Hari ini sesuai dengan perjanjian kemarin malam aku ketemu sama Ken sepulang dari rumah papa. Kami berdua janjian ketemu di salah satu mall di kota kami.
"Si, sorry ya soal Tere kemarin."
"Iya Ken, gpp. Dia itu siapa sih ?"
"Temenku. Aku sama dia udah kaya sodara."
"Aku pernah liat dia beberapa waktu yang lalu pas aku lagi jalan sama Dika Ken."
"Kamu pernah jalan sama Dika ?"
"Cuma makan aja sih sepulang sekolah. Kenapa emangnya Ken ?"
"Gpp Si. Oiya bisa cerita gak kapan kamu mulai kenal Dika ?"
"Dika tu murid baru di sekolah aku, yang pas kita kenal di tempat basket itu Dika baru seminggu apa dua minggu gitu masuk."
"Kalian deket?"
"Deket apanya ? Musuhan sih iya. Dika mana asik orangnya? Juteknya minta ampun dia. Tapi aku sebangku sama dia."
"Dika jutek ? Masak sih ?"
"Iya, sedari awal masuk jadi murid baru sampai sekarang juga dia masih jutek, kadang marah-marah gak jelas gitu sama aku."
"Kok bisa ya?"
"Emang kamu kenal sama Dika ?"
"Kenal, aku kenal deket sama dia. Tapi dulu. Sekarang enggak."
"Kenapa?"
"Suatu saat kamu juga akan tau."
****
"Kamu kenapa musuhan sama Ken ?"
"Siapa bilang?"
"Ken cerita kok sama aku."
"Kapan kalian ketemu ?"
"Kemarin sama dua hari yang lalu."
"Jauhin Ken !"
"Dih, kenapa ? Dia baik tauk. Gak judes kaya kamu."
"Aku bilang jauhin. Aku gak suka kamu deket sama Ken."
"Yang musuhan kalian, kenapa aku harus ikut-ikutan ? Oiya lupa, kapan hari Ken tu ngajak aku ketemu sama siapa ya ? Lupa aku namanya, tapi dia itu yang nyamperin kamu pas kita makan itu."
Dika langsung pergi gitu aja tanpa pamit. Emang gak sopan kan dia itu ?
Apalagi ini tu masih jam sekolah. Dia main cabut aja dari sekolah mentang-mentang sodara kepala sekolah.
"Kenapa si Dika tadi Si ?" Tanya Keira.
"Gatau, aku habis cerita soal Ken, dia langsung pergi."
"Ken siapa ?" Tanya Susan.
"Temenku. Kapan-kapan aku kenalin ya sama dia."
"Oh. Oke."
****
"Muka kamu kenapa Ken?" Tanyaku pada Ken begitu melihat bagian bawah mata dan pinggir pipi dia lebam seperti habis terkena pukulan. Kebetulan hari ini Ken mengajakku ketemu sehabis pulang sekolah.
"Habis dipukulin orang kemarin."
"Hah ? Kenapa ? Kok bisa ?"
"Mungkin cemburu sama aku."
"Hahhaaa kamu sih, pacar orang di deketin."
"Nah, emang kamu sekarang pacarnya siapa?"
"Lah ? Kok aku ?"
"Nanya. Jawab dong."
"Gak adalah. Jomblo asik gini. Jalan kemana juga gak ada yang larang."
"Kalo ada yang naksir ?"
"Siapa ?"
"Kan kalo ? "
"Yaaaa liat dulu dong, kalo cocok bolehlah... "
"Hahahhaha...... "
"Hai Si !" Datanglah Keira dan Susan menyusul kami yang masih di depan gerbang sekolah.
"Hai, kenalin ini Ken, yang aku ceritain kemarin."
"Oh, hai, Keira."
"Ken."
"Susan."
"Ken. Cerita apaan emang Sisi ? Jadi GR nih."
"Hahahah enggak sih, kan kemarin habis ngobrol sama Dika trus dia marah, trus kita tanya Dika kenapa trus Sisi bilang habis cerita soal Ken Dika marah gitu."
"Oalah, kirain apa. Eh si Dika kemana ?"
"Gamasuk dia hari ini Ken." Jawab Susan.
"Kenapa?"
"Gatau sih, keponakan kepala sekolah mah bebas. Hehhe." Jawab Keira.
"Tanya aja Sisi, dia teman sebangku Dika, siapa tau kabar-kabaran mereka." Pinta Susan.
"Idihh .... Kagak. Kita mana pernah kabar-kabaran. Tau sendirilah Dika modelnya gimana."
"Hahahha." Kita tertawa berempat.
****
"Billyard ?"
"Iya, yuk masuk." Ken menggandeng tanganku masuk ke dalam tempat billyard. Kuikuti ajakan Ken ketempat billyard meskipun aku tidak suka billyard. Dan juga jujur ini baru pertama kali aku masuk ketempat seperti ini. Jangan bilang aku katrok plis. Karena memang aku tidak sehits dan segaul Keira dan Susan. Keluar malam aja aku jarang. Kalo pulang sekolah malam sering. Tapi kalo keluar malam gak pernah. Bisa ya dibedakan. Tapi malamnya juga yang gak larut. Paling jam 6 maghrib sampai rumah. Jangan bilang jam 6 itu sore. Karena kenyatannya matahari udah ilang. Kalo ilang berarti kan gelap, kalo gelap berarti malam. Udah titik.
"Mau minum apa ?" Tanya Ken begitu kami sampai di salah satu meja yang tidak terlalu jauh dari meja billyard.
"Bebas deh."
"Jus mau ?"
"Mau."
"Bentar ya ?"
Ken pergi memesan minuman. Kuamati sekeliling. Baru kali ini selama 17 tahun akhirnya aku tau tempat billyard. Dari ujung timur sampai barat banyak sekali meja billyard berjejer-jejer. Dan semua mejanya full, tidak ada yang kosong satupun. Ruangannya tidak berAC, sehingga udara begitu panas, ditambah lagi bau asap rokok dimana-mana, sedikit bikin sesek nafas.
Aku duduk di cafe di depan ruangan billyard. Disini aku bisa melihat dengan leluasa orang-orang bermain billyard karena pembatas kami hanyalah sebuah kaca.
Disudut ruangan, aku melihat sosok yang kukenal. Aku berjalan mendekat ke arahnya, dia bersama dengan beberapa teman-temannya yang memiliki penampilan seperti dirinya. Aku mencoba meyakinkan diriku kalau itu bukanlah orang yang kukenal, tapi semakin dekat, aku semakin yakin kalo aku tidak salah orang.
"Dika ?"
****
"Kamu ngapain disini Si ?" Tanya Dika menghampiri.
"Kamu yang ngapain disini Dik ? Tadi gak sekolah juga, ternyata bolos disini ?"
"Bukan urusan kamu."
"Urusankulah, kita kan temen sebangku."
"Cuma sebangku. Sekarang jawab, kamu ngapain disini ? Sama siapa?"
"Gue!" Ken tiba-tiba saja muncul dari belakang dan langsung menjawab pertanyaan yang Dika lontarkan padaku.
"Lo ngapain bawa Sisi kesini?"
"Emang kenapa ? Ada yang salah ?"
"Kalian berdua ini kenapa sih ? Tiap ketemu ribut mulu ? Ada masalah apa sih kalian ?"
"Kenapa emang Dik kalau gue ajak Sisi kesini ? Lo ga suka ? Takut kalo Sisi tau siapa kita ?"
"Si, pulang sama aku yuk." Ajak Dika sambil menarik tanganku.
"Sisi datang sama gue, jadi gue yang akan antar dia pulang." Cegah Ken.
"Jangan pernah sekalipun lo sentuh Sisi." Tunjuk Dika pada wajah Ken.
"Kenapa ? Dia bukan siapa-siapa lo kan ?"
Dika menatap tajam penuh amarah pada Ken. Dia kemudian menarikku paksa dan mengajak aku keluar dari tempat bilyard ini.
***
"Gak usah deh pergi-pergi sama Ken!"
"Dih, kenapa ?"
"Ken itu bukan temen yang baik."
"Menurutmu. Nyatanya dia baik sama aku."
"Itu karena dia punya maksud tertentu sama kamu."
"Apa emang ?"
"Ya adalah. Pokoknya nurut aja sama aku."
"Ogah. Ken itu baik, ga ada alasan buat aku ya untuk ngejauhin Ken."
"Dia bukan temen yang baik Si, percaya sama aku."
"Sebenarnya ada masalah apa sih kalian ini ?"
"Belum waktunya aku cerita. Tapi aku janji suatu saat aku pasti cerita."
"Yaudah, berarti suatu saat juga yaa aku ngejauhin Ken, kalau udah ada alasan yang jelas."
"Kamu tuh ........ "
"Apa ? Mau ngapain ? Mau mukul aku kaya kamu mukul Ken ?"
Dika tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya menatapku, tajam. Setelah itu dia pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun untukku.
"Aneh!"