2. KIC

1779 Kata
“ Ngga... bby. Tolong bby jangan lakukan itu bby. Jangan tinggalkan mai bby.” Ucap Salfa yang terus mengiggau dalam tidurnya. Raziq yang berada di sampingnya pun sampai terbangun. Dengan cepat membangunkan Salfa. “ Mai.... bangun mai... mai.” Panggil Salfa yang masih terlihat gelisah dalam tidurnya. “ Bby.” Panggil Salfa saat dirinya sudah bangun. “ Kamu kenapa mai, apa kamu mimpi buruk.” Tanya Raziq yang langsung mengambil air putih di meja dekat ranjang. Salfa pun meminum air putih itu dan terus beristigfar karena masih tak percaya dengan mimpinya. Dan tanpa Raziq duga, isterinya itu langsung memeluk dirinya. “ bby.” Panggilnya. “ Iya mai.” “ Kamu janji sama aku kalau kamu ngga akan pernah ninggalin mai, kamu akan senantiasa bersama dengan mai kan bby.” Pinta Salfa. “ Harus aku jawab berapa kali pun jawabanku tetap sama atas pertanyaanmu itu mai. Kita akan selalu bersama, dan tak akan pernah terpisahkan. Walaupun bby tahu kalau nanti kita pulang pasti akan banyak masalah yang timbul. Tapi bby akan senantiasa bersama dan menjaga mai sampai kapan pun.” Jawab Raziq. “ Mai takut mimpi mai jadi kenyataan.” Ujarnya. “ Memangnya mai mimpi apa sampai ketakutan seperti ini.” Tanya Raziq. “ Mai mimpi kalau bby akan meninggalkan mai. Bby lebih memilih keluarga bby di bandingkan Mai.” Ucap Salfa yang langsung mempererat pelukannya pada Raziq “ Kalau sampai bby meninggalkan isteri tercintabby ini sama saja bby membunuh dan menyakiti diri bby sendiri mai. Sepenuhnya hati bby hanya untuk Mai. Tak akan ada siapapun yang bisa menggantikannya. Bby sayang keluarga bby dan bby pun sayang Mai. Kalian sama-sama penting. Bby pun tak ingin memilih diantara keduanya karena bby ingin keluarga bby menjadi satu dan menggapai kebahagiaan bersama.” Balas Raziq. “ Mai pun ingin seperti itu bby, Mai pun ngga bisa memilih antara bby dan keluarga Mai. Tapi jika suatu saat memang jalan Allah mengharuskan Mai untuk memilih maka Mai akan memilih bby. Karena surga Mai saat ini sudah terletak pada bby.” “ Thank you Mai, I will always love you.” “ I love you too bby.” Pelukan erat pun kembali mereka lakukan. *** Seminggu sudah Raziq dan Salfa mengurus segala sesuatunya untuk kepulangan mereka ke Indonesia. Selama perjalanan sampai ke Indonesia tak pernah sekalipun Salfa melepaskan genggaman tangannya dari Raziq. Seolah dirinya tak ingin berpisah dengan Raziq. Karena dia tahu, sesampainya mereka bedua ke Indonesia, waktu untuk bersama pun akan berkurang. Mereka tak akan mudah lagi untuk bertemu dan hanya bisa di waktu-waktu tertentu. Sesampainya di Bandara mereka pun mulai memisahkan diri. Raziq menunggu isterinya di jemput. Mereka berdua pun seperti orang yang tak mengenal. Tapi Raziq duduk di kursi belakang Salfa. “ Bby.” Panggil Salfa. “ Iya Mai.” “ Apa bby beneran ngga langsung pulang ke rumah.” Tanya Salfa. “ Iya Mai, untuk beberapa hari kedepan bby akan tinggal di aparteman. Mai jangan lupa ya besok datang kesana.” Jawab Raziq. “ Sekarang pun Mai bersedia ikut bby ke sana.” Balasnya. “ Beneran, kalau gitu kita langsung kesana sekarang.” Ledek Raziq. “ Bercanda bby. Ya ngga mungkinlah bisa-bisa nanti papa sama mama curiga.” Jawab Salfa. Saat sedang asyik mengobrol tiba-tiba muncullah sosok laki-laki yang berdiri di depan Salfa dengan berkacak pinggang, dan laki-laki itu adalah Hanan. “ Hai dek, apa kabar kakak kangen banget sama adek kakak yang ganteng ini.” Ucap Salfa yang langsung memeluk adik laki-lakinya. “ Ngga usah lebay deh, biasa aja.” Ucap Hanan yang langsung melepaskan pelukan kakaknya itu. Karena terkadang Hanan masih kesal dan tak percaya dengan keputusan besar kakaknya. “ Papa mana dek.” Tanya Salfa. “ Papa ngga bisa jemput, tiba-tiba tadi kantor nelfon. Jadi papa nyuruh adek buat jemput kakak.” Jawab Hanan. Dan mendengar itu laki-laki yang tadi duduk memunggungi mereka pun langsung berbalik badan. Ya siapa lagi kalau bukan Raziq. Begitu pula dengan Salfa, dia bahagia karena papanya tak ada. Jadi dia bisa melepaskan perpisahan dengan suaminya. “ Bby.” Ucap Salfa yang langsung memeluk suaminya. “ Astagfirullah.” Ucap Hanan sambil menghela nafas dan geleng-geleng kepala melihat pasangan yang sedang melepaskan rindu. Dengan cepat Hanan melepaskan pelukan kakaknya itu. “ Ehhhhh udah udah, mentang-mentang ngga ada papa seenaknya aja main peluk-peluk. Ingat ini bukan di Amerika ini di Indonesia. Setiap gerak-gerik kalian pasti akan ada yang mengawasinya.” Ucap Hanan dengan tatapan tajamnya memandangi sang kakak. “ Yaelah dek. Ini juga Cuma sebentar kok.” Balas Salfa. “ Benar yang Hanan bilag mai. Kita memang harus tetap hati-hati.” Ujar Raziq juga.. “ Iya deh iya....” Kemudian Hanan langsung menarik tangan kakaknya untuk pulang. Tanpa meminta izin pada Raziq. “ Ihhh Hanan tunggu sebentar dong. Kakak kan belum pamitan sama suami kakak.” “ Ya ampun terus selama di perjalanan ngapain aja sih sampai alasan belum pamitan segala. Bilang aja takut berpisah.” Ledek Hanan. “ Ya jelaslah takut berpisah, bahkan kakak ngga bisa sedetik aja tanpa dia.” Balas Salfa yang berlebihan. “ Lebay banget deh.” Balas Raziq. Raziq hanya bisa tersenyum mendengar pertengkaran isteri dan adiknya. Tadinya Salfa akan meraih tangan Raziq tapi langsung di tepis oleh Hanan. “ Ngga usah pegang pegangan tangan.” Ucapnya dengan tegas. Salfa pun langsung cemberut mendengar larangan adiknya. Sedangkan Raziq lagi-lagi hanya tersenyum, dia faham apa yang di khawatirkan oleh Hanan. “ Bby, Mai pulang dulu ya. Bby jangan lupa nanti kalau udah sampai apartemen langsung hubungi mai.” Ucapnya. “ Iya mai, bby janji akan langsung hubungi Mai. Mai juga jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal aneh. Kita harus yakin kalau semuanya akan baik-baik aja. Dan bby yakin kalau niat kita baik, Insyaallah akan di bantu oleh Allah.” Balas Raziq. “ Amin.” “ Udah apa belum ngliatinnya. Kaya ngga pernah liat laki-laki aja deh. Ayo kak papa sama mama udah nungguin kita. Hanan geli ngliat adegan kalian yang berlebihan.” Balasnya yang langsung kembali menarik tangan Salfa. “ Assalamualaikum.” “ Waalaikumsalam.” Setelah mengantar kepergian Salfa dan Hanan, Raziq pun langsung menaiki taksi untuk menuju apartemannya. Dia memang sengaja tak pulang dulu, karena dia tahu kalau nanti dirinya pulang waktu untuk bersama dengan Salfa akan berkurang. Jadi dia ingin memuaskan dulu kebersamaannya dengan Salfa untuk sementara ini. Karena nanti kalau dia sudah sampai rumah waktunya akan terbagi menjadi tiga, keluarga kerjaan dan Salfa. Sebelum dirinya pulang pun papa dan neneknya sudah mengabari dirinya, setelah Raziq pulang, maka Raziq akan langsung meminpin perusahaan milik keluarganya yang tak lain yaitu Gemilang Global. *** Dengan penuh rasa rindu Salfa pun langsung memasukin rumah. Dan dengan keceriaan yang dia miliki pun membuat semua merasa kehilangan saat Salfa memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Rumah yang tadinya ramai pun langsung sepi setelah kepergian Salfa. “ Assalamualaikum, mama.... mama... papa... papa.” Teriak Salfa. “  Waalaikumsalam.” Balas mamanya yang langsung berjalan menuju putri sulungnya. “ Mama.....” Ucap Salfa yang langsung memeluk erat mamanya. “ Ya Allah mama, Salfa kangen banget sama mama.” “ Apalagi mama nak, Salfa harus janji sama mama, kalau Salfa ngga akan pergi lama-lama begni lagi. Udah cukup Salfa pergi ke negeri orang sampai bertahun-tahun. Mama ngga akan saggup kalau harus melepaskan putri mama ini.” Ucap mamanya dengan mata yang berkaca-kaca. Tiba-tiba Hanan menepuk pundak kakaknya. “ Aww sakit nan.” “ Seenaknya aja ya kakak langsung masuk rumah. Terus siapa yang bawa barang kakak yang banyaknya minta ampun.” Rengek adiknya. “ Ya ampun kamu emang nyebelin banget ngga tahu apa kalau kakak lagi melepaskan rindu pada mama. Ya kamu suruh pak Syarif buat bantu angkat. Kakak kan perempuan jadi ngga baik dong bawa barang-banrang berat begitu. Iya kan ma.” Balas Raziq. “ Iya nan, kamu minta tolong pak Syarif buat bantuin kamu angkat barang-barang itu. Kasiha kakak kamu kan dia baru sampai. Oh iya sayang mama udah masakin makanan kesukaan kamu.” Balas mamanya. Dengan bangganya Salfa langsung menjulurkan lidahnya karena mendapatkan pembelaan dari mamanya. “ Ayo ma, Salfa juga udah kangen banget sama masakan mama.” Ujar Salfa yang langsung mengajak mamanya menuju ruang makan. “ Ma.” “ Apa papa masih lama di kantornya.” Tanya Salfa. “ Katanya sih lagi dalam perjalanan pulang. Dia juga udah ngga sabar pingin ketemu sama anak kesayangannya ini.” Ucap mamanya yang langsung mengambilkan makanan untuk putrinya. “ Wah dari tadi telinga papa panas ternyata ada yang lagi membicarakan papa rupanya.” Ucap papa Salfa yang baru masuk ke rumah. “ Papa.” Ucap Salfa yang langsung berlari memeluk papanya. “ Salfa kangen banget sama papa, kenapa tadi papa ngga jadi jemput  Salfa.” Tanya Salfa. “ Maaf sayang, tiba-tiba papa ada kerjaan mendadak. Tapi tadi papa langsung pulang kok setelah kerjaan papa selesai.” Balas papanya. “ Yakin tuh sedih papa ngga bisa jemput.” Ledek Hanan dengan memandangi Salfa. Kemudian Salfa pun bergantian memandang Hanan dengan tatapan tajam. Dia seolah menyuruh Hanan menghentikan ucapannya. Dia ngga mau orang tuanya curiga. “ Ya benerlah sedih.” Balas Salfa. “ Belum genap sehari kamu pulang aja rumah ini langsung ramai, apalagi kalau tiap hari. Bisa-bisa mama kamu langsung sakit kepala.” Ledek papanya. Canda tawa pun langsung terdengar di kediaman keluarga Muhammad Nizar Raditya. Kembalinya Salfa ke rumah membuat kebahagiaan keluarga ini pun kembli. “ fa.” Panggil papanya. “ Apa rencana Salfa setelah ini.” Tanya papanya. “ Ya ampun pa, anak baru pulang aja udah ditanya apa rencana dia, biarkan Salfa tarik nafas dulu pa. Dia juga baru lulus.” Ucap mamanya yang langsung menegur suaminya. “ Iya pa, bener tuh yang di bilang mama. Tapi pa untuk saat ini Salfa belum ingin bergabung dengan perusahaan.” Ucap Salfa. “ Maksudnya.” “ Seperti yang pernah Salfa bilang, untuk sementara ini Salfa ingin mencari pengalaman di luar dulu pa. Dan setelah Salfa merassa kalau Salfa mampu dan bisa profesional baru Salfa akan bantu papa di perusahaan.” Ujarnya. Papanya pun terlihat kecewa akan jawaban putrinya. “ Sebenarnya papa berat menerima keputusan Salfa ini. Tapi mau bagaimanapun keputusan Salfa papa akan menghargainya. Karena papa yakin kalau mau dimanapun putri papa berada dia ngga akan pernah mengecewakan dan mengkhianati kepercayaan yang papa berikan.” Ucap papanya. Jantung Salfa pun seakan berhenti mendengar kata mengecewakan dan mengkhianati. Tatapan Hanan pun langsung tertuju pada kakaknya. Salfa yang faham dengan tatapan Hanan pun hanya bisa diam. “ Salfa... hei kok malah ngalamun sih.” “ Siapa juga yang ngalamun pa.” Jawabnya sambil mengulas senyuman pada semua keluarganya. “ Maafkan Salfa pa, karena Salfa sudah melakukan itu, Salfa sudah mengecewakan dan mengkhianati kepercayaan yang papa berikan pada Salfa. Tapi Salfa melakukan ini bukan semata-mata untuk kebahagiaan Salfa sendiri pa. Salfa pun ingin papa merasakan kebahagiaan yang Salfa rasakan.” Batin Salfa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN