Beginning

1464 Kata
Dimeja tempat Bianca dan Nabilla menunggu, mereka melihat kearah dua orang sahabatnya yang tengah berjalan mendekat kearah meja mereka ditemani dengan seorang lelaki di samping Aluna. “Apa kalian keberatan jika aku bergabung bersama kalian? Kebetulan pekerjaanku sudah selesai.” Tanya Alvaro sembari menatap satu persatu wanita yang ada di meja itu. “Tentu saja tidak, aku malah senang mendapat teman baru. Namaku Bianca dan yang di depanku Nabilla,” ucap Bianca memperkenalkan dirinya dan Nabilla. “Dan aku rasa kamu sudah berkenalan dengan Mia, melihat tadi kalian berbicara saat berjalan kemari. “Ah ya aku sudah mengenal Mia, dan hai Bianca juga Nabilla, namaku Alvaro kalian bisa memanggilku Alva atau Varo senyamannya kalian saja.” Sahutnya sembari tersenyum. Kemudian mereka mulai mengobrol, membicarakan apa saja, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.37 dan mereka mulai kehabisan bahan obrolan. “Pulang yuk ngantuk nih, besok juga masih harus kerja kan.” Nabilla mengajak teman-temannya pulang. “Yuk deh takut besok kesiangan, mana ada rapat lagi,” Mia mengiyakan ajakan Nabilla. “Eh Bi aku sama Nabilla nebeng kamu pulang ya kan kita searah.” “Iya boleh kok. Kamu pulang sama siapa Al? Sayang kita gak searah jadi gak bias bareng deh.” Ucap Bianca merasa tidak enak harus membiarkan Aluna Pulang sendiri ditengah malam. “Gak apa-apa kok Bi, aku bisa pesan taksi online.” Sahutnya sembari tersenyum. “Rumahmu mana Al biar aku antar saja, sudah malam takut terjadi apa-apa,” ucap Alvaro pada Aluna. “Dan aku tidak menerima penolakan Al.” imbuhnya saat Aluna akan menolak ajakannya. “Varo kamu menyebalkan,” Aluna mencubit lengan Alvaro sembari tekekeh kecil, “Aku tinggal di apartment Setiabudi, kalau kamu tinggal di daerah mana Varo? Aku takut kamu malah kejauhan lagi dari rumahmu.” Sahut Aluna dengan nada tidak enaknya. “Karna kamu di Setiabudi jadi kita searah, tenang saja tidak perlu merasa tidak enak begitu kebetulan rumahku daerah Tebet jadi kita searah,” Alvaro membukakan pintu mobilnya untuk Aluna, kemudian berlari kecil kearah pintu kemudi dan memasuki mobil. “Ngomong-ngomong temanmu tinggal di daerah mana?” tanyanya sembari memasang seatbelt. “Eum mereka tinggal di daerah Kebon Jeruk, Miu dan Bianca tinggal bersama, dan Nabilla masih tinggal bersama orangtuanya,” Tangan Aluna bergerak untuk sedikit mengeraskan volume lagu yang terputar. “Sedikit aku besarkan volume nya tidak masalah kan Varo?” “Tidak apa-apa Al, santai saja.” Alvaro mulai bergerak mengeluarkan mobilnya dari parkiran sekitar coffe shop dan mulai melajukan mobilnya ke arah tempat tinggal Aluna. Sekitar 10 menit mereka berdua sampai didepan apartment Aluna. “Kamu tidak perlu turun unutk mengantarku Varo, dan terimakasih untuk hari ini btw salam kenal Varo.” Ucap Aluna sembari tersenyum kearah Alvaro. Saat hendak turun Alvaro menahan Aluna dengan ucapannya yang membuat Aluna kembali ke posisi duduknya dan menghadap Alvaro. “Boleh aku minta kontak w******p mu Al?” kedua alis Alvaro terangkat seolah meminta izin Aluna. “Next time kita harus bertemu lagi, bagaimana?” “Ah tentu saja Varo kita sudah bertemankan?” Aluna terkekeh kecil menanggapi Alvaro yang terlihat salah tingkah “Mana ponselmu biar ku masukan nomorku.” Alvaro menyerahkan ponselnya pada Aluna dan melihat gadis itu memasukkan digitnya nomornya ke dalam ponsel Alvaro kemudian mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya sembari tersenyum. “Kalau begitu aku masuk dulu ya Varo, kamu hati-hati dijalan sampai jumpa di lain waktu.” Yang kemudian dijawab Alvaro dengan senyuman, Aluna melangkah turun dari mobil, lalu berdiri disamping mobil Alvaro sembari melambaikan tangan ke arah mobil Alvaro yang mulai melaju dari hadapannya. Di dalam mobil Alvaro tersenyum sembari melirik kearah spion yang memperlihatkan Aluna tengah berjalan perlahan memasuki area apartement nya. Entah kenapa Alvaro merasa jantungnya berdebar tidak seperti biasanya dan juga saat bersama Aluna, lelaki itu menyadari dia sedikit melupakan masalah yang belakangan ini sedang dia pikirkan, juga sejenak melupakan sosok lain yang ada dihidupnya. Suara ketikan dari jari yang beradu dengan laptop terdengar mengisi kekosongan di sebuah kamar yang ditempati oleh seorang gadis yang hanya tinggal seorang diri. Terlihat netranya fokus memandang ke layar laptop dihadapannya ditemani secangkir matcha hangat yang membantunya sedikit rileks mengerjakan pekerjaan kantor yang dia bawa lembur kerumah. Drttt Drttt Drttt Ponselnya yang ia letakkan disebelah laptopnya bergetar beberapa kali yang menandakan ada panggilan masuk membuat Aluna mengalihkan fokusnya ke layar ponsel yang terdapat panggilan masuk dari seseorang yang dia rindukan, membuat Aluna segera mengangkat panggilan tersebut dan mengarahkan ponsel ketelinganya. “Assalamualaikum Mam, apa kabar Aluna kangen Mama dan Papa” ucap Aluna sembari tersenyum. “Waalaikumsalam anak Mama,” sahut Mamanya “Ih anak Mama bohong nih, katanya kangen tapi jarang telepon Mamanya gimana sih kamu nduk.” “Hehe ya maaf Mam, gimana kabar Mama dan Papa?” Aluna terkekeh kecil mendengar omelan Mamanya. “Alhamdulillah kami baik-baik saja nduk, kamu sendiri bagaimana di Jakarta betah nduk?” “Syukur kalau Mama dan Papa baik-baik saja, Aluna juga baik Mam sejauh ini betah kok Mam kana ada teman-teman Aluna juga,” Aluna menjeda sebentar percakapannya dengan sang Mama. “Eummmm Mam kalau begitu Aluna tutup dulu ya teleponnya Al masih harus lembur nih biar cepat selesai sudah malam, maaf ya Mam.” Ucapnya merasa tidak enak. “Oh iya nduk kamu selesaikan dulu dan lekas istirahat, jaga kesehatan ya nduk hati-hati disana, dahh nduk Assalamualaikum.” Sahut Mama Aluna. “Iya Mam pasti, salam untuk Papa ya Mam jaga kesehatan juga, Waalaikumsalam Mam.” Sahut Aluna kemudian memutus panggilan tersebut, kemudian mendapati ponselnya bergetar sekali yang menandakan ada pesan dari nomor tidak dikenal. Aluna membuka pesan itu dan tersenyum saat mulai membaca isi pesan itu yang berisi “Hai Al save nomorku ya, Alvaro” kemudian masih dengan tersenyum jarinya mengetik balasan pesan untuk Alvaro “Okay Varo aku save J” lalu mengirimnya kepada Alvaro, lalu Aluna meletakkan ponselnya lagi dan mulai melanjutkan pekerjaanya yang sempat ia tunda. Setelah hampir seminggu berlalu kaki Aluna mulai membaik dan dapat berjalan dengan normal lagi, juga akhir-akhir ini Aluna seringkali mendapati pesan dari seorang lelaki yang membuat kakinya sempat terkilir itu. Sejak pertama kali Alvaro mengiriminya pesan mereka jadi cukup intens bertukar pesan hampir setiap harinya dan membuat keduanya menjadi lebih akrab lagi. “Al aku sama yang lain mau ngopi-ngopi cantik, kamu ikut gak?” Tanya Bianca yang tiba-tiba sudah berdiri di depan kubikel Aluna bekerja. “Hah kapan Bi? Kok tumben dadakan banget ngasih taunya? Biasanya ngabarin di grup?” Sahut Aluna sedikit terkejut dengan kedatangan Bianca. “Haha santai dong wajahmu jelek banget kalo lagi kaget gitu.” Bukannya menjawab Biamca malah meledeki wajah kaget Aluna. “Ih akukan kaget kamu tiba-tiba datang dan ajak aku bicara lagipula aku sedang tidak fokus. Jadi kapan kita pergi?” Tanya Aluna kepada Bianca yang masih terkekeh kecil. “Yasudah maaf kalau aku ngagetin kamu Al hehe,” Bianca mengambil tempat disamping Aluna “Rencananya kita pergi sehabis pulang kantor Al gapapakan? Kamu gak lagi ada tugas lembur kan Al?” “Kebetulan kerjaan aku dikit lagi selesai kok, jadi kita mau ngopi dimana nih?” Pandangan Aluna fokus ke layar komputer dihadapannya dan jarinya sibuk mengetikkan sesuatu disana. “Tempat kumpul kita biasa Al yang deket-deket kantor aja jangan jauh-jauh gimana?” Sahut Bianca sembari memperhatikan Aluna yang masih sibuk mengetik. Aluna menghentikan kegiatan mengetiknya lalu memutar kursi kerjanya untuk menghadap Bianca. “Maksud kamu Bellvar?” Yang hanya ditanggapi Bianca dengan anggukan singkat. “Aduh Bi jangan deh. Kita cari tempat lain gimana?” Tanya Aluna dengan salah tingkah. “Kenapa Al kok kamu salah tingkah gitu sih?” Bianca menggoda Aluna dengan senyum jahilnya. “Apa karna laki-laki yang waktu itu? Siapa namanya eummm siapa ya Al… Al…” Bianca memikirkan nama lelaki itu. “Alvaro.” Sahut Aluna yang sadar akan kebodohannya dan langsung menutupi wajahnya dengan berkas yang ada di meja kerjanya. Mendapati respon Aluna yang super salah tingkah justru membuat Bianca tertawa dan terus menggodanya. “Haha kenapa sih Al ada apa sama Alvaro? Jangan-jangan kamu suka ya sama dia?” Goda Bianca sembari menaik turunkan alisnya. “Ishhh apasih Bi, udah ah sana kamu balik kerja aku lagi sibuk nih kamu ganggu banget tau gak!” usir Aluna kemudian memutar kursinya lagi menghadap layar komputer dan mulai mengetikkan sesuatu disana berpura-pura fokus agar Bianca tidak mendapati wajahnya yang bersemu. “Iya-iya aku balik nih semangat kerjanya Alunakuuuu jangan mikirin Alvaro terus ya pipi kamu merah tuh hahaaaa” Bianca berlalu sembari tertawa dan meninggalkan Aluna yang semakin salah tingkah dibuatnya. “Ih apaan sih Bianca bikin malu aja.” Gumam Aluna dan buru-buru mengambil cermin kecil dari laci kerjanya dan mendapati pipinya yang bersemu, lalu gadis itu menggelengkan kepalanya berusaha menetralkan pikirannya dan mencoba kembali fokus terhadap hal yang harus dia kerjakan. Sore harinya saat jam kantor usai Bianca sudah menunggu Aluna di parkiran mobil. Bianca masuk kedalam mobil dan disusul oleh Aluna, kemudian keduanya meninggalkan area kantor dan segera menuju tempat mereka akan bertemu Nabilla dan Mia, karena diantara mereka bertiga hanya Bianca yang satu kantor bahkan satu divisi dengan Aluna. Saat Bianca sedang memarkirkan mobilnya, Aluna membuka suara yang membuat Bianca melirik kearahnya sesaat. “Bi nanti jangan ngomong macem ya sama Nabilla dan Mia aku malu, lagiankan aku dan Alvaro juga baru beberapa minggu mengenal juga kita berdua beneran hanya sebatas teman kok Bi. Please Bi ya ya? Bianca baik deh” Aluna memohon sembari mengeluarkan senyum paksa dan tatapan memelasnya. “Haha iyaya Al tenang aja asal ada uang tutup mulut semua aman” Bianca mengerling jahil pada Aluna. “Oke kalau gitu aku yang traktir kamu hari ini Deal?” ucap Aluna bersemangat. “Rezeki tidak boleh ditolak bukan? Kalau begitu, Deal!” Bianca meraih tangan Aluna dan mengajaknya bersalaman sebagai tanda kesepakatan diantara mereka berdua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN