Jhon memutuskan menghabiskan waktu sebentar sambil membuang pikiran suntuknya di sebuah bar. Melepas atributnya di mobil dan duduk santai di depan meja bar.
Segelas minuman beralkohol sedang dipandangnya. Mengingat Monica dan sesuatu yang disembunyikan darinya oleh Acer.
Kenapa dia tidak mau menyinggung masalah Komjen? Memangnya apa masalah mereka? kenapa aku tidak tahu?
Jhon dan Acer memang bersahabat belum lama. Sejak dia bergabung di tim Sky, mereka perlahan dekat dan kompak. Selalu bersama ke mana-mana. Masa lalu Acer, dia belum tahu banyak. Termasuk masalah putrinya.
“Lagi punya masalah berat?” seorang pria menghampirinya.
“Ah, kau-“ sahut Jhon mengetahui pria yang menyapanya adalah Wick Zain.
“Ya, setelah selesai bekerja, memang enak melepas penat di sini.” Wick Zain memesan minuman favoritnya dan pelayan segera menyiapkannya.
“Aku punya kabar baru.”
“Ya, apa itu?”
“Kau yakin ingin bicara di sini?” tanya Wick Zain.
“Oke, kita cari tempat, tanpa wanita! Aku sedang tidak mau berhubungan dengan siapa pun.”
Wick Zain sontak tertawa kecil. Setelah mendapat minumannya mereka berjalan dan mencari tempat aman. Sedikit menyudut agar tidak terlalu ribut dan dekat dengan panggung hiburan.
Mereka duduk, langsung disambut oleh wanita berpakaian terbuka.
“Maaf, Sayang! Kami sedang ingin berdua!” jerit Wick.
“Oh, oke!” wanita itu tampak kecewa. Namun, mereka tidak peduli.
Jhon dan Wick duduk berdampingan. belakang mereka dinding dan samping kiri adalah cermin.
Wick Zain mengeluarkan sesuatu dan menuliskan sebuah alamat di kertas.
“Tempat kerja Chelsea sebelum bekerja dengan menteri perhubungan,” bisik pria itu.
Jhon mengambilnya kemudian melihat nama tempat itu. Dia baru dari sana tadi siang, lokasi yang sama dengan tempat ditemukannya pria mirip tersangka pembunuh Chelsea.
“Kau dapat dari mana?” tanya Jhon.
“Aku mencari informasinya dan Rani juga mendapatkan info yang sama. Dia dapat dari rekan kerjanya.”
“Ya, oke aku akan coba bantu selidiki.”
“Besok aku kosong, kalau mau aku bisa temani.”
“Kau yakin?”
“Ya, kau kerja sendiri kan? Aku bisa ikut, kita bertemu di sana.”
“Baiklah, aku senang punya teman untuk sama-sama membongkar penjahatnya.” Jhon tersenyum dan meminta Wick berhenti untuk membicarakan masalah Chelsea dulu malam ini.
Wick melirik Jhon yang menatap ke sebuah pasangan mesra di beberapa kursi dekat mereka. "Kau ingin sentuhan? Aku bisa rekomendasikan salah satu dari mereka."
Jhon tersenyum, "Tidak, aku tidak ingin malam ini."
"Ya, penelitian mengatakan bahwa. Bermesraan bisa membuat hormon endorfin meningkat."
"Haha, melihat mereka saja sudah membuatku terhibur."
Wick cengengesan. "Apa kau kenal dengan salah satu polisi bernama Acer?" tanyanya.
Jhon langsung mengernyit. "Kenapa kau bertanya tentang dia?"
"Ya, aku masih punya tugas menahun yang tidak bisa kupecahkan sampai sekarang. Kasusnya macet dan hanya berakhir di meja sidang yang tidak berujung penemuan titik terang."
"Tunggu-tunggu! Kenapa kau tanya tentang itu? Apa masalah yang pernah terjadi padanya?"
Wick menarik tegas bibirnya. "Kau kenal dekat?"
Jhon harus menyembunyikan segala sesuatu yang ada di markas, tidak boleh tersiar keluar. "Ahaha, tidak! Aku hanya penasaran. Pernah bertemu dengannya sesekali."
"Ah, begitu, kukira kenal dekat. Dia pernah tersandung kasus dengan Komjen Charles Dowson."
"Oya?" Jhon malah lebih tertarik pada masalah sahabatnya sendiri yang kini sedang dimusuhinya karena ego sepihak.
"Ya, kasus terkait putrinya. Apa kau baru di bagian Intel?"
"Ya, aku masih baru, masih belum tahu apa pun."
Wick tersenyum. "Aku yakin kau pasti bisa jadi orang secerdas Acer. Dia sudah berkelana jauh dan memecahkan banyak kasus."
Jhon tersenyum tipis. "Semoga."
"Tapi, dia tidak bisa memecahkan kasus putrinya sendiri."
"Kenapa?"
"Berkasnya tiba-tiba hilang dan pengadilannya beku sampai sekarang."
"Wah, aku tertantang untuk memecahkannya kembali."
"Serius?" Wick senang sekali mendengarnya. "Aku penasaran, pelakunya belum ditemukan."
"Boleh aku membaca semua berkasmu tentang dia? Mungkin saja aku bisa membantumu."
Wick mengangguk, berjanji memberikan berkas itu ke surel khusus mereka dan akan bekerja sama dalam kasus lain. Pertemanan mereka tampaknya berjalan lancar. Dua pria yang tidak punya ide buruk di antara pertemanan itu lebih berharga dan menarik.
Sesampainya di rumah.
Ada banyak pekerjaan untuk Jhon. Memeriksa cctv yang ada di dekat rumah Chelsea, satu persatu dilihat dengan seksama dan kecepatan tertentu.
"Wah, kenapa mereka hanya mengambil cctv 24 jam sebelumnya?" decak Jhon kesal tidak menemukan apa pun kecuali peristiwa pembunuhan itu yang terlihat dari jendela rumahnya.
Pria bertubuh besar, berjubah hitam dan wajahnya tertutupi itu pun masuk kemudian membuat pemilik rumah mundur. Tidak lama kemudian seperti terjadi kegaduhan di sana dan beberapa menit kemudian pria itu menghilang dan seorang nenek mengejar sesuatu dari depan ke belakang rumahnya sendiri, tetapi tatapannya ke arah rumah Chelsea.
Apa dia saksi yang mengatakan kalau pelakunya lari dari belakang rumah? tanyanya sendiri.
Plat mobil ya terlihat samar, Jhon mencatatnya dan akan mencari alamat dengan nomor plat yang menyerupainya. Meski ragu, Jhon membuat kombinasi dari nomor yang ragu itu.
Beberapa saat kemudian.
Jhon melihat profil singkat pria yang memiliki nama Donelo Zwenburg. Wajahnya disamakan dengan hasil yang ditemui olehnya. Mirip, tetapi di layar tidak ditemukan bekas lukanya.
"Oh, apa bekas luka itu baru dia dapatkan?" Jhon akan membawa sidik jarinya dan meminta tim Light mengeceknya segera.
Keesokan harinya.
Jhon menghadap Komjen pertama kali sesuai arahan Acer. Pria itu sangat senang dan ingin segera ketua tim mendengarnya. Komjen Charles menghubungi Eigner dan memintanya datang ke ruangan.
Tanpa butuh waktu lama, pria itu muncul. "Selamat siang, Pak!"
"Selamat siang! kemari lah," sahut Komjen Charles.
Eigner melihat ada Jhon di sana. "Ada apa, Pak?"
"Lihatlah, Jhon menemukan pria yang mirip seperti tersangka di sebuah toko sepatu." Komjen memberikan hasil sidik jari sementaranya.
"Lapor, Pak! sesuai perintah, saya mengunjungi sebuah toko sepatu dan bertemu dengan pria yang punya luka sayat seperti yang Bapak tunjukkan wajahnya semalam. Untuk memastikan identitas pria itu, saya memintanya memegang botol minum milik saya kemudian menyegelnya dengan plaster bening." Jhon mencoba menjelaskan, tetapi wajah Eigner terlihat tidak senang.
Jhon menghentikan ucapannya. Komjen Charles pun bingung. "Ada apa, Jhon? kenapa kau hentikan penjelasanmu?"
"Ah, maaf." Jhon melanjutkannya dan mereka mendengarnya. Botol minum itu dipegang oleh Eigner secara hati-hati dan mereka pun pergi ke lab sekarang juga untuk melakukan identifikasi lebih lanjut.
Dalam perjalanan Eigner berbisik, "Lain kali kau datangi aku lebih dulu. Jangan langsung ke Komjen."
"Maaf, Pak!" Jhon tidak menyangka kalau dia tidak suka bila langsung menemui Komjen. Aneh sekali!