Bab 17

1187 Kata

Dari suara pagar rumah yang bergeser, ditambah dengan suara kunci pintu dari ruang tamu, Lintang sudah tahu siapa yang saat ini datang ke rumah yang saat ini ia datangi. Sebuah rumah sederhana, tempat mendiang sang ibu tinggal dahulu kala. “Sudah malam, kenapa masih di sini?” Lintang yang sedari tadi hanya meringkuk di sofa panjang depan televisi akhirnya bangkit. Ia duduk, menyandarkan tubuh pada punggung sofabed, dengan kedua kaki terjulur lurus ke lantai. Lintang menoleh pada Anwar yang masuk ke ruang tengah, kemudian duduk pada satu-satunya sofa single yang ada di sana. “Raga nyariin kamu,” sambung Anwar menjelaskan. “Apa Biya belum ketemu?” tanya Lintang mengabaikan ucapan Anwar, karena ada rasa sakit tersendiri ketika mengingat Raga. Terlebih dengan kejadian siang tadi di kantor

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN