destroyer

Orang yang seharusnya membimbingku,malah menjadi pembunuh terbesar dalam saya membangun jati diriku

Dalam persaingan yang sangat ketat,akhirnya saya bisa masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri. Apabila saya tidak masuk sekolah negeri pasti saya tidak mungkin lanjut sekolah karena orang tua saya sebenarnya tidak suka saya sekolah,Karena seorang perempuan itu yang penting bisa masak dan punya anak. Tetapi bagi saya,sekolah itu sangat penting karena dengan sekolah saya tahu banyak hal dan punya wawasan tinggi,dan saya bisa menjadi apa saja yg saya inginkan.

Di jenjang inilah saya mendapatkan pelajaran agama Kristen secara formal, melalui firman Tuhan dan kisah-kisah nyata yang di sampaikan oleh guru agama Kristen saya, saya yakin sekali mau jadi apa nanti. Saya rindu melayani Tuhan dan rindu di bekali melalui pendidikan di Theologia.

Tetapi di pelajaran lain yaitu mata pelajaran ekonomi,dunia saya runtuh sepertinya, guru ekonomi saya sering mengolok nama saya dan seluruh kelas menertawai saya karena nama saya kampungan menurut mereka. Saya tertunduk malu,sedih,kecewa,marah tapi ga tau harus berbuat apa. Saya menanyakan kepada orang tua,kenapa memberi nama kampungan seperti itu kepada saya,tetapi orang tua tidak memberi jawaban yang memuaskan. Saya menjadi tambah jengkel. saya menjadi minder dan sangat tidak percaya diri, setiap kali saya ingin menunjukkan ide-ide brilian saya, saya mengurungkan niat saya itu,Karena tertutup rasa minder yang sangat kuat. akhirnya saya menjadi murid yang biasa-biasa saja. Karena saya merasa banyak yang menolak saya makanya ketika ada yang care sama saya,saya langsung klop sama orang itu,sayang sekali orang itu karakternya tidak baik dan itu membuat saya melakukan kebiasaan - kebiasaan yg tidak baik juga. sebenarnya dari hati saya,saya menyadari bahwa yang saya lakukan itu tidak baik,tetapi rasa sakit hati akibat tindakan guru dan orang tua yang saya rasa menyakitkan itu membuat saya acuh tak acuh dan dendam