Rasya mengajak gabriel jalan-jalan pagi ini di pasar untuk membeli sayuran dan ikan. Gabriel memegang erat tangan rasya dan berjalan bersamanya.
“Mommy...” Panggil gabriel dengan mengulurkan tangannya ke atas tanda yang meminta untuk digendong karena lelah berjalan.
Rasya menghela nafas. Tapi ia tetap tersenyum dan menggendong Gabriel.
Alhasil sepanjang berbelanja ia menggendong Gabriel dengan satu tangan memegang belanjaan.
“Mommy.. Itu-” Tunjuk Gabriel ke sebuah penjual balon.
Rasya langsung melihatnya. Dan berjalan kesana.
“Mau yang mana?” Tanya Rasya sesampainya tepat di depan penjual balon.
“Itu..” Kata Gabriel dengan menunjuk balon berbentuk Hiu.
Rasya menurunkan Gabriel lalu membayar balon yang di minta putranya itu.
“Karena Mommy udah beliin Balon. Gabriel jalan sendiri ya..”
Gabriel memanguk. Ia lalu mengambil balon di tangan Rasya.
“Thank you Mommy. I love you...” Kata Gabriel dengan tersenyum sumrigah. Tak lupa ia mencium pipi Rasya.
Rasya langsung menggenggam tangannya kembali mengajaknya pulang. Baru beberapa langkah Gabriel berhenti dan melihat sesuatu. Rasya juga ikut berhenti dan melihat apa yang di lihat putranya itu.
“Biel mau itu?” Tanya Rasya dengan menunjuk buku gambar robot dan pensil warna.
“Boleh Mommy?” Tanya Gabriel dengan antusias.
“Boleh.. Ambil Gabriel mau yang mana. But just one okey..” pesan Rasya sembari mengisyaratkan angka satu dengan jari telunjuknya.
Gabriel langsung menganguk. Ia mengambil buku bergambar dan pensil warna.
Rasya langsung membayar buku yang dibawa Gabriel dan melanjutkan perjalanan pulangnya. Rasya tersenyum melihat Gabriel yang berjalan senang dengan memegang balon, buku bergambar dan pensil warnanya.
Sesampainya di rumah ia langsung memasak sedangkan Gabriel mewarnai buku bergambar yang tadi di belinya.
Selesai masak ia langsung menyuapi Gabriel. Dan menyiapkan makan untuk adiknya Keino.
“Keino.. Makan.” Panggil Rasya
“Oke..”
“Gab.. Makan dulu dong.” Kata Rasya karena Gabriel menolak disuapi Rasya ia lebih memilih mewarnai buku gambarnya. Rasya langsung mengambil buku itu. Barulah Gabriel merespon Rasya.
“Tadi mommy bilang apa? Makan dulu!”
“No Mommy!” Tolak Gabriel. Ia langsung mengambil buku tersebut dan berlari ke kamarnya. Rasya mengejarnya.
“Gabriel, makan dulu habis itu ngewarnain lagi ya?”
Gabriel menggeleng. Ia tak mau.
“A...” Kata Rasya yang akan menyuapkan sesendok makanan.
Gabriel tak peduli ia lebih memilih menunduk dan mewarnai buku bergambarnya. Rasya mendesah.
“Sayang makan dulu... A.. Buka mulutnya..” Ulang Rasya lembut.
Gabriel membuka mulutnya lalu menerima suapan dari Rasya.
****❤****
Hari ini Mira datang berkunjung ke rumah Rasya dengan membawakan beberapa kotak kue. Rasya tersenyum ia langsung membuka kotak kue tersebut.
“Gabriel sedang apa?” Tanya Mira sembari mendekati Gabriel yang sedang asik mewarnai buku bergambar.
Gabriel diam. Ia mencueki Mira. Mira tak menyerah ia berusaha mengajak Gabriel mengobrol lagi. Tapi percuma Gabriel tak meresponnya.
“Gue di cuekin.” Adu Mira ke Rasya.
Rasya tertawa kecil. “Gue aja di cuekin apalagi lo.” Balas Rasya.
“Biel mau brownis coklat nggak?” Tanya Rasya.
Gabriel langsung bangun dan berlari ke arah Rasya.
“Mau mommy.” Teriaknya.
Rasya dan Mira tertawa melihatnya. Terlebih Rasya. Posisi Coklat tetap nomor satu di hatinya.
“Plih Coklat atau Mommy?” Tanya Rasya ke Gabriel yang sekarang memakan brownies itu.
“Mommy..” Jawab Gabriel cepat. Rasya langsung mencium pipi Gabriel gemas.
“Aunty Mira apa Coklat?” Tanya Mira kali ini.
“Aunty.”
Mendengar jawaban itu Mira langsung tersenyum senang. Ia mengusap gemas rambut Gabriel.
“Gabriel lebih suka Aunty Mira ya daripada Coklat?” Tanya Rasya.
Gabriel menggeleng. Rasya dan Mira melihatnya penasaran.
“Terus kenapa?”
“Biel suka Coklat. Telus Biel choose Aunty because you always bring Coklat untuk Biel.” Jawab Gabriel polos.
Sontak Mira dan Rasya tertawa mendengar jawaban itu. Karena itu, ia lebih memilihnya dan Mira daripada Coklat. Karena dirinya dan Mira bisa memberikan Coklat itu daripada memilih Coklat secara langsung. Dasar.. Bukannya Gabriel terlalu pintar untuk anak seusianya.
“Gimana ceritanya lo bisa kerja di tempat A-”
“Jangan sebut nama itu.” Larang Rasya.
Tak lama telfon Rasya berdering. Hanya angka yang tertera. Rasya mengangkatnya.
“Kenapa nggak kerja?” Tanya suara di sebrang sana.
Rasya hafal suara ini. Aril.
“Lo kok...”
“Pergi ke kantor sekarang!! Lo udah terikat kontrak sama gue!!”
Mira bertanya siapa yang menelfon Rasya kenapa wajah perempuan itu terlihat sangat terkejut.
“Kalau lo coba-coba matiin telfon gue atau blok gue, gue bakal langsung datengin lo detik itu ke rumah lo!! Kalau pun lo pindah rumah gue bakal tau!”
Rasya melihat Gabriel yang masih asyik memakan Brownis jika sampai Aril kesini, setan itu akan bertemu dengan putranya. Dan jika Aril melihatnya. Ia akan bertanya.
“Rasya..” panggil Aril lagi.
“Apa??” Bentak Rasya.
Gabriel terlonjak mendengar Mommy-nya yang berteriak. Rasya langsung memberikan isyarat diam kepada Gabriel. Gabriel menurut ia diam. Rasya langsung berjalan menjauh.
“Lo nggak malu telfon gue kayak gini setelah apa yang lo lakuin ke gue?” Tanya Rasya.
“Sorry Rasya. Maaf.”
“Gue minta sama lo, jangan ganggu gue lagi.”
“Nggak bisa. Lebih baik kita ketemu aja. “
“Gue nggak mau ketemu sama lo!”
“Oke.. Kalau besok lo nggak ke kantor gue. Gue yang akan samperin lo!” Putus Aril yang langsung mematikan telfonnya.
Rasya menatap telfonnya marah. Ia ingin sekali membanting handphone-nya. Rasya menghela nafas. Lebih baik dia kesana daripada Aril kesini. Ia tak mau Aril bertemu dengan putranya itu.
Rasya kembali lagi ia menemui Mira.
“Gue titip Gabriel ya besok.” Kata Rasya.
Mira menganguk.
****❤****
Izinkan Aril terkejut melihat reaksi Rasya yang memakinya lalu mengetoknya dengan heels-nya. Aril pikir perempuan itu pasti benar-benar membencinya.
Aril mendesah. Ia patut di benci memang.
Tok..tok..tok....
“Pak.. Ini berkas yang harus di tanda tangani.” Kata perempuan itu dengan tersenyum menggoda. Aril langsung menandatanganinya dan berjalan keluar. Lebih baik ia menemui teman-temannya.
Aril pergi ke Apartemen Darrell sahabatnya. Laki-laki itu pasti sekarang sedang berada di Apartemennya. Aril mengemudikan mobilnya cepat. Sesampainya ia langsung membuka pintu apartemen Darrell cepat. Ia berjalan menuju bar mini tempat mereka selalu berkumpul.
Aril terpengarah melihat Darrell, Reyhan dan Lucas sedang berkumpul.
“Lo nggak kerja Cas?” Tanya Aril yang langsung menuangkan Wine.
“Gue kerja.” Jawab Lucas dengan memperlihatkan map yang kemudian diserahkan kepada Darrell. Darrell melihatnya.
Lucas bekerja di perusahaan Darrell.
“Lo Rey kok disini?” Tanya Aril.
“Irenee kan kesini. Jadi gue ya kesini.” Jawab Reyhan dengan memainkan handphone-nya.
“Lo kenapa, nggak kerja?” Tanya Reyhan balik.
“Nggak.“ Jawab Aril yang langsung menegak wine itu habis.
“Kenapa lo kelihatan kesal?” Tanya Reyhan lagi.
Aril menggeleng. Ia tak mau menceritakan apa yang baru saja terjadi. Bisa diketawain oleh teman-temannya ia.
“Lo kelihatan kayak lagi patah hati.” Tambah Reyhan.
“Sok tau!” Jawab Aril.
“Aku bukan sok tau. Tapi memang kelihatan.” Jawab Reyhan dengan memainkan handphone-nya.