HAMPIR JADI MENANTU DI GUNUNG ARJUNO
Kejadian ini tepatnya pada tahun 2016.
Aku (Jefry) dan Haris adalah teman dekat sewaktu sekolah, tapi setelah kelulusan sekolah kami berpisah karena si Haris harus ikut bibinya di kota M untuk melanjutkan studinya, sementara aku masih tetap tinggal di kotaku sendiri.
Waktu itu aku sedang asyik scroll-scroll beranda facebookku dan tidak sengaja aku melihat postingan dari Haris yang sedang berada di gunung, aku coba stalking album fotonya, ternyata Haris sering banget mendaki gunung.
Melihat itu aku coba menghubungi Haris melalui messenger untuk bertanya kabar, disisi lain aku juga ingin menyambung tali silaturahmi sama Haris.
Setelah aku kirim pesan ke Haris ternyata dibalas, ternyata dia masih ingat dengan aku, akupun bertanya pada Haris tentang foto-foto yang diunggahnya ke f*******: itu.
Ternyata Haris yang sekarang suka dengan kegiatan mendaki gunung, dan dia juga udah tergabung dengan mapala di kampusnya.
Aku yang juga suka dengan kegiatan mendaki menawari Haris untuk mendaki bareng, sekalian temu kangen karena udah sekitar 2 tahun mereka nggak ketemu.
Dengan senang hati Haris menerima tawaranku dan kami berunding kemana kami harus mendaki.
Setelah berunding melalui telepon akhirnya kami memutuskan untuk mendaki ke Gn. Arjuno.
Singkat cerita, setelah 2 minggu kemudian kami berangkat, karena tempat tinggal kami berbeda jalur, kami janjian ketemu di Pasar Lawang, karena jalur yang akan kami lalui adalah lawang, itu berkat saran dari Haris yang sebelumnya sudah pernah melewati jalur ini bersama teman kampusnya.
Jalur Lawang itu terkenal sepi, karena kebanyakan pendaki Arjuno lebih memilih jalur Purwosari dan tretes.
Tapi di jalur Lawang nuansa alamnya masih sangat asri, dan itulah yang menjadi alas an kenapa Haris mengajakku melalui jalur ini.
Kurang lebih siang hari kami bertemu di sebuah warung makan di Pasar Lawang, setelah bertemu kami senang sekali karena aku tidak menyangka kalau kami sekarang satu hobi.
Karena hari masih siang kami nongkrong dulu di warung untuk makan, ngopi dan membeli logistik yang diperlukan, setelah selesai kami lanjut jalan menuju ke bascamp hingga sampai di bascamp sekitar jam 4 sore, sesampai disitu kami mengurus simaksi dan berangkat sore itu juga.
Mulai berjalan dengan langkah pelan, di sepanjang jalan kami saling bergurau membahas masa-masa sekolah dulu dan tidak terasa hari sudah mulai gelap ketika kami sampai di pos 2.
Di pos 2 Haris menyarankan untuk bermalam dulu dan melanjutkan perjalanan ini besok, karena disisi lain aku juga capek karena perjalanan menuju ke bascamp tadi lumayan menguras tenaga.
Malam itu kami tidak mendirikan tenda dan memutuskan tidur di dalam shelter, karena kebetulan malam itu pos 2 sepi, tidak ada pendaki sama sekali.
Kami memasak mie instan untuk makan malam dan tidak lupa membuat kopi untuk dinikmati setelah makan nanti.
Malam semakin larut, si Haris sudah tidak bisa menahan ngantuk dan pamit untuk tidur dulu, sementara aku masih asyik menikmati kopi sambil ditemani musik dari handphoneku.
Tidak lama kemudian akupun juga merasa ngantuk, kumatikan rokok dan handphoneku dan tidur di sebelah Haris, ketika aku sedang tertidur lelap tiba-tiba aku terbangun karena udara dingin merasuk ke tubuhku. Pantas saja, ternyata malam itu sleeping bagku terbuka sebagian.
Akupun duduk dan membenarkan sleeping bagku, ketika aku sedang sibuk membenarkan sleeping bag aku dikejutkan oleh seekor anjing berwarna hitam yang sedang duduk tepat di tengah-tengah pintu shelter dan anjing itu terlihat menyeramkan.
Karena panik aku membangunkan Haris,
"Ris bangun Ris"
"Ada apa Jef?", Tanya Haris terbangun.
Lalu aku memberitahu Haris,
"Ada anjing Ris"
"Dimana ada anjing?", jawab Haris yang masih ngantuk.
Nah pada sa'at aku membangunkan Haris, kan otomatis pandanganku yang tadinya melihat ke arah anjing pindah ke arah Haris, ketika aku berbalik pandangan ke arah anjing yang tadi kulihat dan akan kuberitahu kepada Haris, tiba-tiba anjing hitam yang tadi kulihat itu sudah tidak ada.
Akupun heran, lalu Haris bertanya padaku,
"Mana anjingnya Jef?"
"Loh tadi disitu", jawabku dengan heran.
"Yaudah biarin aja mungkin itu anjung hutan, yaudah tidur lagi aja". Jawab Haris yang masih ngantuk.
Dengan perasaan sedikit takut dan was-was akupun kembali tidur sambil sesekali melihat kearah pintu yang tadi terdapat seekor anjing.
Sebelum terlelap tidur aku sempat mendengar ada suara langkah kaki pendaki yang sedang lewat di sebelah shelter, tapi aku mengabaikannya dan berfikir, “kali aja itu pendaki yang sedang naik".
Pagi pun tiba, sekitar jam 6 pagi Haris membangunkanku, setelah bangun bangun kami membuat sarapan untuk mengisi tenaga karena habis ini kami akan melanjutkan perjalanan.
Setelah selesai sarapan kami berkemas dan melanjutkan perjalanan hingga sampai di pos 3 sekitar jam 11 siang.
Di pos 3 kami istirahat lumayan lama, karena perjalanan dari pos 2 ke pos 3 tadi lumayan menguras tenaga dan setelah kurang lebih 30 menit kemudian kami lanjut berjalan.
Ketika sedang berjalan meninggalkan pos 3 tepatnya di sela-sela hutan pinus, aku sempat melihat ada anjing hitam yang sedang duduk melihat kearah kami, akupun berfikir,
"Apakah itu anjing yang semalam kulihat?"
Melihat itu aku memberitahu Haris,
"Ris, lihat itu ada anjing"
"Biarin aja, anjing hitan itu". Jawab Haris dengan tenang.
Akupun mengabaikannya tapi dalam hati aku berkata,
"kok ada ya anjing hidup di hutan, memangnya mau makan apa di hutan gini?"
Tidak lama mereka berjalan, sekitar 10 menit kemudian, aku melihat anjing itu lagi di sela-sela semak.
akupun bilang lagi kepada Haris,
"Ris, itu kyk anjing yang tadi?"
"Lagi cari makan mungkin itu". Jawab Haris tenang.
Anehnya di sepanjang perjalanan aku terus melihat anjing itu mengikuti perjalanan kami dan mengawasi kami, seakan-akan ada sesuatu di dalam diri kami sehingga anjing itu terus mengikuti.
Aku sudah merasa takut waktu itu, tapi melihat Haris yang tenang-tenang aja akupun mencoba untuk ikut tenang.
Tidak terasa sampailah kami di sebuah area yang dinamakan Alas Gombes ketika matahari sudah akan tenggelam.
DI gombes terlihat ada beberapa rombongan yang sedang nge-camp dan aku merasa sedikit lega, syukurlah kami bisa bertemu rombongan lainnya, karena sejujurnya setelah melihat se’ekor anjing tadi aku sedikit ketakutan.
Kami menyapa rombongan pendaki lain itu dan berniat bermalam disitu, lalu kami mendirikan tenda di dekat rombongan pendaki lain itu, setelah selesai mendirikan tenda kami saling mengobrol dengan rombongan lain itu dan berencana ikut gabung summit besok.
Malam itu kami tidur lebih awal untuk menghemat energi karena besok jam 5 pagi harus summit ke puncak.
Pagipun tiba, sekitar jam 5 pagi kami dan semua rombongan yang ada disitu bangun, setelah bangun kami mempersiapkan bekal masing-masing untuk ke puncak, dan sekitar jam setengah 6 pagi kami semua mulai berjalan.
Jalanku waktu itu sangat lambat, karena jujur waktu itu aku benar-benar kelelahan hingga akhirnya sampai di puncak sekitar jam setengah 10.
Di puncak kami sangatlah senang, dan di puncak Haris sempat membuat kopi juga, karena waktu itu si Haris sempet membawa kompor dan nestingnya, kami santai-santai, ngopi-ngopi, hingga tidak terasa ternyata waktu sudah menunjukan jam setengah 1 siang, dan tanpa disadari ternyata rombongan pendaki yang tadi jalan bareng sudah tidak ada di puncak, alias udah turun duluan.
Kamipun bergegas turun dan kembali ke tempat camp tadi di Alas Gombes, setelah sampai di tempat camp ternyata kondisinya udah sepi, dan rombongan yang tadi bareng itu udah gak ada, mungkin udah turun, tapi tidak lama kemudian ada rombongan pendaki lain yang baru naik dan akan nggecamp disitu.
Karena sangat kelelahan aku menyarakan kepada Haris untuk nginep semalam lagi di Alas Gombes, dan disisi lain waktu sudah menunjukan jam 3 sore, jadi nanggung kalau turun sekarang, mending besok aja sekalian sampai bawah langsung pulang, lagian waktu itu kan ada rombongan lain, jadi setidaknya kami ada temennya.
Karena merasa dirinya juga sedikit kelelahan si Haris setuju dan akhirnya memutuskan untuk camp semalam lagi disitu.
(Disinilah awal aku mengalami kejadian yang sebelumnya belum pernah kualami)
Ketika malam hari, sekitar jam 10, ketika semua pendaki sudah tertidur.
Waktu itu aku sedang asyik nongkrong sambil ngobrol dengan Haris di depan tenda, tiba-tiba samar-samar aku mendengar ada suara tangisan merdu seorang wanita.
Awalnya aku mengira mungkin itu suara dari rombongan pendaki sebelah, karena di rombongan itu ada ceweknya 1.
Lalu aku meminta Haris yang tadinya bicara untuk diam sebentar dan aku coba mendengarkan lebih jelas lagi suara tangisan itu, tapi setelah aku mendengarkan lebih jelas lagi ternyata sumber suara itu bukan berasal dari tenda sebelah, melainkan dari arah lembah, akupun bilang pada Haris,
"Ris, denger sesuatu gak?"
"Denger apa Jef? jangan nakut-nakitun lah". Jawab Haris sedikit panik.
Melihat Haris yang tidak mendengar suara itu akupun tidak bilang tentang suara tangisan itu, dengan tujuan agar Haris tidak takut, lalu kuajak Haris untuk masuk tenda dan bergegas untuk tidur.
Jujur waktu itu aku benar-benar merinding.
Ketika kami sedang tidur, kira-kira sepertiga malam aku terbangun karena kebelet pipis, lalu aku buru-buru keluar tenda dan berjalan ke belakang tenda yang kebetulan tidak jauh dari tendaku itu ada pohon pinus.
Seketika itu aku lupa dengan suara tangisan yang semalam kudengar, ya karena waktu itu aku masih sangat ngantuk, tapi ketika aku sedang pipis, tiba-tiba aku ingat suara tangisan yang tadi.
Mengingat itu aku cepet-cepet selesaikan pipisku.
Setelah selesai pipis tiba-tiba aku melihat dari kejauhan ada wanita paruh baya sedang berjalan kearahku, tapi itu terlihat samar, ya karena waktu itu kondisinya gelap hanya diterangi cahaya rembulan.
Awalnya aku mengira itu adalah pendaki, tapi kok dia gak pakai peralatan gunung?.
Wanita itu terus mendekat kearahku hingga akhirnya aku bisa melihatnya dengan jelas.
Dia memakai baju khas jawa, memakai gelung dan ada sehelai kain yang di pundaknya.
Melihat itu aku ingin lari, tapi gak tau kenapa seketika itu tubuhku tidak bisa digerakan sama sekali, kakiku seperti menancap erat di tanah, hingga akhirnya wanita itu berdiri tepat di depanku, jaraknya kira-kira 2 meter di depanku.
Aku udah berusaha ingin lari tapi tetep gak bisa, seakan-akan badanku itu sudah kehipnotis.
Lalu tiba-tiba, dari belakan wanita itu munculah seorang gadis yang sangat cantik dan anggun yang juga memakai pakaian adat jawa.
Lalu wanita paruh baya itu mengatakan sesuatu kepadaku,
"Cah bagus ojo wedhi, dheloken anak wadhonku iki, dheweke lagi golek bojo, opo kowe gelem dadi bojone? Nanging ono syarate!"
(Nak, jangan takut, lihatlah anak gadisku ini, dia sedang mencari pasangan. Apa kamu mau jadi pasangannya? Tapi ada syaratnya!)
Sontak, tanpa disadari aku menjawab,
"Apa syaratnya?".
Kata-kata itu seakan keluar sendiri dari bibirku, dan wanita paruh baya itu mengatakan,
"Kowe bakal tak jupuk dadi mantuku, nanging kowe kudu muleh ning alamku".
(Kamu akan aku jadikan menantuku, tapi kamu harus pulang ke alamku).
Mendengar itu aku berfikir, (alamku? berarti aku harus pindah alam?)
Lalu sontak aku bilang “TIDAK!”
Setelah kata-kata tidak itu keluar dari mulutku, tiba-tiba badan yang tadi tidak bisa digerakkan perlahan bisa bergerak dan kakiku juga sudah tidak kaku lagi.
Ketika tenagaku sudah kembali aku cepat-cepat lari ke tenda dan masuk kedalam.
Sebelum masuk tenda, aku sempet melihat kearah sebelah pohon yang tadi ada wanita paruh baya itu, tapi sudah tidak terlihat.
(Ternyata orang yang kulihat itu bukan manusia biasa, tapi bangsa jin yang sedang mencari menantu untuk anak perempuannya)
Malam itu di dalam tenda aku bener-bener ketakutan, dan gak tau kenapa aku tidak kepikiran untuk membangunkan Haris, aku hanya bisa berdoa dan membaca sholawat terus menerus dan sesekali suara tangisan wanita terdengar lagi.
Aku terus memfokuskan fikiranku untuk membaca sholawat, hingga akhirnya aku tertidur.
Tapi kejadian mistis ini belum selesai sampai disini.
Jadi waktu itu seakan-akan kami ditahan agar tidak pulang dari gunung ini.
Ke’esokan harinya kami bangun karena mendengar suara anjing menggonggong sangat keras banget dari sebelah tenda, tapi kami berdua benar-benar terkejut setelah bangun dan melihat jam yang sudah menunjukan jam 4 sore. Ternyata waktu itu aku dan Haris tidur seharian penuh.
Awalnya aku mengira ini jam 4 pagi, tapi setelah kulihat keluar ternyata ini meamng benar-benar jam 4 sore. Haris yang tidak tau apa-apa juga merasa heran, "kok bisa tidur seharian?"
Setelah melihat waktu memang sudah jam 4 sore kami bergegas mengemasi barang-barang dan akan turun sore itu juga.
Sore itu kondisi tempat kami nge-camp terlihat sepi, mungkin rombongan sebelah semalam udah turun terlebih dulu.
Ketika sedang sibuk beres-beres sesekali aku melihat kearah wanita yang semalam kutemui dan ketika aku melihat kearah itu bulu kudukku langsung berdiri.
Sebenernya waktu itu aku ingin bilang kepada Haris tentang apa yang kulihat semalam tapi tidak jadi, aku hanya bilang,
"Ini udah gak beres Ris, sekarang kita cepet-cepet turun dan harus sampai dibawah sore ini".
Aku ingin cepat-cepat sampai di bawah sebelum malam, karena aku takut kejadian semalam akan terulang lagi.
Mulai berjalan turun, dan waktu itu jalan kami cepet banget.
Di tengah-tengah perjalanan menuju pos 3 tiba-tiba kakinya Haris kram, aku yang tadi berjalan di depan balik untuk memberi pertolongan kepada Haris.
Aku berniat memijat kakinya Haris yang sedang kram itu, ketika kupegang kakinya Haris aku bener-bener kaget, karena didalam celana yang dipakai Haris itu aku merasakan ada jari-jari tangan yang seakan memegang erat kakinya Haris.
Sontak aku melepaskan tanganku yang tadinya memegang kakinya Haris sambil nyebut “Astaghfirullah”.
Melihatku yang sedang kaget Haris bertanya,
"kenapa Jef?"
"Gpp ris aku hampir kepeleset". Jawabku sambil berbohong.
Aku tidak mengatakan tentang apa yang kurasakan waktu itu karena aku berfikir ini adalah halusinasiku saja karena efek tadi berjalan sangat cepat.
Kucoba lagi memegang kakinya Haris, pelan-pelan tanganku kuarahkan ke kakinya Haris, tapi ketika kupegang yang kedua kalinya ternyata jari-jari tangan yang tadi kurasakan itu sudah tidak ada, dan aku lalu memijit kakinya Haris yang sedang kram itu.
Setelah selesai kupijit kami istirahat dulu karena waktu itu kakinya Haris masih susah untuk berjalan.
30 menit kemudian, aku bertanya pada Haris,
"Gimana Ris udah enakan?"
"Udah Jef, ayo lanjut jalan". Jawab Haris.
Kamipun lanjut berjalan lagi, tapi sekitar 15 menit kemudian tiba-tiba kakinya Haris kram lagi, padahal itu udah hampir sampai di pos 3.
Akupun memberi pertolongan lagi kepada haris dan kali ini aku was-was ketika akan memegang kakinya Haris, karena takut kejadian yang tadi terulang lagi.
Sambil berdoa, dan dengan cepat aku memegang kakinya Haris “clekkk”.
Aku meraasakan kakinya Haris ini keras banget, jadi yang kupegang waktu itu seperti bukan kaki, tapi serasa memegang sebuah kayu.
Nah waktu itu kan posisi telapak kakinya haris ada di perutku, tiba-tiba aku melihat di sela-sela celananya Haris itu ada sebuah rambut.
Awalnya aku mengira ini adalah bulu kakinya Haris, tapi setelah kulihat-lihat lagi ternyata itu bukan bulu kaki, tapi memang sebuah rambut, dan rambut itu terlihat seperti melilit di kakinya Haris.
Aku pelan-pelan menurunkan kakinya Haris dan dalam hatinya terus membaca sholawat.
Tidak lama kemudian kami lanjut berjalan, dan kami sempat berhenti sebentar di pos 3 untuk mengambil senter dari dalam tas, karena sesampai di pos 3 itu hari sudah mulai gelap.
Setelah senter sudah siap kami lanjut berjalan dengan posisi yang sama, aku di depan dan Haris dibelakang.
Kejadian mistis kembali dialami kualami ketika kami berjalan dari pos 3 menuju ke pos 2.
Di tengah-tengah rumput alang-alang yang luas tiba-tiba kabut tebal datang, dan dari kejauhan, samar-samar aku melihat wanita paruh baya yang semalam kulihat di Alas Gombes itu sedang berdiri melambaikan tangan kepadaku, baju yang dipakainya masih sama persis,tapi kali ini wanita itu didampingi oleh banyak orang disekelilingnya, seakan mengajakku untuk berjalan kearahnya.
Seketika itu aku seperti kehipnotis lagi, dan tanpa disadari jalanku berbelok kearah wanita itu, tapi melihat Jalanku yang berbelok, dari belakang Haris menahanku sambil bilang,
"Jef kamu mau kemana? jalannya kesini".
Mendengar pekataan si Haris, tiba-tiba aku sadar dan menoleh kearah Haris,
lalu aku melihat lagi kearah wanita yang tadi kulihat ternyata tidak ada, yang ada hanyalah kabut tebal yang menyelimuti perjalanan kami.
Karena aku tidak menjawab Haris bertanya lagi,
"Jef, inget Jef, nyebut, kamu kenapa?"
Baru aku menjawab,
"Udah Ris, yang penting sekarang kita harus cepet-cepet sampai dibawah, nanti aku ceritain semua"
Mendengar jawabanku Haris pun merinding, dia sudah mengira kalau aku melihat sesuatu yang nggak logis.
Kami lalu lanjut berjalan turun dan sesekali berlari, mungkin lari adalah hal yang salah ketika turun gunung, tapi waktu itu kami ingin segera sampai di bawah.
Singkat cerita sekitar jam 7 malam kami sampai di bascamp, dan di bascamp kami bertemu dengan pendaki yang kemarin nge-camp bareng di Alas Gombes.
Pendaki itu bertanya pada kami berdua,
"Loh mas ta kira udah turun duluan lo ternyata baru sampai di sini"
Mendengar pertanyaan dari pendaki lain itu aku dan Haris heran, kemudian Haris bertanya balik,
"Memangnya sampean tadi turun jam berapa?"
"Habis dari puncak kami langsung turun skitar jam 12 siang". Jawab pendaki lain.
"Loh apa gak ngeliat tenda saya di gombes?". Tanya Haris
"Gak ada tenda mas, tak kirain sampeyan udah turun duluan tadi siang". Jawab pendaki lain.
Mendengar pernyata’an dari pendaki itu aku dan Haris saling menatap heran, lalu kubilang pada pendaki lain itu dengam berbohong,
"Oh iya, kami sempet istirahat dan tidur di pos 2 tadi mas".
Lalu kami berdua pamit turun duluan dari bascamp, dan malam itu aku menginap di rumahnya Haris.
Setelah sampai di rumah Haris bertanya padaku tentang apa yang kulihat selama di Gn. Arjuno, lalu aku bercerita semua tentang apa yang kulihat selama berada di Gn. Arjuno waktu itu, terlebih tentang wanita paruh baya yang sempat menawariku menjadi menantunya.
Ketika sedang asyik bercerita tiba-tiba aku ingat sesuatu, kalau sore itu kami terbangun gara-gara mendengar suara anjing, tapi waktu itu aku dan Haris tidak melihat ada anjing sama sekali.
Andaikan waktu itu akumau jadi menantunya wanita paruh baya itu, mungkin sekarang aku sudah tinggal di alam lain dan tidak bisa pulang.
Pendakian ini menjadi pendakian yang tidak akan terlupakan bagiku, dan sampai sekarang aku tidak berani lagi mendaki ke Gn. Arjuno dan gunung-gunung angker lainnya.
...
..
.
Selesai.