Suhu tubuhnya benar naik dan Alyandra hanya berharap kalau besok keadaannya sudah membaik. Ia sudah makan dan bahkan sudah membuat teh jahe. Namun, sepertinya istirahat lebih penting. Sayangnya, ia sama sekali belum bisa menutup matanya. Gadis itu masih saja terjaga dengan perasaan yang masih tidak enak. Ia juga memilih mematikan ponselnya. Ia tidak ingin siapapun menghubunginya. Terlebih, ayahnya. Biarlah sekali saja ia merasa benar-benar melarikan diri dari semua ini. Detik demi detik terus bergulir. Bunyi gerakan jarum panjang di jam dinding pun terdengar semakin nyaring karena malam yang larut semakin terasa sunyi. Tubuh Alyandra bergetar dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. Beruntung, tangannya masih bisa berfungsi dengan baik untuk mengambil air yang sengaja ia bawa agar tid

