A Mission

3189 Kata
Suara pedang saling beradu terdengar di halaman belakang Paviliun Yuxuan menimbulkan suara dentingan yang nyaring, Pangeran Li Xian sedang berlatih pedang bersama Chyou, serangannya asal-asalan, ia sedang menumpahkan kekesalannya hari ini. Pedang Pangeran Lixian terus berayun, tanaman-tanaman bonsai di sekitar paviliun Yuxuan tak lolos dari tebasan membuat daun-daun yang baru saja di rapikan berguguran di tanah. Suara keributan itu membuat Ping Ping sedari tadi meringkuk di pojokan taman sambil terus mengamati tuannya melompat kesana kemari. Para pelayan yang ada di paviliun Yuxuan tak mau melewatkan pertunjukan itu, seperti melihat pertunjukan dua sosok pemuda tampan dengan keahlian mereka bermain pedang. “Chyou! ayo ayunkan pedangmu dengan kencang, jangan sungkan-sungkan! aku pasti bisa mengalahkanmu!” seru Li Xian sambil mengarahkan pedangnya ke arah Chyou dengan barbar. Chyou melompat ke sisi samping, menghindari serangan tersebut, “Sejak tadi aku sudah bersungguh-sungguh yang mulia,” jawab Chyou sambil terus menghalau permainan pedang Pangeran Li Xian sembari melompat kesana kemari, “Apakah tadi terjadi sesuatu yang mulia? Nampaknya Setelah kembali dari Istana kaisar suasana hati anda menjadi sangat buruk.” Li Xian tersenyum sinis “Huh, bisa-bisanya kau masih bertanya, tidak aku tidak kesal! Hari ini aku sedang bahagia sekali, ayah menambah waktu hukumanku.” Jawabnya dengan nada nyinyir. “Tentu saja…” Chyou hampir keceplosan dan buru-buru menutup mulutnya, sambil tangan satunya lagi masih terus menghalau serangan membabi buta dari tuannya. “Kau….Tentu saja apa?” Li Xian menatap tajam ke arah Chyou. “Tapi pangeran— ada hal yang aku tak mengerti mengapa anda mencoba keluar istana lagi tanpa mengajakku.” “Mengajakmu? kalau aku mengajakmu kau pasti akan mati-matian mencegahku sama saja bohong, Akan ada pertandingan para pendekar Jianghu di wilayah An, aku ingin melihatnya langsung setidaknya aku bisa belajar banyak, tapi sekarang aku malah di sini bermain pedang tidak jelas denganmu, aishh aku sungguh sial.” Chyou adalah pengawal pribadi Pangeran Li Xian. Bagi Li Xian, Chyou sudah seperti saudaranya sendiri, usianya sama dengan pangeran Li Xian, Li Xian bertemu dengan Chyou saat dirinya di kirim ke kamp pelatihan militer oleh kaisar empat tahun yang lalu. Kaisar adalah sosok yang lembut namun juga sangat tegas kepada putra-putranya, karena suatu kesalahan Pangeran Li Xian pernah dikirim ke kamp militer untuk menjadi prajurit beberapa bulan, tanpa boleh mengatakan identitasya, dan tanpa perlakuan khusus apapun. Selepas dari kamp militer itu Pangeran Li Xian menunjuk Chyou untuk menjadi pengawal pribadinya. “Bagaimana kalau terjadi terjadi hal buruk pada anda?” tanya Chyou “Hush! jangan berkata macam-macam yang bisa membawa kesialan.” Pelayan Meng tahu-tahu muncul dari dalam paviliun membawa secangkir teh bunga krisan. “Pei pei pei!” Chyou buru buru menepuk mulutnya untuk membuang kata sial yang baru saja ia ucapkan. “Lagipula pangeran, aku selalu penasaran kenapa anda sangat suka sekali keluar istana, memangnya ada daya tarik apa diluar sana?” Pelayan Meng yang sedari tadi memperhatikan dua orang itu akhirnya tidak tahan untuk tidak bertanya. Pangeran Li Xian hanya tersenyum simpul mendengar pertanyaan itu tanpa memberikan jawaban., sebuah pertanyaan yang sudah sangat sering ia dengar. “Apa jangan-jangan— anda sudah punya tambatan hati di luar istana sana?” tanya pelayan Meng semakin penasaran. Pelayan Meng sudah menjadi pelayan pribadi Pangeran Li Xian sejak kecil namun sampai sekarang ia masih bingung kenapa tuan muda nya itu sangat suka berkeliaran keluar istana, bukannya mengejar status dan berusaha mendapatkan hati kaisar—seperti pangeran-pangeran yang lain— Padahal bila melihat dari kemampuan sesungguhnya tuan mudanya ini sangat mumpuni. “Daya tarik?? hmm pastinya banyak hal yang tidak akan kau temui di dalam istana, sesekali kau harus ikut keluar istana bersamaku pelayan Meng, aku bosan setiap kali keluar selalu diikuti oleh Chyou dia sudah seperti bayanganku saja, kau tahu kan meskipun dia seumuran denganku tapi aku sering merasa kalau seperti nenek tua cerewet yang terus mengoceh padaku menasehatiku ini dan itu huft,” Li Xian menjawab dengan nada nyinyir sambil terus memainkan pedangnya. Pria yang dibicarakan hanya diam saja sambil terus melayang kesana kemari menghindari permainan pedang Pangeran Li Xian yang semakin bersemangat hari itu, suara dentingan pedang Li Xian dan Chyou semakin ramai saja, menimbulkan percikan-percikan bunga api kecil diantara benturan kedua pedang. “Pangeran, berhentilah sejenak sudah berapa lama kau terus mengayunkan pedang seperti itu, minumlah teh ini dulu selagi masih hangat.” Kata pelayan Meng mencoba membujuk tuannya. Berhasil, Li Xian menghentikan permainan pedangnya, melihat secangkir teh bunga krisan itu tiba-tiba rasa hausnya muncul. “Jadi, bagaimana Pelayan Meng, apa menurutmu malam ini kita akan mencoba menyelinap keluar lagi?” kata Li Xian sambil mengedipkan sebelah matanya. “Pangeran—.” Chyou menarik napas panjang dan menatap tuannya dengan rasa frustasi. Tahun ini Pangeran Li Xian berusia delapan belas tahun, ibundanya Selir Yunan telah meninggal sejak ia masih balita, sejak itu ia diasuh oleh permaisuri Nuan yang merupakan ibu kandung Putra Mahkota Zixuan. Dibalik sikapnya yang terkesan acuh tak acuh dan liar sesungguhnya Pangeran Li Xian memiliki potensi besar, dahulu Pangeran pertama Zixuan dan Pangeran Kelima Li Xian sama-sama menjadi kandidat kuat untuk menjadi penghuni donggong. Sudah tak terhitung berapa pejabat istana berusaha mendekatinya, merayu menyatakan siap menjadi pendukung pangeran Li Xian untuk bersaing memperebutkan kursi Putra Mahkota, namun tak pernah sekalipun mengindahkan semua tawaran itu. Kala itu ketika kaisar mengumumkan hendak menunjuk putra mahkota, semua pangeran berlomba-lomba mencari simpati dan dukungan, saat itu hampir setiap hari para pejabat datang bergantian dengan maksud untuk membentuk aliansi dengan Pangeran Li Xian, untuk urusan pendukung relasi yang dimiliki olehnya tidak bisa dianggap remeh, Mendiang Selir Yunan adalah adik kandung dari perdana menteri jadi dengan kata lain ia juga adalah keponakan dari Perdana Menteri Zhang Zhao ,Namun anehnya Li Xian terus-terusan menghindar dan menghilang dengan seribu alasan yang tak ada habisnya. Ia sama sekali tak tertarik akan tahta dan politik kerajaan yang penuh dengan intrik, apalagi baginya kakaknya Pangeran pertama sudah merupakan sosok yang paling tepat untuk menduduki kursi Putra Mahkota, ia sangat menghormati dan mengagumi Putra Mahkota, baginya Li Zixuan adalah sosok kakak yang menjadi panutan untuknya. Tak ada alasan baginya untuk masuk ke persaingan politik dan menjadi bidak para pejabat-pejabat yang haus akan kekuasaan. “Pangeran, matahari sudah diatas kepala apa kau tidak lelah dari tadi melompat kesana kemari, lihatlah Ping Ping sudah ketakutan setengah mati.” Kata Pelayan Meng sambil menunjuk ke pojok halaman, Seekor anjing kecil menggonggong di ujung taman sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Pangeran Li Xian menghentikan permainan pedangnya, sambil melirik ke arah yang ditunjuk pelayan Meng. “Ping Ping kau bukan takut tapi sedang kesal sama sepertiku kan?.” Li Xian berjalan mendekati anjing kecil itu. Guk! Guk! “Memang hanya Ping ping yang memahamiku di istana itu.” kata Pangeran Li Xian sambil mengelus-elus bulu lembut Ping Ping. Guk Guk! Guk Guk Mendapat perhatian dari tuannya anjing kecil Shih Tzu itu kegirangan sambil mengibas-ngibaskan ekornya. **** Sore itu Putra Mahkota datang ke Paviliun Yuxuan, di belakangnya beberapa orang pengawal mengikuti sambil membawa setumpuk gulungan dokumen di tangan merekaa. Sebuah pemandangan langka bagi Li Xian dan para pelayan di paviliun Yuxuan, apalagi sejak diangkat menjadi putra mahkota, Li Zixuan karena kaeibukannya nyaris tak pernah datang ke Paviliun Yuxuan, biasanya Li Xian lebih sering menyambangi kakaknya itu ke Dong Gong untuk sekedar mengobrol santai maupun ‘mengganggu’ sang putra mahkota Li Xian segera memberi hormat begitu putra mahkota memasuki paviliunnya. “Taizi...angin apa yang membawamu kemari?” tanya Li Xian penasaran, ia melirik ke arah setumpuk dokumen yang dibawa oleh pengawal yang berdiri di belakang Putra Mahkota Li Zixuan, menatap penuh selidik sembari menebak-nebak di dalam hati “Haiyaaa jangan bilang…. kau kemari hanya untuk menyuruhku untuk belajar?” Tanya Li Xian dengan tatapan penuh selidik. Putra Mahkota Li Zixuan menatap Li Xian sambil tertawa, ia nampak sudah sangat paham dengan tabiat sang adik, membuat pria di depannya semakin panik. “Ha ha ha tanpa aku harus mengatakannya sepertinya kau sudah paham ya, baguslah jadi aku tidak usah susah payah menjelaskan kepadamu.” “Taizi…..” Li Xian berkata sambil memasang muka memelas. “Jangan kau tambahi lagi penderitaanku ini, kau harusnya membantuku, aku benar-benar merasa jenuh dikurung seperti ini.” “Dikurung?” Putra mahkota Zixuan mengerutkan keningnya, “lagi pula siapa yang mengurungmu? Kau sendiri yang mengurung diri seharian di Paviliun Yuxuan-mu ini, aku yakin pelayan-pelayanmu itu pasti juga sudah jengah mendengar keluhanmu sepanjang hari. Fu huang hanya melarangmu keluar istana tapi kau masih boleh berkeliaran di sekitar istana, apa kau lupa istana ini sangat luas kau bisa berjalan hingga ke sudut-sudut istana selama seharian.” “Taizi…..hmmmmmm, aku serius.” Li XIan memasang wajah datar. “Dengar, kali in aku membawakan dua kabar untukmu, kabar baik dan kabar buruk,” kata Zixuan dengan sangat bersemangat, sengaja membuat adiknya itu penasaran. ”Mana dulu yang ingin kau dengar?” “Kabar apa, kau membuatku penasaran saja..tak bisakah kau langsung mengatakannya?” “Tidak, sayangnya mulutku hanya ada satu aku tak bisa mengatakan keduanya secara bersamaan.” Li Xian memutar bola matanya, ia kesal tapi juga penasaran, “baiklah kabar buruk dulu.” “Kabar buruknya, tebakanmu barusan benar, semua dokumen yang aku bawa ini kau harus membaca dan mempelajari isinya.” Zixuan berhenti sejenak, Li Xian menarik napas panjang, “hmmmmm— sudah ku tebak, lalu apa kabar baiknya, kuharap ini benar-benar kabar baik.” ”Kabar baiknya….Fu huang setuju untuk membiarkanmu keluar istana…” “Benarkah???” Li Xian belum menyelesaikan kalimatnya saat pemuda di depannya sudah memotongnya dengan tatapan berseri-seri, namun kemudian ia teringat sesuatu ”Tunggu dulu tunggu dulu Fu huang tak mungkin membiarkanku keluar begitu saja, beliau tak sedermawan itu kepadaku.” “Tentu saja, Kaisar kali ini mengizinkanmu keluar untuk menjalankan sebuah misi untuk membongkar kasus korupsi pejabat di Wilayah Yizhou, kau bisa pergi kesana untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatan pejabat itu, cara apa yang akan kau gunakan nantinya itu terserah padamu, aku percaya padamu.” Zi Xuan mengambil beberapa gulungan dokumen dan menyerahkannya kepada Li Xuan, ”dokumen-dokumen ini berisi informasi-informasi penting yang mungkin akan kau butuhkan, kau harus mempelajari baik-baik sebelumnya.” Mata Li Xian seketika berbinar-binar. “Jadi…. Apakah artinya aku boleh keluar istana?” “Hmmm kau keluar bukan untuk main-main Li Xian.” Raut muka Putra Mahkota Li Zixuan berubah menjadi serius. “Ha ha ha tenang Taizi aku mengerti.” Putra Mahkota Li Zixuan tahu betul meskipun adiknya ini kelihatan cuek dan suka bermain-main namun ia adalah orang yang sangat bertanggung jawab apalagi untuk menjalankan misi kerajaan. “Pejabat ini, kabarnya dia sudah banyak menimbulkan keresahan dan banyak melakukan tindakan ilegal dan menyalahgunakan wewenang...tapi kau tahu Fu huang bukan, beliau bukanlah orang yang akan menangkap seseorang tanpa bukti yang jelas, apalagi pejabat ini sangat licin seperti belut dan sangat lihai untuk mengelak, tugasmu adalah mengumpulkan bukti akan kejahatannya.” “Tenang Taizi, selama aku diijinkan keluar istana aku akan menjalankan misi ini dengan sangat baik, kau bisa mengandalkanku.” Li Xuan menjawab dengan bersemangat dan penuh rasa percaya diri. “Kau harus berhati hati, jangan gegabah.” Li Xuan mengangguk, rasanya ia sudah tak sabar menjalankan misi itu. “Pejabat ini..tak peduli selihai apapun ia menyembunyikannya aku pasti akan membongkarnya dan menjebloskan ke tempat seharusnya.” **** Setelah putra mahkota meninggalkan Paviliun Yuxuan, Li Xian seharian berada di dalam ruang belajarnya sembari mempelajari dokumen-dokumen yang diberikan oleh putra mahkota. “Kalau laporan-laporan ini benar adanya, pejabat itu sudah benar-benar keterlaluan, dia sudah seperti mafia saja.” “Hamba akan menyiapkan pasukan terbaik untuk misi ini pangeran.” “Pasukan? Untuk apa? Tidak perlu, hanya kita berdua yang akan berangkat besok.” “Kenapa pangeran, bukankah itu akan membahayakan keselamatan anda.” “Kita tidak boleh membangunkan musuh yang tertidur, Semakin sedikit akan semakin baik ,dan ingat juga penampilan kita juga tidak boleh menarik perhatian, lakukan seperti yang biasa kita lakukan saat keluar istana Chyou. “ “Baik pangeran, hamba mengerti.” **** Matahari belum muncul sempurna saat dua ekor kuda hitam melesat hendak meninggalkan gerbang ibu kota yang berdiri megah, dua orang prajurit penjaga gerbang mengerjap-ngerjapkan matanya saat melihat pagi-pagi sekali dua ekor kuda berjalan mendekat dari kejauhan, awalnya mereka tak mengenali siapa sosok dua pemuda yang berada di atas punggung kuda, nampak seperti seorang rakyat biasa, mereka baru akan meminta dua pemuda itu untuk menunjukkan identitas, saat Chyou memberikan kode setelahnya dengan segera mereka mengenali dua sosok yang ada di depannya, dua prajurit itu lantas buru-buru memberikan hormat dan segera membuka gerbang kota. Ini bukan pertama kalinya bagi mereka membukakan gerbang untuk pangeran kelima, namun berkali-kali sang pangeran keluar dengan dandanan seperti itu membuat mereka seringkali kesulitan untuk segera mengenalinya. Dalam sekejap dua kuda itu sudah berjalan jauh meninggalkan jejak-jejak debu di belakang. Di pundak mereka tersampir sebuah buntalan kecil, sesuai rencana keduanya hanya menggunakan pakaian rakyat biasa berwarna pucat dan sama sekali tidak mencolok, nampaknya mustahil untuk bisa mengenali kalau pria berpakaian lusuh itu adalah seorang pangeran Kerajaan Daxiang. Yizhou adalah sebuah kota yang terletak di bagian timur Kerajaan Daxiang, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga, dibutuhkan waktu berhari-hari dengan menggunakan kuda untuk sampai ke daerah tersebut. ***** Setelah menempuh perjalanan berhari-hari akhirnya mereka tiba di perbatasan kota Yizhou. Hari sudah malam saat tiba-tiba hujan deras disertai petir menyambar-nyambar. Li Xian dan Chyou segera mencari penginapan terdekat untuk beristirahat sekaligus berteduh dari guyuran hujan. Namun jangankan untuk menemukan penginapan, mencari rumah saja sangat sulit. wilayah tersebut adalah perbatasan yang lebih dekat ke hutan sepanjang jalan yang mereka lalui hanya ada pohon-pohon yang tumbuh berjajar serta ladang-ladang kosong yang tak ditanami. Setelah berputar-putar akhirnya mereka pun menemukan sebuah penginapan, penginapan itu nampak sepi, dinding-dindingnya terbuat dari kayu, ukurannya tampaknya sangat besar. Dua pemuda itu sudah basah kuyup, segera setelah mengikat kudanya Li Xian buru-buru masuk, berjalan mendahului Chyou bergegas menemui pemilik penginapan untuk memesan kamar. Penginapan itu nampak sangat sepi baik dilihat dari dalam maupun dari luar, di halaman tak ada kuda lain selain kuda milik Li XIan dan Chyou, dan kini di dalam, penginapan ini tak kalah sunyinya. di ruangan depan hanya terdapat beberapa meja kursi yang nampa sudah berdebu dan kotor, penerangan yang ada pun sangat minim, ia menjadi agak ragu kalau tempat itu benar-benar sebuah penginapan. “Laoban, kami ingin menyewa kamar.” Seru Li Xian Tak lama setelah ia menginjakkan kakinya di depan pintu. seorang pria tua berusia kira-kira empat puluhan keluar dari dalam. “Kamar sudah penuh, kalian cari saja penginapan lain.” Kata pria yang nampaknya adalah penjaga penginapan tersebut dengan nada sinis, bahkan sebelum Li Xian sempat bertanya. Li Xian tak habis pikir dengan perkataan pria itu “penuh? Laoban Apa kau bercanda? Sejauh aku melihat tak ada pengunjung sama sekali di luar juga tak ada kuda sama sekali.” “Kalau aku bilang penuh ya penuh!” Jawabnya dengan nada ketus. Sambil menggigil Li Xian berkata dengan wajah memohon, “Tuan sewakan kamar apapun yang tersisa, alas setumpuk jerami pun tak masalah, lihatlah kami sudah kedinginan.” “Sudah kubilang tak ada kamar, apa kau tuli? Hah!” Nada bicara penjaga penginapan itu semakin meninggi. Mendengar perkataan penjaga penginapan itu Chyou spontan melangkah maju “Hei beraninya kau berbicara kasar kepada pa—” Chyou hampir saja keceplosan, ia lantas buru-buru menutup mulutnya ”beraninya kau bicara kasar pada pengunjung.” Katanya mengoreksi perkataannya, sambil melirik pemuda disampingnya. Pemuda yang namanya hampir saja disebut saat ini sedang menatap Chyou sambil melotot, mengisyaratkan sesuatu. “Ha ha ha siapa kau berani mengancamku, gelandangan seperti kalian, bisa apa? bahkan kalau kau anak jendral sekalipun aku tidak takut, jadi kalian jangan main-main denganku.” “Kau—“ Chyou mulai emosi. “Cepatlah pergi kalau tidak akan kupanggil penjaga untuk mendepak kalian.” Penjaga itu berbicara dengan arogannya. Chyou sudah mengepalkan tinjunya saat sebuah tangan menariknya mundur. “Maafkan kami tuan kami tak bermaksud membuat keributan.” Li Xian buru-buru berbicara, “Chyou ayo kita pergi.” “Bagus anak muda setidaknya kau kapan harus melindungi kepalamu, sekarang pergilah!” Li Xian segera menarik Chyou keluar dari penginapan tersebut meski keadaan di luar masih gerimis, di kondisi normal Chyou adalah sosok yang jauh lebih tenang dan berkepala dingin bila dibandingkan dengan Pangeran Li Xian, namun pada momen-momen tertentu ia juga seringkali mudah emosi dan tak bisa mengontrol dirinya. “Pangeran, kalau anda tidak menarikku aku pasti sudah memberikannya pelajaran.” “Lalu?” “Lalu apa pangeran?” “Lalu sekarang kau mau kembali kedalam dan memberitahunya kalau aku ini adalah Pangeran Li Xian, pangeran negeri ini, kenapa tidak sekalian saja kau umumkan hingga ke seluruh pelosok tempat.” “Maafkan aku pangeran…” Chyou menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. “Chyou, bisakah kau berhenti berbicara formal dan memanggilku pangeran, Yang mulia, Tuan Muda, atau apapun itu terutama di depan orang-orang. Ingat, disini aku bukan Pangeran Li Xian aku hanyalah HUANRAN, H-U-A-N-R-A-N.” “Baik pa— eh Huanran Gongzi. ” Li Xian tertawa puas sambil menepuk-nepuk punggung Chyou. “Hmmm entah berapa ratus kali lagi aku harus mengingatkanmu.” Ini bukan pertama kalinya Chyou mengikuti Li Xian menyamar dan memanggilnya dengan nama itu, namun tak peduli seberapa sering ia melakukanya lidahnya masih terus terasa kaku sekalipun sang pangeran yang memintanya. Jadi tak peduli berapa kalipun Li Xian memintanya untuk memanggil dengan nama itu selama di luar istana ia hanya akan melakukannya jika di sekitar mereka ada orang yang tak tahu dan tak boleh tahu identitasnya yang sebenarnya, sisanya, saat tak ada orang ia akan otomatis kembali memanggil tuannya itu seperti biasanya : Yang mulia, Pangeran Li Xian maupun Pangeran Kelima. Huanran adalah nama yang selalu digunakan Pangeran Li Xian saat menyamar keluar istana, tak jelas apa artinya sebuah nama yang ia pilih dengan asal, ia hanya pernah mendengar seorang anak memiliki nama yang sama dan menyukai nama itu dengan segera, sejak itulah dia menamainya dirinya sendiri dengan nama itu, tak banyak yang tahu mengenai nama itu, bahkan Yang Mulia Kaisar sekalipun. “Anda tahu, setiap kali aku harus berbicara non-formal padamu aku merasa seperti melihat Kasim Meng memelototiku bersiap menyumpal mulutku karena bersikap kurang ajar.” “Oh jadi kau lebih takut kepada Pelayan Meng ya, baiklah kalau begitu setelah kembali dari misi ini aku akan memberikanmu kepada pelayan Meng saja.” Chyou membelalakkan matanya “Haiyaa ampun pangeran, daripada harus bekerja bersama Pelayan Meng lebih baik aku beralih menjadi biksu saja. Kau tahu kan betapa rewelnya dia soal peraturan ini dan itu, aku tak akan kuat.” Kata Chyou dengan memasang wajah memelas. “Huh kau bisa juga ya mengeluh soal betapa rewelnya pelayan Meng soal peraturan, sepertinya aku harus membelikanmu cermin raksasa agar kau bisa mengaca, dibandingkan dengan Pelayan Meng kau seribu kali lebih parah.” Li Xian diam beberapa saat sebelum akhirnya ia berbicara wajahnya berubah serius “Chyou, Penginapan itu—apakah kau merasakan ada sesuatu yang ganjal?” “Ah anda menyadari hal itu juga, aku juga merasakan sesuatu yang aneh dari tempat itu. Mereka bilang penginapan sudah penuh padahal jelas-jelas tak ada siapapun disana.” “Aku juga tak melihat sama sekali ada jejak kaki kuda maupun jejak kaki manusia, artinya memang tak ada pengunjung yang datang, atau mungkin memang tidak sama sekali? Lalu mengapa dia mati-matian mengusir kita.” “Perasaanku juga mengatakan ada sesuatu disana” ================
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN