Part 6

1149 Kata
"Aku tidak bisa dekat-dekat dengannya, bisa khilaf nanti. Tadi saja aku menciumnya dua kali." _______ Bukan Istri Idaman Bisma Ardhana "Aku tidak akan menyentuhmu, kamu bukan Istri yang aku harapkan," ucapku pada Aulia. Aku langsung keluar dari kamar, merutuki kebodohanku. Bisa khilaf kalau aku berada di dekat Aulia. Bisma, sadar. Aulia itu hanya gadis kampung. Akhirnya aku menuju kamar Kevin untuk mendinginkan tubuhku. "Kenapa, Kak?" tanya Kevin heran, karena selama ini aku tidak pernah masuk ke kamar Kevin. "Numpang mandi," jawabku. Segera aku masuk kamar mandi untuk menetralkan perasaanku. Selesai mandi, aku meminjam baju Kevin. Aku benar-benar tidak bisa jika harus berdekatan dengan Aulia. Aku ini laki-laki normal, bersama perempuan dalam satu kamar tidak akan menjamin aku tidak khilaf. Apalagi kami telah resmi menjadi suami istri. Bukankah laki-laki itu tidak butuh cinta untuk bisa melakukannya. "Ada apa sih, Kak?" tanya Kevin heran dengan kelakuanku. "Aku tidak bisa dekat-dekat dengan Aulia. Bisa khilaf kalau aku dekat dengannya, tadi saja aku menciumnya dua kali." "Hahaha … Aulia itu 'kan istri kamu, Kak. Lebih dari itu juga nggak apa-apa." "Tapi dia itu gadis kampung." "Memangnya kenapa kalau gadis kampung, dia cantik tidak norak juga." "Kamu tidak tahu sih seperti apa dia saat aku nikahi. Mengingatnya saja bikin aku illfeel." "Yang penting sekarang dia sudah berubah." "Tapi dia bukan tipeku." "Kakak hanya belum kenal saja, coba saling mengenal dulu." "Tidak, dia bukan Risa, aku ingin istri seperti Risa," ucapku. "Apanya yang istimewa dari Risa, nggak ada. Bahkan Risa kalah cantik dari Aulia." "Kamu itu mana tahu soal perempuan. Ah, sudah aku mau keluar dulu," pungkasku. Sepertinya aku harus berangkat besok ke Surabaya, mempercepat jadwal membuka showroom. Mungkin menjauhinya bisa menenangkan hatiku. Aku benar-benar tidak mau terjebak pernikahan ini. Pernikahanku dengan Aulia hanya status, suatu saat nanti aku akan menceraikannya. Kutemui ibu yang sedang menyiram tanamannya, aku akan pamit pada Ibu untuk berangkat ke Surabaya. "Bu, besok Bisma ke Surabaya," pamitku. "Aulia kamu ajak 'kan?" "Tidak, Bu. Biar Aulia disini sama Ibu, lagian kasihan dia kalau ikut." "Kamu yakin tidak mengajak Aulia?" "Iya, Bu. Aku titip Aulia ya?" pintaku. "Ya sudah kalau begitu. Kapan kamu berangkat?" "Mungkin besok setelah dzuhur." Setelah pamit pada Ibu, aku meminta Mbok Sumi mengemasi barang-barangku untuk di bawa ke Surabaya. Terlihat Aulia menuju dapur, sebenarnya dia terlihat sangat cantik. Tapi dia bukan tipeku. Setelah memastikan Aulia di dapur, segera aku menuju kamarku menyiapkan barang-barangku. Ternyata Niken yang di dalam kamarku mengemasi pakaianku. Sebenarnya aku risih melihat Niken berada di kamarku, dia terlalu pintar merayu laki-laki. Tapi aku tidak tertarik sama sekali padanya. Entah sengaja atau tidak, Niken bahkan duduk tidak sopan saat mengemasi pakaianku, padahal dia pakai rok pendek. Segera kupalingkan wajahku, aku benar-benar jijik melihatnya. Saat aku berdiri hendak keluar karena risih dengan tingkah Niken, tiba-tiba entah kenapa dia menabrakku hingga akhirnya kami seperti berpelukan. Disaat yang sama Aulia masuk ke kamar dan melihatku seperti memeluk Niken. Segera aku menjauhi Niken, bahkan dia sampai terjatuh. Aku benar-benar jijik dengan kelakuannya. Dan Aulia segera menolong Niken. Dengan jengah kutinggalkan dua perempuan kampungan itu. Sungguh seharian ini benar-benar membuatku muak. ?? Aku sudah mempersiapkan keberangkatanku ke Surabaya, entah dimana Aulia karena sejak selesai sarapan aku tidak melihatnya, ibu dan Kevin juga tidak ada. Aku menghabiskan waktuku sebelum berangkat di kamarku, kamar yang dulu membuatku nyaman tapi setelah ada Aulia aku merasa tidak aman. Hingga waktu keberangkatanku, segera kuambil kunci mobil di nakas. Aku mencari ibu untuk pamit, aku percaya ijin ibu adalah doa terbaik buat anaknya. Setelah kucari di seluruh ruangan, sepi tidak ada siapapun. Aku keluar rumah segera menuju mobil, karena jadwal penerbangan tiga puluh menit lagi. Saat aku akan masuk ke dalam mobil, terlihat mobil Kevin tiba dan berhenti tepat di sampingku. Ibu keluar dari mobil Kevin dan juga Kevin. Dan setelah itu, kulihat Aulia keluar dari mobil Kevin juga. Aku bahkan tidak berkedip melihatnya. Dia terlalu cantik. Kurasa ibu sudah membuat Aulia seperti itu. "Aulia cantik 'kan?" Pertanyaan ibu sukses membuatku salah tingkah. Aulia menunduk saat aku melihatnya tak berkedip. Bisma, sadar dia bukan Istri yang kau idamkan. Aku berusaha memperlihatkan bahwa aku tidak tertarik pada Aulia, dan segera pamit pada ibu sebelum aku salah tingkah di depan Aulia karena terpesona. "Ibu, Bisma pamit dulu. Doakan semuanya lancar," pamitku lalu kucium punggung tangan ibu. "Iya, doa ibu selalu untuk kalian. Semoga usaha kalian lancar dan berkah. Kamu tidak pamit sama istrimu?" tanya ibu. Dengan canggung kuhampiri Aulia, lalu dia menyalamiku dan mencium punggung tanganku. Ada desiran halus di hatiku. Entah kenapa pesona Aulia membuatku tak bisa berkedip melihatnya. Setelah itu aku segera masuk ke mobil karena takut ketinggalan pesawat. "Kak, yakin mau ninggalin Kak Aulia. Nggak sayang tuh," ucap Kevin sambil melongokkan kepalanya mendekatiku. "Apaan sih, sudah sana Kakak terlambat nih." Aku segera menutup kaca mobil dan segera berlalu meninggalkan mereka. Kenapa Aulia cantik sekali, bahkan bayangan wajahnya tidak bisa hilang dari pikiranku. Seandainya Aulia bukan gadis kampung, aku pasti mencintainya. ?? Setelah menempuh perjalanan satu jam, akhirnya aku sampai di Surabaya. Aku naik taksi menuju gedung yang aku beli satu tahun yang lalu. Rencana satu minggu lagi aku membuka showroom. Aku mempercayakan semua pada sahabatku Fathan, dia yang mengurus semuanya bahkan sampai merekrut karyawan. Aku benar-benar sibuk mengurus pembukaan showroom, karena aku harus mendatangkan mobil-mobil yang sudah kubeli di beberapa tempat. Butuh biaya yang besar untuk membuka showroom mobil ini, apalagi gedung ini lebih besar dari showroom yang sudah berjalan. Beberapa kali aku mendapat pesan dari Kevin, pesan yang menurutku tidak penting. Entah apa saja yang dikirimkannya, yang sempat k****a Kevin mau mengajak Aulia menjadi model di butiknya. Biarlah, aku tidak peduli dengannya. Karena aku sedang fokus dengan showroom baru ini. Karena kami benar-benar baru, jadi aku berusaha mencari pembeli. Membuat brosur, serta menawarkan dari pintu ke pintu. Satu bulan ini belum ada sama sekali mobil yang terjual, entah karena apa. Tapi ini memang masih awal, aku masih belum memahami penasaran di daerah sini. Hingga sampai berkali-kali aku mencari karyawan, akhirnya aku menemukan karyawan yang cocok denganku. Tepat tiga bulan aku di Surabaya, kurasa aku harus pulang karena showroom sudah bisa ditinggal. Aku sudah menemukan orang kepercayaan untuk membantu Fathan. Kurasa aku terlalu sibuk dengan urusanku. Fathan mengajakku jalan-jalan sebelum aku pulang besok. Kami akan menuju sebuah cafe yang lagi hits disini. Saat di jalan, aku melihat papan reklame seperti foto Aulia. Sebuah produk kecantikan menampilkan foto Aulia berpakaian minim. Segera kucari di pencarian browser dan kuketik nama produk tersebut. Benar saja, beberapa foto Aulia dengan berbagai pose untuk produk kecantikan tersebut. Aku ingat pesan dari Kevin yang aku abaikan selama ini. Kenapa aku baru sadar kalau Kevin meminta izin untuk Aulia menjadi model butiknya, dan yang terakhir Kevin meminta izin Aulia menjadi model produk kecantikan. Dan bahkan aku memberi izin. Hatiku panas melihat foto-foto Aulia seperti itu, aku tidak rela kalau tubuh Aulia dinikmati laki-laki lain. Ah, terserahlah. Aulia tetap gadis kampung yang tidak mungkin aku cintai. Biarlah dia lakukan apa saja aku tidak peduli.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN