Mendadak saja, malam ini Reda jadi pendiam. Di meja makan tadi, dengan rencana Abifata untuk memesankan kamar mewah bagi Reda dan Arthur setelah operasi nanti Reda tetap diam saja. Reda mengiyakan saja, patuh seperti hewan yang tak paham bahasa manusia. Ta justru yang merasa begitu geregetan mendengar niat Abifata untuk mereka. “Kau kenapa?” tanya Ta tak tahan dengan wajah murungnya. Saat ini mereka hanya berdua di kamar selesai makan malam bersama Abifata dan ide gilanya itu. “Ta, kau itu malaikat yang tak punya hati. Sudah, jangan pedulikan aku. Bertingkah seperti kau yang biasa saja,” ujar Reda lembut. Ta mencebik, masih saja ada yang mengganjal dalam dadanya melihat Reda menerima pasrah begitu. Namun, kembali ke dirinya yang pemalas, Ta tahu Reda benar lalu memilih tidur saja daripa

