bc

Pangeran Rumah Atap

book_age16+
403
IKUTI
2.4K
BACA
friends to lovers
dominant
goodgirl
dare to love and hate
drama
sweet
bxg
campus
enimies to lovers
gorgeous
like
intro-logo
Uraian

Kontes Menulis Innovel II : All The Young

Abbey kira masalah keuangannya akan selesai ketika Eidwen Saki si anak Astronomi yang dingin itu menyewa rumah atapnya. Tapi yang terjadi adalah keuangannya malah bangkrut gara-gara cowok itu.

Bagaimana tidak, Eidwen kabur dari rumahnya tanpa membawa apa pun sehingga Abbey harus menanggung semua kebutuhan hidupnya. Dan cowok itu suka menempel ke mana pun Abbey berada saat di kampus.

Mau enak malah jadi sengsara.

Belum lagi, ibu Abbey tertimpa masalah besar yang membuat Abbey ingin mati saja.

Lalu kemudian si pangeran keturunan dua negara itu punya konflik besar dengan orangtuanya. Sampai suatu hari, Abbey terpaksa harus mau kawin kontrak dengan Eidwen demi menjaga nama baik kedua orangtua Eidwen yang terhormat.

Lalu bagaimana nasib Abbey setelah menikah?

Pemberitaan publik pun ramai. Teman-temannya menggunjingnya. Abbey merasa tak punya lagi tempat privasi untuk dirinya sendiri di kampus. Apalagi Eidwen Saki banyak penggemar ceweknya.

Kemudian, si mertua banyak musuh lagi. Geng yakuza yang sadis-sadis.

Aduh, kehidupan Abbey hancur, kuliahnya gagal lulus dan hidupnya jadi terancam.

Lalu bhagaimana cara Eidwen menyelamatkan Abbey?

Atau justru cowok itu akan diam saja karena pernikahan mereka toh, tanpa dasar cinta.

Cover edit by canva

https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-orang-model-wajah-10275184/

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 : Planet Pluto Yang Terabaikan
DISEWAKAN Rumah Atap Ruangan berukuran 4x5 meter, toilet, AC dan tangga di luar rumah utama Letak strategis. Lema belas menit dari kampus. Dekat jalan besar Pemandangan langsung ke langit terbuka, berpagar besi, keamanan terjamin Kawasan asri dan tenang Tetangga anti julid Khusus untuk penyewa perempuan Penyayang tumbuhan serta suka ketenangan dan kebersihan Alamat : Jl. Blu Orange Kavling no. 44 / 8 km ke arah utara dari kampus Gang depan Swalayan Seventeen CP : Abbey 0876xxxxx Fakultas Seni Abbey meluruskan kertas selebaran di dinding mading Fakultas Seni. Hari ini dia datang ke kampus lebih awal dari biasanya untuk menyebarkan selebaran. Kampus masih lengang, hanya beberapa mahasiswa jurusan teknik semester akhir yang terlihat riwa-riwi di koridor dengan muka lesu. Maklum lah, cowok-cowok otak kiri itu memang jarang pulang. Lebih suka menginap di laboratorium ketimbang di kos. Jarang mandi pula. “Lo sewain rumah?” Seseorang berbicara di balik punggung Abbey. Cewek itu spontan menoleh, pandangannya langsung bertemu dengan Casandra yang sedang memincingkan mata menatap selebaran yang baru dia tempel. Sepagi ini berangkat ke kampus hanya untuk disapa oleh mak lampir. Apes banget. “Ngapain lo sewain rumah? Mau pindah?” “Rumah atap. Lo bisa baca nggak?” Abbey menelusurkan telunjuknya ke selebaran lalu mulai mengeja. “Ru-mah a-tap. Bukan rumah utama.” Casandra berdecih tak sabar. “Sama aja rumah.” “Beda lah. Rumah atap di atap dan rumah utama gue ada di lantai dasar. Kayak lo nggak pernah mata-matain rumah gue aja.” “Gue nggak mata-main rumah lo, ya, gue dulu cuma kesasar,” sergah Casandra. “Terus kenapa lo sewain rumah?” “Bukan urusan lo, sih. Tapi kalau mau jujur, gue lagi butuh tambahan uang. Dan lo boleh bilang ke semua orang kalau si cewek dukun lagi sewain rumah atap yang bagus banget. Lo kan suka banget sebar aib gue.” Abbey berhenti sebentar untuk mengamati kekesalan di wajah Casandrs. “Buat kali ini, mulut lo berguna banget, sih. Biar gue nggak capek-capek banget sebar selebaran.” Casandra langsung memasang ekspresi jengkel mendengar kalimat Abbey tersebut. Rasanya ingin menjambak rambut Abbey yang selalu dikuncir kuda. “Lo pikir gue ampli demo?” sergahnya. Terkadang bicara dengan Abbey memang menyebalkan. Ralat, memang selalu super duper menyebalkan. Abbey tertawa garing. “Heran, kok lo baru sadar,” balasnya lalu melenggang pergi. “Lagian mana ada yang mau sewa rumah dukun. Kalau buat uji nyali sih, gue percaya.” Abbey tetap melangkah santai seraya mengambil beberapa selebaran di dalam tas. Dia pergi meninggalkan Casandra yang mulai mencak-mencak karena kesal. “Egra ngajakin gue jalan setelah latihan teater,” teriak Casandra. Deg. Abbey berhenti melangkah, lalu berbalik. “Hah? Lo ngomong apa?” tanggap Abbey. Casandra tersenyum menang lalu meniup kukunya yang dicat warna hijau neon dengan lagak sombong. “Ah, sepertinya lo baru tahu. Egra nggak cerita ke lo?” Egra memang tidak cerita apa pun kepada Abbey, padahal semalam mereka bertemu. Dan pengumuman barusan, jelas mengejutkan cewek itu. “Bukan urusan lo, sih,” lanjut Casandra. “Tapi kalau gue mau jujur, kayaknya Egra udah mulai bergerak serius buat dapetin gue. Lo juga boleh kok sebarin kabar ini ke semua orang. Biar gue nggak capek-capek banget pas ditanya pasukan lambe turah kampus. Secara si Egra kan lumayan terkenal tuh di kalangan cewek-cewek.” Casandra menikmati sejenak ekspresi terganggu Abbey, lalu melanjutkan dengan intonasi yang mengesalkan. “Egra, sahabat lo, kencan sama gue, Casandra Helburç, calon bintang idola fakultas seni Universitas Ekadanta.” Abbey mendengus mendengar kalimat yang meluncur dari musuh bebuyutannya sejak SMA itu. Alasan mengapa seseorang bisa mengidap narsistik adalah sebuah pertanyaan besar dalam sejarah hidup manusia. Abbey menggeleng heran lalu melangkah pergi dengan hati yang mulai tidak sesantai langkahnya. Egra, kenapa? *** Setelah menempel selebaran di mading Fakultas MIPA, Teknik serta seluruh fakultas yang berada di sayap timur kampus, Abbey buru-buru menuju kelas Miss Erma. Kali ini dia tidak boleh terlambat jika tidak ingin pekerjaan paruh waktunya di perpustakaan kampus dicabut. Namun, di perjalanan dia bertemu dengan Egra, sahabatnya, sekaligus cowok andalan Casandra untuk membuatnya merasa kesal sepagian ini. “Astaga, Abbey,” sentak Egra ketika mereka berpapasan nyaris tabrakan di ujung koridor. “Kaget gue. Ngapain lo lari-lari?” “Lo juga ngapain lari-lari?” seru Abbey sama kagetnya. Matanya menjelajahi penampilan Egra dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bola mata Abbey membulat karena heran. Egra terlihat lebih rapi daripada biasanya. Rambut licin dilumuri pomade, kemeja abu-abu yang bagian lengannya digulung ke siku dan sneaker berwarna putih kinclong seakan baru dicuci. “Lo cuci sepatu?” tanya Abbey tak percaya. Egra adalah cowok paling malas yang pernah ditemui Abbey seumur hidupnya. Jadi, sangat tidak masuk akal melihat cowok itu mencuci sepatu. “Lo juga pakai parfum. Gila wangi banget.” Abbey menutup hidungnya. “Iya dong,” jawab Egra sembari mengelus belakang rambutnya dengan kikuk. “Gra, lo beneran ngajak kencan Casandra?” Senyum Egra melebar. “Ya begitu lah, Bey. Lo tahu sendiri kan kalau selama ini gue nggak ada nyali buat ngajak jalan Casandra. Tapi kemarin gue nekat dan responnya oke banget.” Melihat kepuasan yang terpampang jelas di wajah sahabatnya, Abbey jadi kehilangan kata. “Ya udah, gue masuk kelas dulu, ya. Udah telat nih. Nanti gue ceritain gimana kencannya di telepon.” Egra menepuk lengan Abbey dan berpamitan. Abbey mengamati Egra berbelok lalu mengghilang di koridor menuju kelasnya. Dia, Abbey dan Casandra adalah mahasiswa satu fakultas. Abbey mengambil jurusan seni murni, sedangkan Egra dan Casandra─ yang sama-sama memiliki bakat dalam seni teater, mengambil jurusan seni pertunjukan. Abbey sebenarnya sudah tahu, sahabatnya itu memang sudah lama memendam perasannya terhadap Casandra. Semenjak mereka menjadi pasangan drama Pangeran dan Putri Tidur saat kelas sebelas SMA. Meski begitu, kabar kemajuan hubungan mereka berdua adalah hal yang tak pernah Abbey inginkan untuk terjadi. “Casandra cantik,” celetuk Egra di suatu sore yang panas beberapa tahun lalu, setelah dia berlatih drama dengan Casandra untuk pertama kalinya. “Hah?” tanggap Abbey terkejut. Potongan terakhir es krim batang Abbey jatuh ke tanah dengan dramatis. Egra tidak pernah mengatakan cewek cantik kepada siapa pun dan untuk siapa pun. Termasuk Abbey. “Lo naksir Mak Lampir?” Sejak kelas sepuluh, Casandra dan Abbey adalah teman satu kelas. Dan dia adalah tipe cewek yang suka mengolok-olok Abbey di belakang punggungnya. Mereka saling benci satu sama lain. Casandra selalu berusaha menindas Abbey di setiap kesempatan. “Dia cantik,” ulang Egra sambil melamun dan mata berbinar-binar. Sejak saat itu Abbey menyadari, walau tak ingin, jika sahabatnya telah jatuh cinta kepada Casandra. Sampai saat ini. Abbey menghela napas dalam. Berusaha keluar dari lamunannya sendiri. Di antara berjuta cewek di dunia ini, mengapa Egra memilih Casandra?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.8K
bc

TERNODA

read
198.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook