bc

Seindah Lembayung Senja

book_age16+
14
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
friends to lovers
dare to love and hate
drama
city
office/work place
cheating
illness
lies
office lady
like
intro-logo
Uraian

Kecelakaan kecil yang terjadi antara Aluna dan Alvaro seolah sudah ditakdirkan terjadi, membuat kedua manusia itu bertemu untuk saling memberi arti. Hari-hari yang Aluna lewati bersama Alvaro membuat gadis itu merasa dirinya dicintai. Aluna sadar dirinya mulai berharap dan menaruh perasaan terhadap lelaki itu.

Hingga suatu hari perasaan yang Aluna punya terbalaskan dia tidak mecintai sendirian, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Padahal definisi cinta menurut Alvaro tidak sama dengan definisi cinta milik Aluna.

Saat ini Alvaro memang menyukai Aluna tapi belum sampai pada tahap mencintai, dirinya memang merasa nyaman dengan kehadiran Aluna, tapi sejujurnya hatinya masih diisi oleh seseorang dari masa lalunya.

Hingga pada akhirnya, Aluna tahu tentang sosok seorang wanita dari masa lalu Alvaro. Wanita yang menjadi bayang-bayang diantara hubungannya dengan Alvaro.

Apakah Aluna bisa memenangkan hati Alvaro dan membuatnya melupakan wanita itu?

Cinta masa lalu, pengorbanan, dan luka menemani perjalanan cerita Aluna, Alvaro dan wanita itu.

- Seindah Lembayung Senja -

chap-preview
Pratinjau gratis
Meet
Mempercepat langkah kakiku yang terhambat oleh stiletto yang kukenakan hari ini, membuat kakiku terasa mati rasa dan perih, aku yakin pasti telapakku sudah lecet akibat berlari cukup jauh. Dengan tergesa berlari dari stasiun MRT diantara orang-orang yang berlalu lalang di jalan setapak kawasaan Sudirman yang selalu ramai. Tapi aku tidak peduli karna aku hampir terlambat, bahkan kakiku yang lecet tidak lebih penting dari janji berkumpul bersama teman-temanku. “Ah mereka pasti sudah menungguku.” Rutukku kesal. Berusaha untuk lebih mempercepat langkahku lagi. Sekali lagi melihat jam tanganku seraya berlari kecil, dan mendapati aku sudah terlambat 10 menit dari waktu bertemu yang ditentukan, lalu dengan panik dan ceroboh menyebrang jalan, hingga tiba-tiba kudengar suara klakson mobil diiringi dengan suara decitan ban mobil datang dari arah kananku yang seketika membuatku menolah kesamping. Tanpa sadar aku berteriak dan jatuh terduduk di aspal dengan jantung yang berdetak tidak karuan, karna masih merasa syok, aku bahkan tidak fokus dengan keadaan sekitar, sempat merasa bingung dengan apa yang terjadi, hingga sebuah tangan kurasa menyentuh bahuku dengan sedikit mengguncang, disusul dengan suara seorang laki-laki yang menanyakan keadaanku dengan wajahnya yang panik. “Maaf sebelumnya aku kurang fokus menyetir, apa kamu baik-baik saja?” Katanya dengan nada khawatir menanyakan keadaanku. Tidak langsung menjawab pertanyaan yang dia ajukan padaku, aku justru terdiam menatap wajahnya. Hingga sekali lagi dia mencoba menyadarkanku dari rasa terkejutku. “Halloooo,” katanya seraya melambaikan tangan didepan wajahku. “Apa ada yang terluka?” Mengerjapkan mata beberapa kali aaku tersadar, “Ah ya aku sepertinya tidak apa-apa, hanya merasa terkejut juga beberapa lecet kecil tidak masalah dan maaf aku juga tidak fokus menyebrang jalan karna terburu-buru.” Kataku tidak enak. “Ahh sial,” kataku sembari meringis kecil merasakan linu dikakiku saat hendak berdiri, dan dengan sigap dia meraihku yang dirasa akan jatuh lagi, dengan perlahan mencoba membantuku menyeimbangkan posisiku berdiri saat ini. “Kurasa kamu tidak baik-baik saja. Ayo kita ke rumah sakit supaya tahu keadaanmu.” Ajaknya tiba-tiba. “Terimakasih, tapi kurasa tidak perlu. Lagipula aku harus ke suatu tempat saat ini,” sambil berusaha melepaskan diri dari rengkuhannya. “Tenang saja ini hanya kecelakaan kecil dan kupikir kita sama-sama salah, jadi maaf atas kecerobohanku dan aku akan pergi sekarang.” Saat akan berbalik dia menahan tanganku yang membuatku berbalik dengan kedua alis yang terangkat seolah bertanya ada apa? Seketika suasana berubah canggung. “Biar kuantar,” katanya dengan menggaruk pelipis yang kuyakini tidak gatal, terlihat sedang salah tingkah dan merasa tidak enak. “Kamu mau kemana? Biar kuantar, anggap saja sebagai rasaa tanggungjawabku karna sudah menabrakmu.” Yang hanya kubalas dengan anggukan. “Lagipula sepertinya kakimu terkilir,” seraya membantuku berjalan, menuntunku masuk ke kursi penumpang samping kemudi. “So where are we going?” “Bellvar coffe shop, do you know?” kataku sambil memasangkan seatbelt ditubuhku. “Of course, I know” katanya dengan mulai menjalankan mobilnya. “Kebetulan aku juga akan pergi kesana. By the way namaku Alvaro,” dengan tangannya yang dia ulurkan padaku. Kusambut uluran tanganya, “Aku Aluna, salam kenal Alvaro” sembari tersenyum kecil dan melirik ke arahnya. Di dalam mobil keduanya merasa canggung sehingga tidak ada yang bersuara, hanya terdengar lantunan lagu dari radio mobil yang menyala sedang memutar Closer dari The Chainsmokers. Aluna yang menatap keluar jendela dan sibuk dengan pikirannya sendiri sementara Alvaro terlihat serius mengemudikan mobilnya. Aroma menthol di mobil Alvaro terasa menenangkan hingga membuat Aluna mengantuk, dan ketika hamper saja Aluna menutup matanya Alvaro mengajaknya berbicara dan sukses membuat kantuknya seketika hilang tergantikan sedikit rasa terkejut karna pria disebelahnya tiba-tiba saja mengeluarkan suara. “Apa kamu akan bertemu teman-temanmu?” tanyanya dengan sedikit melirik kearah Aluna yang matanya fokus memandang ke depan. “Ya, tepatnya mereka memaksaku untuk datang,” jawab Aluna dengan sedikit mendengus. “Sebetulnya aku lelah dan ingin segera pulang tapi mereka jelas tidak akan membiarkanku untuk segera bertemu kasur dan tidur dengan tenang.” Alvaro tertawa. “Apa mereka akan menerormu sepanjang malam?” “Ya seperti itulah kira-kira,” jawab Aluna dengan senyuman masam dibibirnya. “Ah ya lalu bagaimana denganmu? Apa kamu juga akan bertemu teman? Atau malah akan melakukan kencan?” Tanyanya dengan sedikit memicingkan mata dan tersenyum jahil pada Alvaro. “Haha tentu saja tidak untuk kedua tebakanmu nona, aku kesana untuk melihat kinerja pegawaiku dan kebetulan sekalian untuk mengantar teman baruku.” Sahutnya sembari tersenyum kearah Aluna. “Wow, jadi kamu pemilik Bellvar coffe shop?” “Jangan bereaksi berlebihan seperti itu Aluna, aku jadi malu.” Sahutnya dengan tersenyum canggung. “Eumm maaf aku tidak bermaksud seperti itu hanya saja aku merasa takjub dan kagum padamu, di usiamu yang terbilang muda ini kamu sudah mempunyai bisnis yang bisa dibilang sukses,” katanya tulus. “Coffe shopmu cukup terkenal asal kamu tahu.” Sembari terkekeh kecil. “Baiklah terimakasih atas pujianmu nona dan ngomong-ngomong kita sudah sampai,” katanya sambil melirik jam tangan, kemudian memarkirkan mobilnya. “Kurasa kamu telat Al, apa tidak apa-apa? Teman-temanmu mungkin akan mengomel padamu.” “Kurasa tidak,” sahutnya sembari perlahan turun dari mobil Alavaro. “Mereka hanya akan menuntut penjelasan kenapa cara berjalanku seperti ini.” Aluna melangkah dengan sedikit tertatih dan raut wajahnya menunjukkan dia tengah menahan nyeri di kakinya. “Biar kubantu, beritahu saja dimana teman-temanmu berkumpul.” Dengan sigap Alvaro membantu Aluna berjalan juga sebelah tangannya yang menggandeng tangan Aluna. “Terimakasih Alvaro sepertinya aku banyak merepotkanmu hari ini,” Aluna mengikuti Alvaro berjalan memasuki area coffe shop lalu berhenti sebentar dan mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan teman-temannya. “Mereka ada di meja sudut dekat jendela Varo, apa tidak masalah sekali lagi kamu membantuku?” “With my pleasure.” Alvaro kembali berjalan pelan menuntun Aluna, hingga mulai terdengar suara-suara berisik dari meja teman-teman Aluna. Sesampainya di meja yang diisi oleh teman-teman Aluna, Alvaro berpamitan pada Aluna dan lainnya sembari tersenyum dan berbalik meninggalkan meja kemudian masuk ke sebuah ruangan di sudut lain coffe shop yang Aluna yakini adalah kantor Alavro. Keadaan di meja mereka tiba-tiba hening selepas kepergian Alvaro, kemudian salah satu teman Aluna mulai memandang kearah Aluna dan siap mengintrogasi Aluna. “Okay can you explain it Al? Jadi dia itu siapa dan apa yang terjadi diantara kalian kok kayanya deket banget kalian.” Bianca tersenyum jahil dan membuat tatapan menggoda yang ditujuan pada Aluna. “Gak ada apa-apa Bi, tadi waktu aku jalan kesini gak fokus karna buru-buru alhasil pas mau nyebrang gak hati-hati jadi ketabrak deh sama dia yang katanya lagi gak fokus juga,” sahutnya sembari mengedikkan bahunya acuh. “Untung gak ada luka yang serius, Cuma terkilir nih kakiku dan kebetulan dia mau kesini juga jadi ya bareng deh. Itu aja kok bener deh.” “Ah masa sih? Kok kayanya akrab banget dan dia pegawai sini ya? Kok tadi masuk ke dalam sana?” tanya Mia dengan menunjuk sebuah ruangan dengan dagunya. “Namanya Alvaro girlsss, dan dia itu owner coffe shop ini.” Sahut Aluna dengan malas, teman-temannya terlalu kepo. Sungguh menyebalkan! Dewi batin Aluna berteriak. “Hah kok masih muda banget kayanya?” Nabilla teman Aluna yang terbilang paling normal diantara mereka berempat tiba-tiba membuka mulutnya dan ikut menginterogasi Aluna. “Aku aja tadi lumayan kaget pas dia bilang owner sini, ga nyangka juga masih muda,” sahutnya sambil melihat-lihat buku menu. “Kalian kok gak pesenin aku sekalian sih, jahat.” Ambek Aluna dengan mengerucutkan bibirnya membuat yang lain menampakkan ekspresi jijiknya pada Aluna. “Tolong buang tampang menjijikanmu itu Al atau kusiram mukamu dengan ice latte ku ini.” Ancam Bianca yang membuat Aluna dan lainnya tertawa. “Santai Bi jangan marah-marah terus nanti cepat tua loh,” Aluna menimpali ancaman Bianca dengan terkekeh kecil. “Aku akan memesan, apa ada yang mau menitip pesanan tambahan?” “Aku akan menemanimu Al sekalian melihat cake, sepertinya aku lapar.” Mia bangkit dari duduknya, menggandeng tangan Aluna menuju deretan cake yang tersaji di dalam cake showcase  di samping meja kasir. “Aku juga lapar Mi,” ucapnya sembari memilih cake. “Tolong choco cheese cake nya 1 kak dan juga 1 ice green tea latte,” menyampaikan pesanannya pada kasir. “Kamu mau pesan apa Mi?” “Emm aku mau red velvet saja Al.” sahutnya sembari menatap kearah Aluna. “Tambah 1 red velvet kak. Jadi totalnya berapa?” Tanya Aluna kepada kasir yang sedang menginput pesanannya. “1 green tea latte, 1 chococheese cake dan 1 red velvet cake total semuanya Rp. 94.250 kak. Ada tambahan lain?” sahut kasir tersebut sembari tersenyum. “Tidak ada itu saja, saya bayar cash saja kak” ucap Aluna, tangannya bergerak untuk mengambil uang dari dalam dompetnya dan menyerahkan uang tersebut kepada kasir tetapi tangannya ditahan oleh seseorang yang berdiri di sampingnya. Aluna menoleh dan mendapati Alvaro berdiri disampingnya dan tersenyum. “Biar aku yang traktir Al, sedikit dari permintaan maafku oke?” Alvaro mengembalikan uang Aluna. “Aku yang akan bayar Nin. Berapa tadi totalnya?” Tanya Alvaro pada si kasir. “Ah baik Pak, totalnya Rp. 94.250” sahut kasir kepada Alvaro. “Ini uangnya dan tolong antarkan pesanannya ke meja nomor 2, terimakasih Anin.” Alvaro menyerahkan uangnya lalu mengalihkan pandangannya lagi kepada Aluna. “Baik Pak.” Sahut kasir tersebut dengan tersenyum. Kemudian Aluna kembali ke mejanya dengan Alvaro di kananya dan Mia di sisi kirinya. “Terimakasih Varo lagi-lagi aku merepotkanmu,” ucap Aluna sembari tersenyum canggung. “Ah ya kenalkan ini Mia.” Aluna mengenalkan Mia pada Alvaro. “Hai Mia, aku Alvaro teman baru Aluna. Biasanya aku dipanggil Alva tapi sepertinya Aluna lebih nyaman dengan memanggilku Varo.” Ucapnya sembari terkekeh kecil, dan mengulurkan tangan unutk menjabat Mia. Mia tersenyum dan menyambut uluran tangan Alvaro. “Aku Mia, teman seperjuangan Aluna.” Mereka bertiga sampai di meja, kemudian Aluna dan Mia kembali duduk di tempatnya semula, lalu Alvaro tiba-tiba menarik salah satu kursi dari meja yang kosong dan menempatkan kursi tersebut diantara Aluna dan Mia, membuat  para gadis di meja itu menatap bingung ke arah Alvaro, terutama Aluna yang menaikkan kedua alisnya sembari menatap ke arah Alvaro. “Apa kalian keberatan jika aku bergabung bersama kalian? Kebetulan pekerjaanku sudah selesai.” Tanya Alvaro sembari menatap satu persatu wanita yang ada di meja itu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Jodoh Terbaik

read
183.1K
bc

PERFECT PARTNER [ INDONESIA]

read
1.3M
bc

SEXRETARY

read
2.3M
bc

HYPER!

read
624.7K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
69.7K
bc

Aira

read
93.1K
bc

Nafsu Sang CEO [BAHASA INDONESIA/ON GOING]

read
892.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook