PROLOG

1062 Kata
Elian sebenernya biasa aja sama k*****t itu. Lagian dia bukan Kim Taehyung yang bahkan jarinya saja Elian sembah setiap malam. Dia hanya satu dari beribu cowok ganteng di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan suku yang pasti juga banyak cowok ganteng di dalamnya. Hanya saja, sialnya tuh cowok satu SMA dengan Elian. Dan berengseknya, dia menjadikan Elian objek permainan sialannya dengan teman-temannya yang tak kalah b***t. Dan bodohnya lagi, Elian terlena dengan senyumnya yang bikin nagih kayak martabak keju kesukaannya tanpa bisa berpikir dengan benar saat itu. Intinya Elian hanya khilaf. "Mana ada khilaf sampe nggak bisa move on selama dua tahun. Khilaf apa niat itu, Neng?" kata Keisha. Keisha, sahabat Elian sejak SMA, yang mau-maunya masuk jurusan Teknik Kimia tanpa keterpaksaan sedikitpun. Kadang Elian bingung, apa sih yang Keisha lihat dari barisan rumus integral yang tertulis rapi seperti mantra dukun itu? Elian benar-benar tidak bisa menemukan sedikitpun hal yang menarik tentang Teknik Kimia. Menyebutnya saja Elian sampai merinding. Apalagi nanti siang Elian ada kuis kimia analisis yang tidak pernah dipahami Elian selama ini. Dosennya, Bu Susanah adalah perwujudan sempurna dari suara google translate ketika berbicara. Sangat kaku dan membuat Elian mengantuk. Sebenarnya Elian baik-baik saja dengan matkul kimia. Yah, meskipun Elian tidak pintar-pintar amat, tapi setidaknya Elian tidak malu-maluin lah seperti di matkul lain. Tapi kimia analisis ini lho, analisisnya banyak banget. Elian bersyukur UTS kemarin dosennya memberikan ujian openbook. Tapi ternyata oh ternyata. Kata-kata openbook hanyalah dusta bagi mahasiswa baru seperti dirinya. Percayalah, mencari jawaban di sebuah buku yang berisi 589 halaman itu tidak gampang. Yah, setidaknya, Elian ada referensi buat mengarang indah. Hampir aja Elian jawab pertanyaan analisis permanganometri dengan uraian sejarah kelamnya masuk ke jurusannnya sekarang. Sebenarnya hanya sebuah kisah klasik penurunan cita-cita orang tua yang pengen jadi dokter tapi tidak kesampaian. Ya gitulah, Elian disuruh masuk kedokteran sama ibunya. Dipikir-pikir dari sudut pandang manapun, kedokteran itu sama sekali tidak cocok dengan dirinya, harusnya ibunya mengerti karena selama ini Elian selalu menjadikan buku biologinya sebagai alas mangkok mie instan setiap malam. Seharusnya ibunya tahu, tapi memang dasarnya keinginan lama yang tak kunjung padam, meskipun Elian sempat menguraikan seribu halaman kenapa Elian tidak sudi masuk kedokteran sampai mulutnya berbusa-pun, ibunya hanya bilang, "Coba aja dulu lah, Yan. Kalau emang nggak keterima, mama nggak bakal maksa kamu lagi, kok." Ya iyalah nggak bakal maksa. Ya mau gimana, lha wong otak anaknya nggak nyampe. Mau diminumin jamu anak pintar Mbok Doro yang sering lewat rumah gue lima kali sehari pun, otak gue nggak bakal menambah kapasitas dengan sendirinya. Mau lewat belakang? Duit dari siapa? Gue dapet UKT golongan delapan aja mami meraung-raung. Batinnya ketika itu. Gini lho, Elian kan hanya mencoba menjadi generasi cerdas nan jujur, seperti perintah Pak Jokowi di televisi. Ibunya punya usaha catering di rumah, ya Elian tulislah dia sebagai wiraswasta dan Elian juga mencantumkan penghasilannya di formulir daftar ulang SBMPTN waktu itu. Tapi, ibunya itu tidak mengharga kejujuran anaknya dan malah memusuhi Elian selama tujuh hari tujuh malam. Hampir saja Elian tidak diberi makan kalau Elian tidak bilang maag-nya kumat waktu itu. "Kamu tuh harusnya nulis pekerjaan mama itu ibu rumah tangga, Yan. Sok-sok-an buka catering segala. Lah, penghasilannnya kamu tulis segitu lagi. Emang kamu tau catering mama lagi sepi sekarang ini. Ya ini yang bikin kamu dapet UKT sampai golongan delapan. Kakakmu aja cuma dapet golongan tujuh kok kemarin." Kata-kata itu diulangi ibunya setiap tiga kali sehari seperti orang minum obat. Elian sih hanya senyum-senyum sambil menggaruk-garuk kepala saja sambil mendengarkan ocehan ibunya itu. Tapi, kadang Elian berpikir. Uang tiga juta setiap semester itu lumayan juga buat menambah modal online shop-nya yang sekarang masih belum balik modal. Yah, jangan diomongin. Itu salah satu bentuk kreativitasnya dalam menjadi warga negara yang baik dengan mengaplikasikan ekonomi digital kreatif yang digadang-gadang oleh Pak Jokowi juga. Maaf kalau Elian sering menyebutkan Pak Jokowi. Ini juga akibat dari ayahnya yang seorang Dosen Ilmu Politik di salah satu universitas swasta di Jakarta. Pasti bisa terbayangkan apa aja yang hinggap di kepala Elian selama sembilan belas tahun ini. Ya benar, teori-teori Thomas Aquinas dan cara membuat ayam penyet tidak basi jika dibiarkan di udara terbuka seharian. Yah, pokoknya tidak jauh dari itu deh. Dan itu tidak ada unsur ke- Teknik Kimia-annya sama sekali. Singkat cerita Elian menempatkan jurusan yang tidak kalah horror dari kedokteran itu di pilihan kedua karena termakan oleh omongan kakaknya yang sering memandang rendah dirinya. "Ya coba aja tuh pilih Teknik Kimia. Kan passing grade-nya nggak jauh beda dari kedokteran. Keren tuh kalau lo bisa keterima disana. Gue bakal nyembah lo selama satu tahun, deh." Keren mata lo peyang. Batin Elian. Elian berharap bisa mengulang waktunya kembali dan tidak memedulikan ocehan tidak jelas kakaknya yang membuatnya ada di sini sekarang. Melihat Keisha yang sedang memakan mie instan tanpa telurnya dengan catatan integral yang masih di tangannya. "Siapa bilang gue belum move on? Lo lupa sama mantan-mantan gue selama kelas dua belas, hah? Inget Jeriko, nggak? Manusia paling ganteng di sekolah tapi otaknya rada konslet itu mantan gue, Kei. Mantan gue," ucap Elian membela diri. Emang dia siapa sih sampe gue nggak bisa move on selama itu? Mendekati telapak tangan Kim Taehyung aja nggak. "Si Jeriko itu, meskipun ngomong aja nggak bener, tapi dia itu seribu kali lebih cakep dari pada k*****t itu. Nggak mungkin lah gue masih suka sama dia." "Serah lo deh. Tapi jangan kemakan omongan sendiri ya nanti. Gue tunggu pj balikannya." Bangsat memang Keisha. Dia tidak tahu apa kalau sekarang dirinya sedang menyusun rencana balas dendam untuk k*****t itu. Betapapun Elian pikir sekarang, wajah k*****t itu memang sudah songong dari dulu. Senyumnya juga tidak ada manis-manisnya kok. Lupakan martabak keju, dia lebih mirip seperti ... jamur crispy, mungkin? Alah, pokoknya Elian ingin sekali mengunyah itu k*****t sampai menjadi butiran-butiran atom yang kehilangan energi aktivasinya hingga tidak bisa bereaksi dengan apapun lagi. Terdengar menyenangkan bukan? Apalagi melihat si k*****t itu sedang duduk di meja kantin dengan teman-teman keparatnya yang lain. Berani-beraninya dia melempar senyum ke arahnya dengan muka songong-nya itu. Sambil mengangkat tangannya sok kenal lagi. Lupakan sejenak tentang kesenioran, karena masa ospek Elian sudah selesai dengan tak kalah dramanya dengan hidupnya. Pokoknya sekarang Elian hanya ingin memasukkan itu manusia ke evaporator yang ada di Lab Operasi Teknik Kimia dan membiarkan cairan tubuhnya menguap hingga dia pulang dengan tersiksa ke Sang Pencipta. Tanpa pikir panjang, Elian membalas senyumnya dengan tatapan tajam andalannya. Tunggu saja, Ossama Raken Hernando.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN