamburan dari dalam paru-paru, saat menahan rasa takut yang merangkak menggerogoti jiwa. Benar yang di katakan Huan, ia sudah mencari kesulitannya sendiri, seharusnya ia telah mempersiapkan diri jika hal yang ditakutkannya terjadi begitu saja. Sudah cukup lama ia bersantai menggunakan harta kekayaan haram itu, seharusnya ia tidak perlu merasa terkejut jika semuanya akan terjadi kepadanya. Hanya saja .... "Aku tidak menyangka, jika Veronica akan terlibat," tutur David menyertai penyesalan. "Berikan saja persetujuanmu, aku yakin seorang Veronica Shu tidak akan mudah terancam oleh iblis sepertinya." Huan mengetahui jika wanita bermama Veronica Shu itu adalah seorang gadis pintar yang akan mampu mengendalikan siapapun. David membisu, lagi dan lagi membenarkan apa yang dikatakan asisstantnya. Jika anak wanitanya tidak akan mudah terperosok dalam rayuan maut kaum adam. Terbukti dari kesetiaannya terhadap Johanes selama dua puluh lima tahun ini, Veronica belum pernah mengenal pria lain selain kekasih yang telah dijodohkan ayahnya. Namun tetap saja, David tidak akan tega melakukan itu pada seorang wanita yang bahkan tidak bersalah sama sekali. "Aku harus memikirkannya matang-matang, aku akan menanggung semua dosaku oleh diriku sendiri," ungkap David berteguh hati. "Keputusan ada di tanganmu. Tapi, apa kau tau akibat jika menentang iblis itu? Bukan hanya kau yang akan merugi, anakmu bahkan anak angkatmu akan kehilangan kebahagiaannya." Cukup! Batin David sudah cukup tersiksa selama menyembunyikan anak itu. Ia tidak ingin melakukan kesalahannya untuk kedua kali pada anak angkatnya. Ia mengetahui jika hubungan anak angkatnya dengan anak kandungnya begitu baik. Jika ia menerima tawaran itu, akankah ia merenggut kebahagiaan mereka? • • • Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN