Semenjak Zaf menabrak mobil gadis bernama Rane itu, Zaf selalu memikirkannya, sudah berulang kali ia mencoba melupakan nyatanya gadis sombong itu berhasil mengusik pikirannya.
Saat ini Zaf berada dikamarnya ia duduk di meja belajar memegang bingkai foto bunda dan mamanya, ya Zaf memang memiliki dua orang ibu. Yang Zaf tahu bunda Rania yang terlebih dahulu meninggalkannya dibanding sang mama adalah istri pertama sang ayah.
"Bunda, mama aku rindu kalian, bund semenjak aku bertemu gadis yang mirip sekali wajahnya dengan bunda aku jadi sering memikirkannya, apakah aku dosa bun? Aku rindu sekali bunda dengan menatap wajahnya aku merasa melihat wajah bunda, tapi sayang gadis itu sombong dan tak menutup aurat dia gadis yang Zaf benci sifatnya"
Zaf menaruh bingkai foto itu, ia sangat merindukan kedua ibunya, disaat rindu seperti ini Zaf pasti akan bercerita apapun dengan bingkai foto, selain bercerita dengan yang maha kuasa, Zaf selalu berbicara sendiri mengenai hal-hal yang selalu dialaminyai, saat ia menyukai gadis bernama Alma pun Zaf selalu menceritakan pada foto mama dan bundanya.
Entahlah Zaf selalu merasa lega dan tenang saat bercerita sendiri. Aneh memang tapi hal ini tak ada yang mengetahuinya, ayahnya pun tak tahu Zaf memilki sifat yang sedikit aneh.
Zaf keluar kamar, rumah ayahnya yang begitu besar dan mewah begitu sepi, mereka hanya tinggal berdua saja ditambah asisten rumah tangga yang pulang pergi.
"Yah Zaf pergi keluar dulu ya, Zaf ingin mengerjakan tugas dengan teman" pamit Zaf dengan ayahnya yang duduk di sofa dengan seorang sekeretaris
"Iya, kamu gak bawa mobil saja Zaf? Diluar mendung" ucap sang ayah, Zaf menggeleng
"Enggak yah, dimotor ada jas hujan kok" ucapnya sambil mencium punggung tangannya
"Baiklah hati-hati" Zaf menggangguk
"Mari om, Assalamualaikum" ucapnya yang dibalas Adipati dan Rey Sekretaris Adipati.
"Zaf selalu begitu, ia selalu merendah dengan kesederhanaannya" ujar Adipati yang diangguki Rey
"Ya, Zaf pasti bisa menjadi pengganti bapak yang bijak" Adipati mengangguk anak satu-satunya adalah kebanggaanya, keturunan dari wanita yang begitu tulus dan baik hati membuat anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sederhana.
****
Zaf mengendarai motornya perlahan karena hujan sudah mulai turun rintik-rintik, ia sudah memakai jas hujan dan mengamankan benda berharga nya seperti dompet tas dan ponsel kedalam plastik.
Byurrrr air dari langit turun
langsung membasahi bumi dengan derasnya. Zaf membaca doa turun hujan sembari menikmati hujan dibalik jas hujannya.
Beruntungnya hujan turun saat ia sudah pulang dari kerja kelompok, jadi aman mau basah kuyup pun tak masalah.
Suasana yang gelap dan sepi ditengah hujan lebat seperti ini Zaf melihat sebuah mobil yang dikenalnya terparkir di pinggir jalan tak jauh dengan komplek rumahnya, hanya sekitar 10 menit lagi Zaf sampai dirumah namun ia merasa tak tega dengan gadis yang beberapa hari lalu mobilnya ia tabrak.
Gadis itu terlihat panik sambil memegang payung didepan kap mobilnya, mungkin mobilnya mogok.
"Ehm" Zaf berdehem saat sampai didekat mobil Rane
Rane menengok menatap orang yang memakai jas hujan biru berdiri dibelakangnya dengan motor yang terpakir dibelakangnya
"Elo kan yang nabrak mobil gue kan?"
"Iya, kenapa mobil lo, mogok? Katanya mobil mewah kok mogok" ucap Zaf ingin sedikit meledek gadis sombong didepannya
Gadis itu terlihat panik dan tergagap tidak sangka akan bertemu cowok yang menabrak mobilnya lagi.
"Kayanya karena ditabrak lo mobil gue jadi rusak" kilahnya, membuat Zaf tertawa
"Sebaiknya lo tunggu didalam mobil aja, tunggu ujan reda baru buka kap mobil lo" ujar Zaf ia kembali ke motornya membuat Rane sedikit kesal karena cowok itu tidak ada niat membantunya
"Ehh eh lo mau kemana?"
"Pulang lah" Rane tergagap ia mau minta tolong tapi gengsi
"Bye hati-hati ya, sepertinya hujan semakin deras" Zaf menyalakan motornya yang langsung dihalangi Rane
"Please tolongin gue, gue takut" Zaf tertawa melihat gadis itu berbicara sangat pelan
Zaf mematikan motor dan menurunkan standar motor
Duarrr
Suara gledek mengagetkan Rane, gadis itu takut sampai payungnya terjatuh dan membuat tubuhnya langsung terguyur hujan.
Zaf yang juga kaget langsung menyuruh Rane masuk ke mobil, Zaf mengambil payung yang jatuh dan menutupnya.
Ia ikut masuk ke mobil setelah membuka jas hujannya, untungnya Rane duduk dikursi samping pengemudi.
Zaf menoleh kearah Rane ia langsung berighstigfar saat melihat Rane yang mengelap wajah dan leher dengan tisu.
Zaf menatap ke jendela, ia baru tersadar kenapa ia ikut masuk ke mobil, ini salah ia berduaan di mobil dengan yang bukan mahramnya, apalagi gadis yang mirip bundanya ini memakai baju yang tak pantas menurut Zaf.
Dalam hati Zaf selalu berighstigfar.
Zaf mencoba menetralkan tubuhnya, kenapa ia jadi panik, Zaf memutar kunci mobil mencoba menyalakan namun tak bisa
"Mobil gue kenapa ya tiba-tiba mati dan gak bisa dinyalain?" ujar Rane memecah keheningan
"Katanya mobil mewah tapi begini, jangan-jangan lo gak pernah service ya?"
"Enak aja tiap bulan mobil gue selalu ke salon kali, duh baju gue basah semua lagi" ucapnya sembari memeras bajunya
Zaf menoleh matanya tak sengaja menatap tubuh Rane, baju putihnya menjadi tembus pandang, Zaf memalingkan wajahnya lagi, ini pertama kali ia melihat gadis berpakaian minim sedekat ini.
Rane menatap Zaf aneh, ia berfikir kenapa Zaf selalu tak ingin melihatnya. Rane yang cuek pun menghendikan bahu, ia menengok kejok belakang ia baru ingat ada pakaian yang baru dibelinya.
Rane menatap Zaf yang masih menatap jendela ia menekan lutut diatas kursi tubuhnya menghadap kursi belakang, ia berusha meraih paperbag namun agak sulit
"Dapat" Rane menarik tali paperbag itu namun siapa sangka tubuhnya sedikit limbung dan saat itu Zaf menoleh
Bruk
"Aduh" Rane jatuh dipaha Zaf membuat cowok itu terkejut bukan main apalagi Rane menyentuh area yang dilarang.
"Rane" Rane bangun perlahan matanya melotot saat melihat tangannya berada dimana, wajahnya memerah, Rane benar-benar malu, ia bangun perlahan namun perutnya terasa sakit karena menyanggah tadi dan sialnya membuat gadis itu kembali menangkupkan wajahnya dipaha Zaf
"Rane bangun! Lo gila" bentak Zaf ini pertama kalinya seorang Zaf mengeluarkan suara dengan nada tinggi, ia benar-benar tak habis fikir dengan gadis sombong didepannya.
"Maaf gue gak sengaja" Rane bangun namun sebuah sorotan cahaya dari depan membuat mereka sedikit silau.
Dua orang berseragam berdiri dengan payung mengetuk pintu kaca mobil, Zaf membuka kacanya
"Anak muda kalian tertangkap basah berbuat m***m, sekarang turun dan ikut kami!" ujar orang itu mengarahkan senter ke wajah Zaf.
Zaf menggeleng ia mendorong tubuh Rane yang masih dekat dengannya
"Enggak pak, ini salah paham, kami tidak berbuat apa-apa." bela Zaf
"Sudahlah jangan berkelit, sekarang ikut kami, berbuat m***m kok dimobil"
"Pak sumpah saya tidak melakukan apa-apa dengan gadis ini" tegas Zaf ia tak mau disangka berbuat m***m
"Kami itu lihat, si mbaknya megang-megang paha dan itu mas, sudah buruan ikut! Kami akan laporkan kalian ke RT"
Zaf pasrah ia turun, Rane yang diam saja pun ikut turun, kebetulan hujan memang sudah mereda.
Mereka dibawa kerumah salah satu RT dilingkungan komplek Zaf tinggal. Zaf berfikir keras bagaimana ia menjelaskan kesalahpahaman ini, apalagi ini daerah rumahnya bisa gawat jadinya.
Sesampainya dirumah RT, kedua satpam komplek yang ternyata baru bekerja didaerahnya itu menceritakan semua yang dilihat mereka, memang kejadiannya seperti itu tapi itu salah paham mereka berdua tak berencana melakukan hal m***m.
"Kamu bukannya anak pak Adipati?" tanya pak RT setelah mendengarkan cerita kedua satpam kompek yang bertugas di malam ini. Zaf mengangguk.
"Nama kamu siapa?"
"Zafran pak" Bapak Rt mengangguk lalu menatap gadis yang berpakaian minim yang masih basah
"Nama kamu siapa?"
"Ranella"
"Baiklah nak Zaf dan nak Ran, apa benar yang dikatakan kedua satpam ini? kenapa kalian melakukan hal yang senonoh?" tanya Pak RT memulai perbincangan
Zaf menggeleng
"Tidak pak ini salah paham, saya tidak melakukan hal yang tidak-tidak" bantah Zaf
"Yang tidak-tidak bagaimana, yang ada yang iya-iya, kami melihatnya dengan jelas kok pak kepala gadis itu ada dipaha pemuda ini" ujar satpam kepala botak
"Tidak pak, maksud saya benar memang terlihat seperti itu tapi ini salah paham pak, Rane terjatuh ditubuh saya, lalu reflek menyentuh paha saya" ujar Zaf mencoba menjelaskan
"Lalu kenapa kalian ada di mobil berduaan ditempat gelap?" tanya satpam satunya
"Mobil Rane mogok, disamping mobilnya ada motor saya kok, saya hanya ingin membantu tapi hujan begitu deras"
"Baikla.. " ucapan pak Rt terpotong
"Bohong pak, Zaf memaksa saya melakukan hal buruk pak" ujar Ranella tentunya ia bohong ia ingin mengerjai Zaf, Zaf melotot kearah Rane
"Maksud lo apa sih, bohong pak ini fitnah, demi tuhan saya tidak menyuruh atau ingin melakukan hal senonoh"
"Hiks hiks tapi lo nyuruh gue nyentuh.." Rane berakting menangis, sungguh ia senang melihat wajah cowok sok alim yang panik
"Sudah-sudah jangan ribut, Zaf panggil ayah kamu!" Zaf mengacak rambutnya kesal, ia mengeluarkan ponselnya memghubungi ayahnya
"Alma" panggil pak RT, nama yang begitu tak asing ditelinga Zaf, Zaf menoleh
"Iya yah, lho Ranella" ucap seorang gadis berhijab yang keluar dari dalam rumah menatap kaget gadis bercelana pendek sepaha dengan kaos putih yang tembus pandang
"Alma" ucapnya pelan
"Kamu kenal gadis ini Al?" tanya Pak RT Alma mengangguk menjawab pertanyaan ayahnya
"Iya yah Ranella teman sekelas Alma dikampus" jawabnya membuat pak Rt mengangguk
"Yasudah ajak temanmu ini kedalam Al, suruh ganti baju yang lebih ketutup dulu kasihan kedinginan" Alma mengangguk paham ia mengajak teman sekelasnya itu, Alma dan Rane bagaikan langit dan bumi sangat beda jauh, dan mereka tak begitu dekat.
Zaf kaget bukan main ia baru tahu Alma gadis yang disukainya dalam diam adalah anak pak RT dikompleknya, Alma memang tak mengenalinya, Zaf yang selalu menatapnya dari jauh dan ternyata Alma teman sekelas Rane pantas saja ia tak pernah bertemu Alma di fakultas ternyata beda fakultas.
Setelah menghubungi ayah dari Zaf, Zaf menunggu kedatangan ayahnya.
Tak lama Rane keluar dari dalam dengan pakaian yang menutup aurat, Rane terpaksa memakai gamis Alma.
"Alma tolong buatkan minum" Gadis itu mengangguk
"Sekarang kalian mau seperti apa? Berjanji untuk tidak melakukan hal senonoh lagi?"
"Saya tak melakukan apapun pak, jadi saya tak akan berjanji untuk tidak melakukan hal senonoh karena saya tidak akan pernah melakukan hal itu." tegas Zaf ia tak mau kesalahpahamannya berujung panjang.
"Udah pak nikahin saja mereka, yang cowok tak mau jujur, yang cewek merasa disuruh mending nikahin pak dari pada mereka berbuat yang enggak-enggak lagi nanti" ujar satpam
"Iya pak betul" timpal satpam satunya, pak RT menatap kedua anak muda didepannya, apa sebaiknya dinikahkan saja?
Zaf menghela nafasnya
"Saya akan menikahinya malam ini bila Rane tak mau jujur berkata yang aslinya pak" ucapan Zaf membuat Rane tergelak
Apa Zaf mau menikahinya? Rane menggeleng ia tak mau menikah dengan cowok sok seperti Zaf, tapi ia tak mau juga jujur sama saja mempermalukan diri sendiri
"Zaf maksud lo apa sih? Lo gila, Kita gak mungkin nikah kan? Gue gak mau nikah sama lo!"
"Yasudah ngomong yang jujur!" pak RT dan satpam menatap Rane, kalau ia jujur yang ada bakalan malu banget.
"Oke Zaf gue ikuti permainan lo" batin Rane tersenyum tipis, memang ia takut dengan Zaf? Tidak Rane tidak takut, kita lihat saja akhirnya.
Zaf yakin Rane akan jujur tak mungkin kan gadis sombong itu mau nikah dengannya
"Pak saya jujur kok, Zaf menyuruh saya melakukan hal itu" Rane berbicara dengan nada sedih tangannya menyatukan jari kanan dan jari kiri saling mengetuk memberi simbol
"Zaf mau mencium saya, dan dia juga mau menyentuh saya hiks hiks" ucap Rane sambil menyentuh matanya
"Dia selalu mengejar saya pak, saya menolak tapi ia marah dan memaksa saya hiks hiks"
"Fix Rane Gila" pikir Zaf kok ada gadis seperti Rane bisa-bisanya gadis itu memfitnahnya dan tak mau berkata jujur
"Fix gue nikahin lo Rane! Pak apapun yang dikatan Rane adalah bohong, terserah bapak bapak percaya atau tidak, dan seperti perkataan saya tadi, saya akan menikahinya malam ini" ucap Zaf telak ia tak main-main dengan segala ucapan yang sudah keluar dari mulutnya.
Ia menatap sinis Rane, gadis itu benar-benar membuatnya kesal. Rane tersenyum miring menatap Zaf, ia sama sekali tak takut dinikahi laki-laki seperti Zaf, sepertinya nanti akan ada mainan baru untuk dirinya.