CHAPTER 6

1055 Kata
Karena mabuk akhirnya Aril menceritakan apa yang terjadi hari ini. Ia begitu kesal karena Rasya mengabaikannya, mempermainkannya dan mempermalukannya. Padahal ia hanya ingin meminta maaf. Aril benar-benar menyesal. Ia khilaf waktu itu. Selama ini, Aril benar-benar menyesal. 5 tahun terakhir ia bahkan tak bisa makan dan tidur dengan nyenyak karena merasa bersalah. Mereka bertiga diam mendengarkan. Meskipun nggak tau apa yang telah dilakukan Aril dulu. Aril meminta maaf karena apa. Rasya marah karena apa. “Gue jadi Rasya juga bakal marah. Lo maki-maki dia! Lo ngejek dia p*****r sebangsanya di tempat umum.” Kata Lucas. Reyhan langsung melihat Lucas dan Aril bergantian. “Kapan dia ngejekin?” Tanya Reyhan penasaran. Pasalnya nggak mungkin gitu loh anak baik-baik kayak Aril seperti itu. “Dulu waktu di club. Dia mabuk. Lo sih Rell.. Balik duluan.” Kata Lucas dengan menyalahkan Darrell. Coba Darrell nggak balik dia kan jadi nggak ngurusin 2 orang mabuk. Darrell mendesah. Ia tak berkomentar. “Doi pasti benci banget sampe nggak mau ngeliat lo lagi Rill!” Kata Reyhan kali ini. “Terus gue harus gimana Rey biar dia maafin gue?” “Beliin aja barang brand.” Jawab Darrell kini. Aril langsung melihat ke arah Darrell. “Barang brand?” Darrell menganguk. “Ngaruh ya??” Tanya Reyhan. “Mira, Irenee maafin gue tuh.” Jawab Darrell. ****❤**** Karena saran Darrell waktu itu, Aril mengajak Irenee saudara kembar Darrell pergi bersama membeli barang branded seperti saran Darrell. Aril menyuruh Irenee bebas memilih hadiah apa yang harus dikasihkan kepada perempuan yang marah. “Gue lebih suka di ajakin dinner terus dikasih bunga.” Kata Irenee ketika mereka telah memasuki toko Tas ternama. “Darrell bilang kalau minta maaf nggak di terima harus di kasih barang brand.” Kata Aril kini. “Bisa sih, Gue kalo marah sama Arrell pasti di kasih kartu unlimeted terus disuruh shopping.” Jawab Irenee. “Kalau gitu lo ajakin Dinner aja terus kasih hadiah sama bunga.” “Ide bagus tuh.” setuju Aril. “Tapi, gue lebih suka di kasih perhiasan kayak permata berlian gitu daripada tas kek gini.” Kata Irenee sembari menunjukan tas yang ia pegang. “Yaudah... Kalau gitu kita ke toko perhiasan aja.” Ajak Aril kini. Irenee menganguk. Ia langsung menggandeng Aril mengajaknya ke toko perhiasan langganannya. Aril membiarkan Irenee memilih sesukanya. Tapi, ketika mengetahui perhiasan yang dipilih Irenee adalah kalung seharga 200-an juta Aril hanya mampu membuka mulutnya. “Harus semahal itu?” Tanya Aril. Irenee menganguk. “Harga barang itu menentukan setulus apa orang minta maaf.” Goda Irenee. “Dapat ilmu darimana lu?? Harga menentukan ketulusan itu?” “Nggak ikhlas nih?” Tanya Irenee dengan menunjukan kakung itu. Aril menatap kalung tersebut. Jika Rasya mengenakannya perempuan itu pasti terlihat sangat cantik. “Yaudah deh..” “Lagian lo juga nggak bakal jatuh miskin beli ginian.” Kata Irenee yang langsung menyuruh Aril membayar. “Apalah dayaku yang penjual mainan dan Coklat bukan anak orang terkaya no.2 di dunia.” Kata Aril merendah. “Eh- eh- eh-” Ejek Irenee. “Bokap lo kan punya tambang Minyak, minta aja ke bokap lo tuh, biar lo jadi penjual minyak.” Kata Irenee yang kini memilih cincin untuk ia kenakan. “Nggak mau jauh.. Gue suka disini. Jualan Coklat sama Mainan.” Jawab Aril dengan tertawa kecil. “Kata Darrell lo bikin produk Coklat baru ya? Gue udah coba.. Rasanya enak.” Puji Irenee. “Iya. Target gue sama Darrell sih pasar Eropa.” “Kerjasama bareng Darrell??” Tanya Irenee syok. Aril menganguk. “Habisnya Gue sama Darrell kan suka banget sama Coklat mangkanya gue lebih fokus kesana. Gue juga lagi bikin game baru. Adik lo tuh yang desain.” “Udah tau kalau itu. Dia sering pamer. Gara-gara itu Mere nggak jadi marah gara-gara dia sering kabur.” Jawab Irenee. “Oh ya.. Apa gue ikut bikin produk parfum ya??” Plakk.. Aril mengaduh kesakitan. Detik kemudian ia tertawa. Karena Irenee melihatnya kesal. “Lo nggak mau kerjasama bareng Sean, bikin senjata gitu? Untungnya banyak loh.” Kata Irenee. “Resikonya tinggi. Gue sih lebih minat ke dunia pertelevisian. Tapi sayang, mantan lo nggak mau.” Yah, Reyhan mantan Irenee itu pewaris stasiun televisi dan Vila untuk liburan di beberapa daerah. Tapi sahabatnya itu lebih memilih menjadi Psikiater daripada menjadi pewaris usaha orangtuanya. Irenee bangkit ia lalu membayar Cincin yang ia kenakan. “Lo bisa kan buat acara Dinner gitu?” Tanya Aril. Irenee memakai kacamatanya. “Sorry banget Rill. Nggak bisa. Lo ndadak sih. Gue ada kumpulan club kapal pesiar habis ini. Reyhan tuh. Dia beneran romantis banget dalam hal suprise gitu.” Kata Irenee. “Oke.. Makasih kalau gitu.” Kata Aril. Irenee menganguk. Akhirnya Aril menelfon Reyhan meminta tolong untuk menyiapkan dinner romantis dan damai untuknya. Aril berharap semoga dengan ini Rasya bisa memaafkannya. ****❤**** Rasya menitipkan Gabriel kepada Mira sedangkan ia pergi bekerja. “Biel harus bantu tante Mira ya... Nggak boleh nyusahin dia.” Kata Mira. “Yes Mommy.” Jawabnya. “Nanti Sore Mommy jemput Biel.” Kata Rasya yang mencium Gabriel pipi Gabriel. Gabriel mengikutinya. Ia juga mencium pipi Rasya. “I love you Mommy. Take Cale ya...” Rasya tersenyum lalu menunjukan finger heart kepada Gabriel sembari berjalan menjauhi rumah Mira. Gabriel melambaikan tangannya. Rasya langsung naik ke ojek online yang ia pesan tadi membawanya ke kantor Aril. Sesampainya, Rasya mengambil nafas dan menyiapkan mentalnya untuk bertemu laki-laki b******k itu. Rasya berjalan masuk ke dalam kantor tersebut. Ia menemui resepsionis dan Resepsionis tersebut memberikannya kartu nama. Rasya mulai berjalan masuk ke kantor menuju gedung Aril. Sedangkan Aril ia benar-benar menahan marahnya karena Rasya tak kunjung datang. Ia tak tahan lagi. Aril langsung bangkit, ia akan menui Rasya sendiri. Akan tetapi ketika keluar dari ruangan ia melihat Rasya yang sudah berdiri di depannya. Aril tersenyum. Ia langsung menahan senyumnya agar tak timbul. “Kenapa telat?” Tanya Aril. “Masih untung aku mau kesini!!” Balas Rasya. “Ruanganku mana?” Tanyanya kemudian. Aril langsung membuka pintu ruangannya. Dan menunjukan sebuah meja di pojokan. “Bukannya biasanya duduknya di luar?” “Nggak, kalau disini didalam.” Jawab Aril. Rasya langsung masuk dan duduk. Aril mengikutinya. Tak lama Aril menelfon seseorang. Ia menyuruh perempuan itu mengajari Rasya. Beruntung Rasya cepat di ajari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN