CHAPTER 7

1074 Kata
Aril menatap Rasya yang duduk diam di ujung ruangannya. Perempuan itu sama sekali tak mengajaknya berbicara dan malah asyik mengerjakan pekerjaannya. Aril tak bisa tenang melihatnya. Ia ingin Rasya menatapnya. Ia ingin berbicara kepada Rasya. Tapi perempuan itu benar-benar mengabaikannya. “Sya..” Panggil Aril. Rasya menatapnya. “Kenapa?” “Gimana pekerjaanmu?” Tanya Aril basa-basi. “Lancar.” Jawab Rasya cuek. Ia langsung mengerjakan kembali tugasnya. Aril menatapnya kesal. Kenapa sih perempuan di depannya hobi membuatnya naik darah. Aril mengambil nafas. Ia harus bersabar. Tapi ketika akan membuka mulutnya, pintu ruangannya sudah terbuka. Menampilkan Darrell disana. Jelas Rasya yang melihatnya kaget. Tak hanya Rasya, Aril juga demikian. Kenapa Darrell tiba-tiba mengunjunginya. “Lo ngapain Rel?” Tanya Aril. Darrell melirik ke arah Rasya, setelah itu ia melihat ke arah Aril. “Masuk!” Suruh Darrell. Tak lama seseorang muncul. Rasya tak mengenalnya. Lain halnya dengan Aril. Ia mengenal laki-laki itu. Libra adik dari Darrell. “Titip bocah ini sebentar. Gue ada meeting!” Kata Darrell. “What??” Kaget Aril. “Lo bilang aja ada masalah sama desain game terbaru itu. Suruh dia perbaikin sampe gue balik kesini jemput orang ini.” Aril mendesah. Jika bukan karena Darrell ia akan menolak. Darrell langsung berpamitan pergi. Tapi tepat di depan Rasya. “Kau kerja disini sekarang?” Tegur Darrell. Rasya menganguk. Aril menatap mereka berdua. Ia benar-benar penasaran. Apa hubungan Rasya dan Darrell, kenapa Darrell repot-repot bertanya seperti itu kepada Rasya. Padahal laki-laki itu sebelumnya sangat cuek dengan perempuan. “Makasih buat bantuannya.” Ucap Rasya tulus. “Bilang aja ke Mira.” Kata Darrell yang langsung pergi. Rasya menatapnya bingung. Bilang ke Mira?? Jadi maksudnya Darrell tak akan membantunya jika bukan sahabatnya itu yang meminta bantuannya. Aril berniat bertanya kepada Rasya. Tapi ia urungkan. Ia lebih fokus kepada adiknya Darrell. Libra tak mengerti bahasa Indonesia. Jadi ia mengatakan seperti yang diminta Darrell tadi. Libra menurut. Ia memeriksa pekerjaannya. Setelah memastikan Libra duduk di depan mejanya. Aril mendekati Rasya. “Sejak kapan dekat sama Darrell?” “Bapak nggak ada hak buat ngurusin hidup saya!” Balas Rasya ketus. “Sejak kapan dekat sama Darrell?” Rasya diam. Ia tak memperdulikan Aril. Aril menghela nafas. “Aku kan sudah minta maaf...” Kata Aril. Rasya langsung menatap Aril tajam. “Sampai mati gue nggak bakal maafin lo!” “Sya..” Rasya menahan nafasnya marah. “Kalau kamu mau aku tanggung jawab. Aku bakal tanggung jawab kok. Aku bakal nikahin kamu!” Kata Aril mantap. Brakk... Aril dan Libra langsung menatap ke arah Rasya yang menggebrak mejanya kuat. “Gue nggak butuh!!” Kata Rasya yang langsung berjalan keluar. Aril menatap kepergian Rasya. Ia tau Rasya marah karena ia mengatainya p*****r dan sebangsanya. Tapi jika boleh jujur Aril tak sengaja. Waktu itu ia hanya marah karena terlalu menyukai Rasya yang tak peka dengan keadaannya. ***❤*** Rasya bersiap pulang tapi, ketika akan pulang Aril menariknya membawanya masuk kedalam mobilnya. Rasya memberontak dan menolaknya. Tapi Aril lebih kuat. Akhirnya mau tak mau Rasya menurutinya. Sepanjang jalan Aril berusaha mengajak Rasya berbicara tapi sama sekali tak berhasil Rasya tak mau berbicara denganya. Akhirnya mereka berdua diam sepanjang perjalanan sampai di sebuah tempat. Rasya sebenarnya takut dengan Aril yang membawanya ke tempat sepi yang tak ia ketahui. Aril menggenggam tangan Rasya. Rasya menampiknya kasar. Ia lebih memilih berjalan menaiki tangga di depannya duluan. Sampai di atas tangga Rasya terpengarah melihat pemandangan indah di depannya. Ada sebuah meja dan sepasang kursi di samping kokam renang. Tak lupa karpet merah yang sudah terpasang indah di depan jalannya menuju meja makan romantis itu. Jika sekarang Rasya sedang makan malam dengan orang yang di cintainya. Rasya pasti akan memeluknya dan mengatakannya romantis. Tapi sayangnya yang mengajaknya ada Aril. Laki-laki b******k yang menghancurkan hidupnya. Rasya menatap kolam renang tersebut. Ada lilin di atas kolam renang dengan bertuliskan Sorry Rasya. “Aku bener-bener minta maaf.” Kata Aril yang kini sudah berdiri di sampingnya. “Aku tau ucapanku keterlaluan. Kamu bisa maki-maki aku balik di depan orang-orang kalau kamu mau.” Tambahnya. Aril benar-benar menyesal. Aril mendekati Rasya dan memakaikan kalung yang di belinya kemaren. “Kamu cantik saat ini!” Kata Aril ketika melihat kalung itu terpasang indah di leher Rasya. Aril benar-benar suka melihatnya. Rasya mengalihkan pandangannya. Ia langsung berlari menuruni tangga dan pergi. Aril membuat hidupnya menderita. Ia tak boleh luluh hanya karena ini. Aril terkejut. Ia berusaha mengejarnya. Tapi ketika melihat Rasya naik taxi. Aril mendess. “Apa yang harus aku lakuin Sya.. Supaya kamu maafin aku..” Tanya Aril kacau. Disisi lain.. Selesai kabur dari Aril, Rasya langsung ke rumah Mira sahabatnya karena tadi menitipkan Gabriel putranya ke Mira. Melihat putranya tertidur lelap Rasya tersenyum. Ia mengusap rambut putranya sayang dan menggendongnya membawanya pulang dengan naik bus umun. Rasya mengusap rambut Gabriel sayang. “Mommy...” Panggil Gabriel yang mulai terbangun. Rasya menatap Gabriel. “Ya sayang..” “Biel miss you Mommy.” “I miss you too sayang.” Jawab Rasya sembari mencium kening Gabriel. Gabriel memeluk Rasya dan kembali tidur. Sesampainya di rumah Rasya menidurkan Gabriel di atas tempat tidur. Setelah itu Rasya memeriksa adiknya di kamarnya. “Kamu udah minum obat?” Tanya Rasya. Keino menganguk. “Kerjaan kaka hari ini gimana?” Tanya Keino. “Lancar.” “Keino minta maaf ya kak kalau nyudahin terus..” Kata Keino. Rasya menggeleng. Keino tak membuatnya susah. “Kak... Keino mau pindah aja. Keino mau disini sama kakak, menurut kakak gimana?” Tanya Keino. “Terserah kamu. Sejujurnya kakak juga lebih suka kamu disini daripada ntar disana.” Jawab Rasya. Keino langsung memeluk kakaknya erat. Satu-satunya keluarga yang ia punya. Keino ingin selalu disisi Rasya. Rasya sendiri khawatir dengan Keino. Karena keadaan Keino akhir-akhir ini memburuk. “Kamu harus jaga kesehatan ya.” Peringat Rasya. Keino menganguk dengan tersenyum. “Nanti kalau kakak libur, kita bisa ke rumah sakit buat check up. “ Keino menganguk meskipun sebenarnya ia tak mau. Setiap pergi ke rumah sakit. Uang tabungan kakaknya akan habis. Sekarang dengan diam-diam ia bekerja membuat website untuk menambah penghasilan untuk membeli obat agar tak terlalu menyusahkan kakaknya. Jika saja ia tak berpenyakitan seperti sekarang, Setidaknya kakaknya ini akan hidup dengan mudah. Tidak akan susah seperti ini. “Good night Kak.” “Good Night No.” Jawab Rasya yang langsung keluar. Ini langsung mandi sebelum tidur. Beruntung putra kecilnya itu masih tertidu lelap dan tak rewel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN