Audy lega bukan main. Acara pernikahannya terlaksana sesuai yang dia inginkan. Wlau sebenarnya Audy hanya ingin akad nikah saja, namun kejutan yang diberikan Adit, Nisa dan Ameliya yang berinisiatif membuatkan acara lengkap untuk pernikahan Audy, berhasil membuat Audy benar-benar terharu bukan main.
Namun yang membuat Audy semakin lega, karena tidak ada hal yang menakutkan terjadi dalam pernikahannya. Semula Audy merasa, akan ada gangguan dadi Jordi yang secara tiba-tiba hadir di pernikahannya. Atau malah Yura sekongkol dengan Melody untuk menghancurkan harapannya melangkah ke jejang pernikahan bersama Rasya. Ucapan Yoko tentang waspada terhadap Yura, sempat membuat Audy menaruh curiga terus menerus pada Yura. Namun ternyata semua sempurna. Yura malah sangat membantunya dalam pernikahannya. Mengingat Ameliya dan Nisa yang tidak bisa terlalu banyak dilibatkan dalam urusan pwrnikahan, dikarenakan keduanya sedang mengandung, akhirya Yura lah yang turut membantu Adit, Nina dan Adel menghandle segalanya. Dan semua sempurna.
Audy tersenyum ke wanita di hadapannya yang baru saja selesai membantunya melepaskan riasan di seluruh kepalanya. Dengan sopannya, dia berpamitan. Audy yang sudah berganti pakaian dengan gaun tidur, langsung mengantarkannya ke depan pintu kamar dan menutupnya kembali.
Tatapannya menyapu ke sekeliling kamar yang sudah di hias sedemikian rupa. Entah siapa yang mendekorasi nya. Padahal sebelumnya kamar tidurnya di rumah Adit, masih dalam kondisi seperti semula. Namun kini, semuanya begitu indah. Dengan hiasan sederhana yang cukup membuat kedua mata Audy berembun dan akhirnya meneteskan air mata haru yang dengan cepat dihapusnua. Takut jika sampai Rasya masuk ke kamar dan melihatnya menangis.
Audy melangkah mendekati tempat tidurnya. Duduk di pinggir sembari menyentuh beberapa kuntum bunga mawar yang terhias membentu love di atas tempat tidurnya.
Audy masih tidak menyangka, semua ini akhirnya terjadi dalam hidupnya. Sudah cukup lama dia menantikan moment ini bersama Rasya. Rasya yang sebelumnya terus menerus trauma akibat pernikahan kedua orang tuanya yang gagal, membuat Audy kesulitan mengajaknya melangkah ke pernikahan. Bertahun-tahun Audy bersabar dalam keinginannya sendiri. Mencoba mengerti apa yang dirasakan Rasya, namun akhirnya menyerah juga akibat mendengar kabar tentang bebasnya Jordi.
Audy bukan ingin kembali bersamanya. Dia bahkan tak ada niat secuil pun untuk bertemu dengannya lagi. Namun Audy takut jika hadirnya Jordi akan mengganggu hubungannya dengan Rasya. Mengingat sejak dulu Jordi sangat membenci Rasya, bahkan hampir saja mencelakainya setiap kali mendapatinya berdekatan dengan Audy.
Suara nada dering handphone terdengar. Audy mengalihkan pandangannya ke meja di samping tempat tidurnya. Ada handphonenya dan juga handphone milik Rasya di sana. Dan hanya handphone Rasyalah yang menyala. Audy meraihnya, lantas melihat ada nomor tanpa nama yang menghubungi Rasya. Audy melihat ke pintu kamar yang tertutup. Rasya yang masih mengobrol dengan temannya yang datang terlambat, membuat Audy tak mungkin mengusiknya saat ini. Audy berniat membiarkan telepon itu, namun saat panggilan itu berakhir, betapa kagetnya Audy saat melihat ada 20 panggilan tak terjwab hanya dari nomor yang sama.
Audy mulai meragu. Dia takut pemilik nomor itu ada keperluan penting ke Rasya. Audy tampak tersentak kaget saat suara deringan handohine kembali terdengar. Nomor yang sama kembali menghubungi Rasya. Audy yang semula berniat mwngabaikannya, mengubah niatannya dan langsung menekan tombol penjawab telepon dan menempelkannya ke telinga kanannya.
"Kenapa baru diangkat?" tanya seorang wanita dari seberang sebelum Audy menjawab salam pembuka. Audy terdiam, membiarkan wanita itu terus mengoceh di seberang. Terdengar ada kekesalan di nada suaranya yang membuat Audy semakin penasaran siapa gerangan pemilik nomor baru itu.
"Mentang baru nikah, terus gak mau angkat telepon dari Mami?!" tanyanya lagi yang jelas membuat Audy semakin bingung bukan main. Semula Audy mengira, ada wanita lain di dalam hidup Rasya selain dirinya. Audy bahkan sempat menyesali keputusannya menikah dengan Rasya. Namun saat wanita itu menyebutkan dirinya sendiri dengan sebutan 'mami', Audy langsung kaget bukan main.
"Kenapa diam aja, udah gak mau lagi bicara sama mami?" tanyanya lagi yang jelas saja membuat Audy semakin bingung harus menjawab apa. "Sudah mami bilang, kamu gak perlu menikah kalau belum mapan, tidak ada wanita yang mau hidup miskin!" lanjutnya lagi yang langsung menbuat hati Audy sakit bukan main. "Apa lagi wanita yang kamu nikahi itu, dia pasti akan pergi ninggalin laki-laki gak berguna seperti kamu! Kamu dan papi kamu itu sama saja!"
Suara pintu kamar terdengar. Audy mengalihkan pandangan ke arah pintu yang ternyata Rasya. Rasya yang mendapati ekspresi sedih di wajah Audy, langsung bertanya siapa yang menghubunginya melalui handphonenya dengan tanpa suara. Audy menjauhkan handphone itu dari telinganya. Menekan loudspeaker di handphone Rasya lantas mendekatkan handphone itu ke Rasya. Rasya sempat melihat nomor di layar handphonenya, seolah sudah hapal, rasya berniat mengakhiri panggilan itu. Namun Audy dengan cepat menarik handphone dan menggelengkan kepala seolah melarang Rasya melakukannya.
"Dengarkan dulu, dan berbicaralah jika penting," bisik Audy yang langsung dibalas Rasya dengan helaan napas sembari duduk di hadapan sang istri.
"Kenapa cuma diam?! Ayo balas ucapan mami, jangan cuma diam aja kayak papi kamu yang gak bisa apa-apa selain diam!" bentaknya lagi. "Sekarang lihat nasibnya, menghilang! Udah gak punya apa-apa, ngilang. Nanti datang lagi cuma minta duit aja. Kayak gak punya tujuan hidup?!"
Rasya kembali berniat merampas Handphonenya dan kali berhasil dia dapatkan. Rasya mematikan panggilan itu, langsung melemparnya ke sudut tempat tidur. Audy menatapnya, berharap ada sepatah dua patah kata yang dia ucapkan. Audy ingin Rasya meluapkan segalanya, yang selama ini dia pendam sendirian.
"Boleh aku tau sebenarnya papi kamu di mana?" tanya Audy dengan nada tenang, takut jika menyinggung perasaan Rasya yang pastinya kacau setelah mendengar makian dari wanita yang mengaku ibunya itu.
Rasya tidak pernah berkata apa pun tentang ayahnya, dia hanya sering bilang bahwa papinya pergi entah ke mana. Tidak ada kabar berita. Dan setelah itu, Rasya seperti menolak melanjutkan cerita apa pun tentang Papinya. Dan kali ini setelah mendengar ucapan dari maminya, rasanya Audy ingin tahu ada apa sebenarnya. Audy merasa berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada lelaki yang kini sudah menjadi mertuanya itu.
Rasya menundukkan kepala. Dia tampak ebggan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Audy yang sangat ingin tahu, langsung menyentuh tangan kanan Rasya hingga membuatnya menarik tatapannya ke Audy, dan melihat sang istri mengangguk pelan.
"Besok akan aku beritahu di mana Papi sebenarnya. Saat ini, istirahatlah. Biarkan semua masalah tentang keluargaku, kita tutup dulu malam ini. Bisa, kan?" tanya Rasya yang langsung dijawab Audy dengan anggukan pelan sembari tersenyum. Audy tau, Rasya tidak suka dipaksa. Dia menyerah, dan membiarkan malam ini hanya untuk dirinya dan sang suami saja.