Dua orang itu duduk bersisian di ayunan yang bergerak dengan pelan. Tatapan mereka sama-sama terpaku pada hamparan langit malam tanpa bintang. Bulanpun hanya terlihat samar-samar di balik awan hitam. Entah sudah berapa lama mereka duduk disini, menikmati angin malam yang semakin lama semakin kencang dan menembus tulang. Keudanya sama-sama sibuk berkelana dengan pikiran mereka masing-masing. Pikiran yang berulang kali menarik mereka ke masa lalu dan juga tiba-tiba pikiran itu membawa mereka pada angan masa depan yang tidak mau mereka patahkan. Mereka sama-sama berharap, dimasa depan mereka akan diberi kehidupan yang lebih baik, cinta yang tidak akan lagi menyisakan rasa sakit, kesuksesan dalam genggaman dan berbagai ukiran manis lainnya. Namun, angan tetaplah akan menjadi angan, bisa pa
