Prolog
Seorang wanita berjalan dibawah guyuran hujan lebat, tangan kanannya menggeret koper. Tubuh wanita itu terduduk lemas disisi jalan yang sepi tak ada kendaraan yang lewat. Tubuhnya bergetar, bibirnya mengeluarkan isakan tangis yang memecah kesunyian malam dan air mata yang mengalir deras tersamarkan oleh air hujan yang menerpa wajahnya.
(Beberapa jam yang lalu)
"Apa salahku dan anak yang aku kandung ini? Sampai kau tega mau mencelakainya?"
"Lebih baik kita bercerai saja daripada aku harus kehilangan calon anakku ini!!" teriak wanita itu
"Jadi lo lebih milih anak sialan itu?" tanya pria itu menatap bengis kearahnya
"Ya, aku lebih memilih anak ini ketimbang kamu pria yang tak memiliki hati, seorang
ayah yang dengan teganya mencelakai buah hatinya sendiri!!"
"Anak gue? Jangan bohong lo, anak itu bukan darah daging gue. Gue nggak pernah ngelakuin hal itu sama lo, jujur aja itu anak selingkuhan lo kan?" tanya pria itu
"Dan juga lo mau cerai?? Mimpi!!" bentak pria itu
"Ini anak kamu, aku enggak pernah selingkuh seperti yang Mama tuduhkan ke aku. Ini benar-benar darah daging kamu sendiri!!"
"Lo bilang Mama bohong? Gue udah lihat semua foto-foto bahkan video lo sama pria lain dihotel dan lo masih ngelak lagi? Nyesel gue udah pernah sayang, cinta sama lo kalo akhirnya lo bakalan khianatin gue, harusnya gue dengerin omongannya Mama buat nggak nikahin lo,"
"Kalo kamu nyesel udah pernah nikahin aku mending kamu lepasin aku, ceraikan aku biarkan aku pergi dari kehidupan kamu!!"
"Jangan pernah berharap gue bakalan lepasin lo begitu saja, simpan angan-angan lo itu" ujar pria itu
"Le...pas, lepasin tangan kamu dari perut aku!" ujar wanita itu mencoba melepaskan tangan suaminya dari perutnya
Bukannya melepaskan, pria itu malah semakin kuat mencengkram perut istrinya
"Akh!! Sakit!!" teriak wanita itu kesakitan
Pria itu melepaskan tangannya dan mendorong tubuh istrinya hingga tersungkur ke arah tempat tidur.
"Selagi gue masih hidup, lo nggak bakalan bisa lepas dari genggaman gue. Jangan pernah lo keluar seinci pun dari kamar ini, kalau sampai lo ngelanggar.."
"Bukan hanya anak sialan itu yang bakalan gue lenyapin tapi nyawa lo juga!" ujar pria itu lalu keluar dari kamar itu
Tubuh wanita itu merosot hingga menyentuh lantai, tangannya mengelus-elus perutnya. Dengan langkah tertatih-tatih ia berjalan menuju lemari pakaiannya, mengeluarkan kopernya ia memasukkan semua pakaiannya. Ia bahkan tak mSeorangemikirkan ancaman suaminya, lebih baik ia kehilangan nyawanya karena berusaha pergi dari rumah ini daripada ia harus tersiksa secara mental maupun fisik jika masih terus berada didalam genggaman suaminya. Bukan maksudnya untuk durhaka dengan suaminya, semua kelakuan suaminya sudah terlalu kelewat batas.