Part 3

738 Kata
Kemudian kulanjutkan membaca chat berikutnya, ternyata dari Sita, teman lama ku saat dulu di sekolah menengah pertama dan kini telah tinggal di Jakarta, [Lagi ngrayain apa nih Wid? Sampai nginep dihotel segala?] [Eh siapa yang nginep dihotel sih? Nggak ngrayain apa apa kok Sit.] [Lha trus kalau nggak dari hotel, kamu dapat sabun imut tadi darimana?] [Kan sudah kubilang di status, pemberian suamiku itu] [Pemberian dari suamimu? Oh suamimu habis ada gathering gitu kah ditempat kerjanya? Terus nginep di hotel?] [Gathering itu apa? Aku nggak ngerti e] [Gathering itu ya semacam acara kumpul kumpul gitu lah Wid, biasanya diadakan komunitas atau suatu perusahaan.] [Kayaknya nggak deh Sit, nggak pamit ke aku kok, dan Mas Heru nggak pernah kok nginep nginep gitu katanya] [Lha terus kenapa dia ngasih sabun itu dan katanya dia dapat dari mana?] [Tadi aku kan nemuin itu sabun di tas kerjanya suamiku, dan katanya itu sabun serbaguna yang khusua dibelikan untukku, banyak kok diwarung kelontong gitu.] [Ya ampun Wid, kamu itu polos banget sih jadi orang. Itu sabun hanya diperoleh ketika kita bermalam dihotel saja, nggak ada tuh dijual di toko toko. Kan sudah ada tulisannya besar HOTEL, masak sih kamu masih nggak paham juga. Saranku sih waspada aja pada suamimu.] [Kupikir tulisan HOTEL itu tadi adalah merek nya Sit, kayak D****L gitu.] [Hemmm dasar, coba kamu ketik pencarian di handphone mu tentang sabun itu, banyak info nanti yang kamu dapat dari sana. Ya sudah nanti selidiki dulu darimana suamimu dapat sabun itu, jangan emosi dulu, siapa tahu dia dikasih temannya juga kan. Ya sudah aku mau pergi belanja nih.] [Oke, terima kasih infonya ya Sit,] Teryata pemikiran dua temanku tadi, apa memang aku yang terlalu bodoh ya. Lalu akupun mencoba mencari keterangan tentang sabun itu. Dan ternyata yang teman temanku katakan tadi. Kenapa Mas Huda harus berbohong seperti ini denganku? Kalau benar dia dari hotel, dengan siapa dia bermalam? Kenapa sampai ada dua sabun, apakah lebih dari satu kali dia bermalam dihotel? Apakah itu dilakukan saat dia kerja shift malam atau kapan? Karena memang dia sangat sering pulang telat dan saat libur kerja pun dia sering keluar sendiri tanpa aku. Aku nggak boleh emosi, harus tetap main pintar, pura pura nggak ngerti aja lah, sambil cari kebenarannya yang sesungguhnya. ***** ***** Tumben tumbenan Mas Huda pukul lima sore sudah sampai dirumah, padahal biasanya minimal pukul enam dia baru sampai rumah. Saar kutanya jawabnya pasti lagi kumpul dengan teman temannya dan bukan urusanku, dan aku pun tak pernah mempermasalahkan hal itu sebelumnya. "Masak apa nih Dek, kok baunya harum bener, membuat aku lapar saja," katanya ketika sampai di depan pintu. Kebetulan tadi, aku memang memasak rawom daging kesukaannya, dan baru saja matang, jafi uap lezatnya masih tercium. "Ini Mas, rawon daging kesukaanmu. Mau makan sekarang apa nanti?," "Sekarang juga nggak apa apa Dek, lapar banget ini. Oh iya ini tadi Mas beli martabak manis keju nih, kamu suka nggak?" "Wah suka banget aku Mas, kok Mas tau banget sih makanan kesukaanku. Tumben banget sih Mas, lagi gajian ya?" "Yang aku suka pasti kamu suka kan Dek, sudah habisin semuanya, besok Mas belikan lagi. Iya kan Mas baru gajian. Udah sana cepat ambilkan makan, pasti masakanmu enak sekali Dek," katanya dan kujawab dengan senyuman dan segera menuju dapur untuk menyiapkan makanan. Tumben tumbenan dia membelikanku makanan, padahal selama delapan bulan tak pernah sekalipun aku merasakan gajinya, lebaran kemarin pun kami membeli pakaian sendiri sendiri. "Yuk Mas, ini sudah siap makananya, spesial aku siapin makanan buat kamu nih Mas, kamu makan nasi aku tak makan martabak manis aja Mas, mumpung masih anget." Kataku sambil memasukkan sepotong martabak itu ke mulutku. "Wih makan besar nih Dek, masak banyak ya kamu, ada rawon dan empal daging, cocok banget. Lagi banyak uang nih kamu Dek?," "Nggak kok Mas, lagi pingin masak daging sapi aja. Panen juga masih bulan depan kok. Martabak nya juga enak banget loh Mas, sering sering aja ya Mas kayak gini " kataku sambil masih melahap makanan manis tersebut, dan Mas Huda pun makan dengan lahap masakanku. "Besok kan Mas libur, kita jalan jalan yuk dek, terus belanja, nanti aku yang traktir deh. Selama menikah kita kan belum pernah jalan jalan bareng, maukan?" "Wah mau banget dong Mas,,, ih senangnya punya suami baik sepertimu Mas," kataku dengan senyum sumringah. Kenapa ya suamiku tiba tiba jadi berubah seribu derajat, apa karena memang dia baru sadar kalau aku ini istri yang baik, atau ada udang dibalik rempeyek, eh batu?...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN