CEO ITU AYAH ANAKKU

“Kamu harus nikah dengan Pak Rhenald Maaf! Nak! Bapak nggak ada pilihan.” Seketika dunia Lina terasa hancur. Lututnya seakan-akan lemas, mendengar apa yang dikatakan sang Bapak. Bagaimana tidak, Lina harus menikah dengan orang terkaya di daerah nya untuk melunasi hutang- hutang bapaknya pada seorang rentenir. “Bapak! Bagaimana Bapak bisa berpikir seperti itu. Aku ini anak anak Bapak, ‘kan? Bukan barang yang bisa Bapak tukar seenaknya.” dengan suara tinggi Lina berusaha menolak keinginan Bapaknya “Maaf, Nak! Bapak melakukan ini demi keluarga kita! Bapak nggak mau rumah ini disita, kita jadi nggak punya tempat tinggal, maafin Bapak, Nak! Bapak nggak punya pilihan! Kamu harus kasihan sama Bapak, Ibu, dan adik kamu!” “Tapi, Bapak, kenapa aku yang harus dikorbankan.” “Sebentar lagi Pak Reynald dan penghulu akan datang, Kalian akan menikah malam ini juga. “ ujar Pak Akhbar tanpa memperdulikan omongan anaknya *** “Saya setuju! Anggap saja ini sebagai pelunasan hutang.” suara bapak Lina terdengar memohon, dengan nada penuh ketakutan Malam itu hujan sangat deras. Menambah ketegangan di dalam ruangan rumah pak Akbar. Wajah Lina terlihat pucat. Gadis berusia 19 tahun itu menunduk, mendengar suara ayahnya berbicara dengan lelaki yang akan menjadi suaminya. Seorang CEO sukses berumur 35 tahun yang bernama Rhenald Setiyawan. Di ruang tamu Pak Akhbar duduk gelisah bersama istrinya. Karena dia tahu Pak Reynaldl akan datang malam ini. Membawa satu keputusan besar. Tepat jarum jam.menunjukan pukul tujuh malam, terdengar deru mobil memasuki halaman rumah. “Ayah! Itu Pak Reynaldi datang!” ujar istrinya sambil meremas tangan nya gugup Tidak lama kemudian Pak Reynaldi masuk kedalam rumah dengan tatapan tajam dan ekspresi dingin. Dibelakangnya diikuti Pak RT, penghulu dan beberapa orang saksi. Pak RT tersenyum tipis, lalu berkata, “ Assalamualaikum, Pak Akbar! Saya harap kedatangan kami tidak mengganggu.” “Wa,alaikum salam, pak!” jawab Pak Akhbar gugup Reynaldi menatap gadis di depannya dengan ekspresi dingin, Dan dengan tatapan tajam, nyaris tanpa emosi. Seolah-olah pernikahan ini hanyalah permainan untuknya. “Saya ingin menyelesaikan semuanya malam ini. Saya membawa penghulu, saya juga membawa Pak RT, juga beberapa orang saksi. Saya ingin memastikan kalau pernikahan ini syah secara hukum dan agama.” ujar Pak Reynaldi dengan tegas Lina tahu dia bukanlah wanita yang diinginkan oleh pria ini. Dia hanya menginginkan kan anak dari rahim nya. Rahim pengganti yang dipilih oleh istri pria itu sendiri. Fanny, yang sudah bertahun-tahun menikah dengannya tapi tidak mempunyai anak. Tapi akhirnya Lina menyetujui semuanya, dan dia pun berkata, “ Baik. Kalau itu memang keputusan Bapak, saya akan menurut, tapi ingat saya melakukan ini semua demi keluarga kita.” Reynaldi tersenyum tipis, kemudian memberi isyarat kepada penghulu untuk memulai prosesi pernikahannya. “Baiklah. Mari kita mulai prosesi akad nikah ini. Sebelum itu saya ingin bertanya, apakah kedua belah pihak sudah sepakat dengan pernikahan ini? “ ujar penghulu penuh wibawa Pak Akbar langsung mengangguk dengan yakin, namun semua mata langsung tertuju pada Lina yang diam dan menundukan wajahnya. Penghulu melihat ke arah Lina lalu berkata, “ Ananda Lina, apakah anda ikhlas menerima pernikahan ini?” Setelah diam beberapa saat, menarik nafas panjang, kemudian berkata dengan pelan tapi tegas, “ Saya…saya setuju!” “Pak Akhbar sebagai wali, anda akan menikahi putri anda, silahkan ikuti perkataan saya, “ ujar penghulu tegas Pak Akhbar mengangguk tanda mengerti. “Saya nikahkan putri saya Lina binti Akhbar dengan anda Reynaldi Setyawan binti Setyawan. Dengan mahar sebesar yang sudah disepakati dan emas sebesar 10 gram dan sejumlah uang, Tunai!” Dengan tangan gemetar Pak Akhbar mengulangi kata itu. Tapi dia berhasil membaca ijab itu dengan jelas. Renaldi dengan penuh percaya diri menjawab kabul nya. “Saya terima nikah dan kawinnya Lina binti Akhbar dengan mas kawin yang tersebut diatas dibayar tunai!” Dengan cepat Penghulu pun berkata, “ Bagaimana Pak RT, para saksi, sah? “ Dan secara bersamaan Pak Rt dan para saksi pun berkata, “ Sah!” “Dengan ini pernikahan ini secara hukum dan agama dianggap, “ Sah!” ujar penghulu tegas Reynaldi kemudian mendekati Lina, tatapannya tajam dan ekspresi nya dingin lalu berkata, “ Sekarang kamu adalah istriku, Lina! Saya sudah menepati janji saya pada orang tua kamu, sekarang kamu ikut saya pulang. Tanpa ada aba-aba Reynaldi mengambil tangan Lina dan menyematkan cincin kawin di jari manis Lina. Malam itu juga semua berpamitan termasuk Lina. Berkali- kali.Lina memeluk kedua orang tuanya sambil menangis. **** Beberapa waktu kemudian sepasang pengantin baru itu sampai di rumah mewah milik Reynaldi. Dan kedatangan mereka sudah disambut sinis oleh Fanny istri pertama Reynaldi. Istri pertama Reynaldi sudah menunggu. Fanny. Sudah menunggu. Dia duduk di sofa besar. Wajahnya sangat cantik. Tapi pandangan matanya sangat tajam seperti pisau. Menatap lurus ke arah Lina dengan sinis. Reynaldi dengan ekspresi datarnya berkata, “ Fanny ini Lina, seperti yang aku ceritakan, mulai sekarang dia akan tinggal dengan kita. Fanny tersenyum tipis, dengan tatapan sinisnya dia menghampiri Lina, memandangnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kemudian berkata, “ Oh ini yang namanya Lina! Ini orang yang akan melahirkan anak kita.” ujar Fanny, berjalan mengelilingi Lina, seperti seseorang yang sedang menilai barang Lina diam menahan malu dan marah. Dia tidak tahu akan mendapat perlakuan seperti ini. Fanny melipat tangannya didada, kemudian berkata, “ Aku sudah bertahu- tahun mendampingi suamiku. Dan aku selalu setia. Dan yang perlu kamu tahu, Kamu hanya akan menjadi rahim pengganti. Jadi jangan berharap lebih.” Mendengar semua itu membuat Lina tidak bisa lagi menahan emosinya lalu berkata, “ Maaf kan saya, Bu! Saya juga tidak ingin menginkan ini! Tapi saya juga tidak punya pilihan lain!” “Tidak usah merasa bersalah!” lanjut Fanny dengan tenang, tapi ada sesuatu yang ingin disampaikan lagi, “ Lakukan saja tugas kamu, dan semuanya akan berjalan lancar.” Melihat ketegangan di antara kedua istrinya, membuat Reynaldi langsung mengambil sikap tegas. “Lina ikut aku, aku tunjukan dimana kamar kamu!’ Tanpa aba-aba Reynaldi langsung melangkah kemudian diikuti oleh Lina yang mengekor di belakangnya. Sementara Fanny mendengus kesal. Karena tahu semuanya baru akan dimulai, meskipun semua skenario nya dia yang mengatur. Lina terpaksa mengikuti pria itu. Jantung nya berdetak dengan kencang, saat mereka tiba di kamar berukuran besar dengan desain minimalis. Lampu yang redup, suasana yang sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki mereka. Reynaldi membuka kemeja dan jas nya. Dan menaruhnya di kursi. Kemudian menatap ke arah Lina yang masih berdiri diam di depan pintu. “Apa kau mau berdiri saja di pintu? Apa aku menikahi patung? tanya nya datar Lina tersadar, dia tahu betul apa yang akan terjadi malam ini, Ini sudah menjadi kesepakatan bersama, tapi tetap saja semuanya terasa berat buat dirinya. Reynaldi berjalan pelan mendekat ke arahnya. Jarak antara mereka semakin dekat. Reynaldi seorang pria yang tegap, dengan karisma yang penuh, semakin membuat nafas Lina tercekat. “Tidak ada yang perlu ditakutkan. “ suaranya terdengar lebih lembut tapi tetap dingin “Ini hanya kewajiban.” Tanpa berkata apa-apa lagi, tangannya meraih dagu Lina, kemudian mengangkat nya. Agar mata Lina menatap matanya. Dan mata mereka saling bertatapan. Terlihat jelas mata Reynaldi yang dingin dan kejam. Sedangkan mata Lina penuh rasa takut. “Masuk! Tutup pintunya! Lalu lepaskan bajumu!” katanya tanpa perasaan sambil berjalan ke arah ranjang besar di tengah ruangan. Tangan Lina gemetar, susah payah dia menutup pintu. Kemudian berjalan ke tengah ruangan. Jemari tangan Lina semakin gemetar saat berusaha membuka kancing bajunya sendiri. Tapi sebelum jari nya berhasil membuka bajunya sendiri, Reynaldi mendekat, lalu tangannya menarik baju Lina dan berbisik di telinga Lina, “ Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk berbasa-basi. Dengan kasar Reynaldi membuka kancing baju Lina, melihat tubuh Lina polos tanpa benang sehelai pun, Reynaldi mendadak menjadi bringas. “Hem…ternyata tubuhmu, cukup indah!” katanya sambil mencium seluruh tubuh Lina Akhirnya, malam itu, tubuh mereka berdua bersatu. Dengan kasar Reynaldi menuntaskan semuanya malam itu, tanpa perasaan, dan tanpa cinta. Hanya keterpaksaan dan kewajiban yang harus dilakukan. ,