Setelah menyerahkan botol minum tersebut, mereka harus menunggu beberapa saat sebelum hasilnya keluar. Proses lebih kompleks dari mesin miliknya yang ada di rumah.
Mereka kembali ke ruangan dan terkejut melihat situasi yang terjadi di dalam. Anggota lain sedang asyik bermain, begitu melihat Eigner datang, mereka pun langsung beranjak ke tempat duduknya masing-masing.
Sialnya, Sam ikut bermain dengan mereka. Antonio dan Jessica pun menunduk. Jhon masuk setelah Eigner. Melangkah ke arah Sam, duduk di sampingnya.
“Selamat pagi, Semua!” sapa Eigner tegas.
“Selamat pagi, Pak!” sahut mereka tanpa tawa seperti yang terdengar di awal.
“Sudah selesai bermain?” tanya Eigner.
“Maaf, Pak! Kami hanya berusaha menghibur diri dari kasus yang berat ini,” jawab Montalino.
“Kalau begitu, hasil dari tugas berat ini, apa kalian sudah mendapatkannya?" tanya Eigner.
Mereka mengangguk, mengeluarkan kertas dan laporannya masing-masing. Jhon melihat kelima orang itu saling memasang wajah serius.
"Katakan padaku, apa yang kau temukan?" tanya Eigner pada Diana.
"Saya menemukan informasi baru dari kakak korban bahwa dalam beberapa hari sebelum kejadian, Chelsea sudah diikuti seorang pria yang menyeramkan," jawab Diana.
"Chelsea menghubunginya atau mengatakannya langsung?" tanya Eigner lagi.
"Menghubunginya."
"Kapan?"
"Dia lupa tepatnya kapan, tetapi sang adik pernah mengatakan itu ketika mereka berkomunikasi."
Eigner membuka map dan menunjukkan riwayat telepon Chelsea pada mereka. "Sudah aku berikan ini pada kalian? Coba pandangi dan amati." Tatapannya tajam sekali.
Jhon menggeleng, dia baru masuk tim itu dan tidak mendapat apa pun selain informasi kemarin. Eigner memberikan satu map di bawah map lain pada Jhon. Pria itu menerimanya dengan senang.
Mereka memperhatikan riwayat telepon masuk dan keluar Chelsea. Sialnya tidak ada nama kakaknya selama dua bulan terakhir selain dari malam kejadian itu. Diana sudah memberikan informasi sesat.
"Sudah berlalu 4 hari dan kalian belum dapatkan apa pun, apa kalian tahu banyak orang yang harus tahu kasus perkembangannya?" bentak Eigner.
"Ya, Pak!" jawab mereka kecuali Jhon.
Selanjutnya Eigner meminta laporan dari anggota lainnya, dan hasil dari usaha mereka tetap sia-sia. Sampai akhirnya seseorang mengetuk pintu dan dipersilakan masuk oleh Eigner. Wanita itu datang membawa kabar dari laboratorium.
Semua orang di sana ingin sekali mengetahuinya, menunggu Eigner menyampaikannya kabar terbaru itu. Saat dia membuka dan melihatnya, pria itu menyipitkan mata, lalu melihat ke arah Jhon.
Tidak lama setelah wanita yang mengantarkan hasil itu keluar dari ruangan, Eigner mengatakan cerita dibalik penemuan hasil sidik jari tersebut.
"Jhon berhasil menemukan pria yang mirip dengan hasil visualisasi yang sudah kita lakukan semalam. Dia bekerja di salah satu toko sepatu yang berada dekat dengan tempatnya bekerja dulu. Saya acungi jempol untuk kerja kerasmu, Jhon!"
"Terima kasih, Pak! Saya hanya berusaha bekerja maksimal." Jhon membuat semua menatap sinis atas jawaban itu.
Eigner membacakan nama pria yang memiliki bekas wajah itu pada semuanya. Dia adalah Donelo, identitasnya sama seperti yang sudah dicari dengan mesin sederhana miliknya. Eigner ingin Jhon menyelidiki lebih banyak lagi tentang pria itu dan anggota lain diminta untuk mengawasi rumahnya secara bergantian selama 24 jam. Alamat langsung dituliskan oleh Eigner di papan, semua mencatatnya agar tidak salah tujuan.
Usai melakukan rapat pagi itu, Jhon langsung pergi tanpa berbicara apa pun pada mereka. Tidak mau membuat perselisihan yang bisa menyebabkan pertengkaran. Meski wajah mereka seketat karet baru, tetapi Jhon berusaha mengabaikannya.
Montalino menahannya sebentar sebelum dia keluar dari ruangan. Jhon merasakan bajunya tertarik kemudian menoleh. Montalino menyuruhnya duduk. Jhon mengikutinya saja.
"Kau jangan berlagak jadi superhero hanya karena sudah berhasil menemukan pria itu."
Ucapan pria itu membuatnya mengernyit. Anggota lain pun melirik. "Maksud anda apa?"
"Haha, kau membuat usaha kami sia-sia."
Jhon tersenyum. "Bukannya aku menjalani perintah dari Pak Sam juga pak Eigner?"
"Kenapa kau tidak memberi kabar pada kami kalau sudah menemukan orangnya?" tanya Montalino lagi.
"Apa kalian percaya padaku? bukannya kalian kesal melihat seorang anggota baru yang tidak tahu durasi cctv dihapus?" sindirnya membalikkan rasa sakit hati itu.
Ketika Sam ingin mendamaikan, Jhon sudah lebih dulu menarik diri. "Kita lakukan saja tugas masing-masing, saya hanya melakukan pekerjaan, bukan sekadar bermain."
Jhon pergi setelah pamit pada mereka semua. Antonio mengerang emosi melihat balasannya. "Gila dia berani bicara begitu, sombong sekali!"
"Menurutku ucapannya benar. Kita salah memperlakukan dia di tim ini. Sejak pertama bergabung dia tidak pernah kita ajak bekerja sama. Dia kita beri ruang sendiri tanpa kita, sementara kita semua bekerja secara serentak," ujar Sam.
"Ya, Pak, tapi dia harus ya punya sikap bekerja tim." Montalino mengeluh.
"Kita yang mengajari dia kerja sendiri. Merasa begitu tidak?" Sam kembali mengingatkan.
"Benar kata Pak Sam, Jhon sebenarnya bekerja sendiri karena kita tidak mau dia ikut dalam misi pencarian kita. Wajar saja dia marah, harusnya aku atau Diana menemani dia sejak hari pertama." Jessica menyadarinya.
Akhirnya mereka disibukkan pada sikap Jhon dan sikap mereka padanya selama ini. Penyesalan datang di pertengahan masa pencarian. Sam meminta mereka berteman dengan Jhon, Montalino tetap menolaknya. Sam menyerahkan semua penilaian pada mereka kemudian pergi.
Anggota lain pun saling bertatapan kaku. Kembali membahas orang yang sudah tinggal di alamat tadi. Mulai fokus pada pekerjaan saja.
Jhon menghubungi temannya yang ada di Markas tempatnya bekerja di tim Light. Jhon menanyakan kasus Acer yang pernah terjadi dulu. Dia bekerja di ruangan Arsip.
"Jadi, memang benar kalau pak Acer pernah memiliki kasus?"
"Ya, tapi aku tidak bisa bantu banyak. Kalau kau mau baca saja laporannya dan jangan bawa keluar dari ruangan."
"Oke, aku akan ke sana setelah bekerja nanti."
"Ya, aku tunggu. Jangan lupa bawakan aku makanan favorit yang selalu kau bawa dulu," pinta pria itu.
"Haha, baiklah, aku bawakan sekotak nanti." Jhon menyudahi panggilan itu kemudian memikirkan tentang perselisihan dia dan sahabatnya. "Apa aku harus minta maaf?"
Jhon mungkin tidak akan menyinggung masalah kasusnya, tetapi hanya mengirim pesan berisi kata permohonan maaf atas kemarahannya kemarin. Sebuah pesan telah melayang dan membuat Jhon tenang walau belum dapat balasan darinya.
Melanjutkan misi pekerjaan, Jhon sudah bergerak ke arah toko sepatu itu lagi dan meminta Wick Zain bergerak ke arah yang sama. Namun, di tengah perjalanan Rani menghubunginya dan meminta tolong melalui pesan singkat.
Jhon segera menghubunginya, panggilan itu diangkatnya tanpa menunggu waktu lama. "Rani, apa yang terjadi?"
"Ada seseorang yang mengikuti, Jhon, tolong aku."
Jhon segera berbalik arah menuju lokasi yang diberikan Rani, kabar itu juga disebar ke Wick Zain agar dia tidak sendiri menyelamatkan Rani. Meski kasus Chelsea penting, tetapi ada nyawa lain yang harus di selamatkan pula. Jhon harus segera menghampirinya di sebuah kafe.