Sadar diri

1206 Kata
Setelah Persentasi tadi aku bergegas kembali keruangan karena Dina sudah menungguku. Dina berusia 24 tahun, dia sudah memiliki pacar seorang polisi. Mereka bertemu saat pak polisi membantu Dina yang terserempet saat berhenti di lampu merah, dan kebetulan pacarnya itu sedang mengatur lalu lintas. "Gimana lin persentasinya lancar."tanyanya. "Alhamdulillah, karena mereka udah tau kalau aku pengganti jadi nggak mungkin kalau sampai ada yang tanya aneh-aneh."jawabku. "Jadi ketemu dong sama bos baru." "He,embb, kenapa.??" "Gantengkan Lin, kata anak-anak kayak opa-opa Korea yah." "Yahh begitulah, mirip V-Bts Dinginnya minta ambless." "Saa ae lo Lin, Btw sabtu gue ada janji sama Marvin. Elo sendiri gapapa kan..??" "It's Okay." "Makanya cari pacar dong Lin, biar ada yang ngapelin." "Buat apaaa..!! entar aja kalau udah nemu yang srek." "Sama si bos enggak srek Lin." "Syuuuutt, bacotnya yahh kebangetan. entar di dengar tetangga." "Kagaa ada elahh Lin, mereka pada masih di kantin, trus gimana enggak masuk nihh kriteria si pak bos." Dina terus mencecar aku tanpa henti, membuatku jadi salah tingkah. "Sadar diri woeyy, aku gadis kampung. Jangan sampai lupa diri kalau aku cuma pegawai rendahan, yang sana berdarah biru kali." "Jangan terlalu merendah Lin, namanya jodoh sapa tau." "Udah Din entar kalau ada yang dengar gak enak, aku cukup sadar diri kok, aku gak mau disebut upik abu berharap jadi nona-nona." "Kalau polisi mau, banyak temen Malvin yang masih jomblo." Aku memandang teman sekosanku itu dengan tatapan tajam, tak bermaksud menindasnya. "Enggak tahu Din, jalani hidup aja entar juga ketemu jodoh sendiri." Akhirnya Dina diam tak bicara lagi, mungkin sudah pasrah dengan ke kolotan ku yang berurusan dengan yang namanya cowok. Enggak ada dikamus otakku berharap mendekati pak bos, aku berusaha untuk tidak terlibat pertemuan lagi dengannya. Setelah jam istirahat selesai Dina kembali ke ruangannya, dan kami bekerja kembali. Sampai 3 jam aku bekerja tidak terasa waktunya untuk jam pulang. Aku membereskan meja kerjaku tak lupa menyimpan File dikomputerku. Menuju lift semuanya tertutup, aku menunggu karena kulihat ada satu lift yang bergerak turun. Namun saat lift terbuka dan terisi mas Hanif beserta pak bos, aku bergegas menundukan kepalaku. Berniat untuk menunggu lift lainnya. Niatku gagal karena ternyata mas Hanif memanggilku dan menyuruhku segera masuk kedalam lift. Aku menegakan badan, lalu melangkahkan kakiku, dan aku memilih untuk berdiri dibelakang mas Hanif. Saat pintu lift tertutup kurasakan getaran disaku Celanaku. Kuraih Hpku, ternyata ada telphon dari ibuku. "Assalamualaikum Nduk." "Wa'alaikumsalam ibu, ada apa tumben telp." "Ibu ngabarin aja, bapak sakit ini ada di rumah sakit." "Sakit apa bu, ibu butuh uang Alin kirim yah." "Bapak jatuh dipabrik ada pergeseran ditulang lututnya. Enggak usah nduk dijamin Asuransi Kesehatan." "Enggeh bu, sabtu Alintha pulang yah, jaga Ayah, Wassalamualaikum." "Wa'alaikumussalam." Saat kumatikan Hp ku barulah aku tersadar jika aku masih berada diantara mas Hanif dan pak Bos. Mas Hanif menoleh padaku, lalu aku menggelengkan kepalaku bermaksud untuk mengkodenya agar tidak membahas di depan bos. Saat pintu lift terbuka aku menunggu mereka berdua keluar, barulah aku keluar langsung menuju kosanku. Jangan ditanya kemana Dina, dia sudah pasti diantar jemput sang pacar. Setelah menyusuri jalan kurang lebih 15 menit sampai dikosan aku langsung menuju kamarku dan bergegas mandi. Sehabis Maghrib aku berjalan kedepan komplek rumah kosanku berniat mencari makan malam, namun tak sengaja bertemu dengan istrinya mas Hanif bersama anak-anaknya, lalu kusapa dan aku berlalu melanjutkan langkahku. Setelah mendapat sebungkus nasi penyetan, aku kembali ke kosanku untuk menyantap makan malamku. Saat sedang makan, kudengar hapeku berdering dikamar. Kuhentikan makanku dan mengambil hape ku. Ibu calling... "Halo ibu assalamualaikum." "Wa'alaikumsalam nduk, bapak mau dioperasi nduk." "Lhoo kata ibu cuma pergeseran tulang lutut kenapa harus operasi" "Masalahnya tiba-tiba bapakmu enggak sadar terus diperiksa katanya ada pembekuan darah dikepala bapak gara-gara jatuh itu nduk, piyee iki." "Kapan operasinya bu." "Nanti jam 10 malam." "Apa harus nanti bu." "Iyaa nduk dokternya pas bisa gak ada jadwal." "Alin pulang sekarang yahh, ibu jangan khawatir." "Hati-hati yah nduk, Ra sah kesusu (jangan terburu-buru). "Iyaa bu." klik.... Kumatikan begitu saja, langsung kuraih tasku untuk packing bajuku biar cepat sampai Malang aku harus naik Bus patas yang melewati jalan Tol. Ku kendarai motorku, menuju terminal Bis, beruntung aku langsung mendapatkan Bus yang patas. * Ditempat lain... "Mas aku tadi ketemu Alin naik motor, bawa-bawa tas besar lho mas." ucap istri Hanif. Hanif mengernyit bingung, dia mengingat kala Alon menerima telp saat di lift. "Emang kenapa Dek." "Ya kan aneh mas udah malam gini, Alin mau kemana bawa Tas segala kaya pas dia mau Pulkam gitu." "Ya mana mas tau Dik, sudah ah kalau ada apa-apa nanti si Dina juga kasih tau kita kan." istri Hanif diam kalau suaminya berkata seperti itu, tanda dia tidak mau membahasnya. Namun saat mengecheck Hp nya terdapat notif 5 pesan dari Rei. Bossquee Rei "Siapa Cewek yang di lift tadi" "Bukannya anak Div Keu kan" "Coba cari info siapanya yang sakit" "kalau butuh uang segera bantu" "jangan biarkan kary kesusahan" Hanif "Tumbenan lo care Bos" "Gue yang tetangganya aja belum tau kabarnya" "Iyaa gue coba cari tahu" Bossquee Rei "Gak usah bacot buruan" "semua kary sama" Hanif "Iyain aja biar cepet ahahhahahah" Bossquee Rei "Seraah lu nif." ~••~ ~••~ Setelah mendapat mandat dari sang bos, Hanif pun mencoba menghubungi Alin, namun nihil sampai 5 panggilan tidak diangkatnya. Hanif mencoba mendatangi kosannya. Nampak kosannya sepi bahkan kamar Dina pun masih gelap gulita. Tanda rumah kosannya Alin tak berpenghuni Hanif kembali kerumahnya. Dia bermaksud positif thingking, dan mencoba untuk bertanya langsung pada Alin keesokan harinya. ~•~ Setelah 3 jam perjalanan naik bus patas kini aku sudah sampai di terminal bus Kota Malang, aku mencari ojek untuk menuju rumah sakit tempat ayah dirawat. Setibanya dirumah sakit ternyata ayah sudah berada dikamar operasi, dan kutemukan ibu yang sedang duduk menunggu didepan pintu ruang operasi. "Bu, gimana ayah.??" "baru aja masuk nduk, kamu gak capek nak." "Dikit bu." Sambil menunggu operasi ayahku selesai, aku menelp mbak Vivi untuk meminta ijin tidak masuk. Kuputuskan untuk video call saja biar tidak dikira berbohong, walau kutahu mbak Vivi tidak mungkin sampai berfikir seperti itu. "Hallo Lin ada apa malam-malam!!!, ehh sebentar kok kayak dirumah sakit Lin." "iyaaa mbak aku di Malang, ayahku kecelakaan ini sedang dioperasi." "Ya alloh trus gimana kondisinya Lin." "Tadi sempat gak sadar makanya sekarang dioperasi mbak ada pembekuan darah dikepala." "Duhh yang sabar yah Lin, kalau butuh apa-apa kabarin mbak yah." "Iyaa mbak, maaf ganggu aku cuma mau minta ijin enggak masuk aja." "Iyaa okay besok aku sampaikan HRD yah." "makasih mbak salam buat bapak." "Iyaa Lin kamu hati-hati yah." Setelah memberi kabar mbak Vivi kini giliran ku kirim pesan ke Dina, supaya dia tidak khawatir. To : Dina Humyy "Din, aku lagi di Malang skrg, ayahku kecelakaan kerja, trus harus operasi. aku udah ijin mbk Vivi kok, kamu hati2 dikosan yah, jangan Rindu bye." Terkirim.. karena hampir jam 11 malam mungkin dia sudah tertidur, tak apalah biar dia tidak rempong. Setidaknya aku sudah memberitahukan dia, dan sudah ijin ke kantor lewat mbak Vivi. Kulihat ibuku sudah tertidur sambil terduduk ku arahkan kepalanya kepangkuanku agar posisinya nyaman untuk tidur. Semoga operasi ayah lancar dan ayahku segera pulih lagi, mungkin kedepannya sudah ku larang dia dan ibu untuk bekerja. Cukup aku saja yang mencari nafkah untuk hidup bertiga, kurasa gajiku masih cukup untuk hidup bertiga. My Lovely Pak Bos
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN