Sampai di rumah Audrey di buat bingung dengan adanya sebuah mobil yang amat sangat ia kenali terparkir rapi disana
"Ini kan mobil mamah?" Tanya Audrey
"Bi?" Teriak Audrey tak sabaran
"Bibi?"
"Ada apa nona Audrey?" Bi ijah datang dari arah belakang dengan tergopoh gopoh
"Bi, itu didepan mobil mamah ya? mamah pulang ya bi? dimana mamah bi?" Tanya Audrey tak sabaran
"Iya non ibu pulang, itu ibu ada di kamarnya." Sekejap saja Audrey sudah berlari dengan senyum lembar menghampiri sang mamah
Tok..
tok...
"Mah aku masuk ya?" Perlahan Audrey membuka pintu kamarnya dengan hati hati
Terlihat mamahnya sedang sibuk merapikan kertas kertas serta dokumen penting yang kemudian ia masukkan kedalam koper disampingnya
"Eh sayang kamu sudah pulang?" Tanya mamanya yang sama sekali tidak menatap Audrey karena sibuk memasukan kertas kertas kedalam kopernya
"Mah..mamah beneran udah pulang kan mah?" Tanya Audrey penuh harap
"Mamah cuma sebentar sayang, besok pagi mamah harus ke butik kita yang ada di Bandung." Jelas mamahnya tanpa melihat wajah putrinya yang kini sudah berkaca kaca
"Kapan mamah pulang ma?" Tanya Audrey lagi berharap mamahnya benar benar akan pulang untuk menemaninya di rumah
"Mamah gak tau Audrey...sekarang mamah lagi sibuk ngurusin rancangan mamah untuk acara fun walk nanti." Selesai dari koperny, mamahnya beralih membuka laptop merah yang ia letakkan di pangkuan mamahnya. Mamahnya bahkan sama sekali tidak tahu bahwa saat itu Audrey sedang berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah saat itu juga
"Oh kalau gitu aku ke kamar dulu aja ya mah, mau ganti baju." Pamit Audrey berjalan pelan meninggalkan kamar mamah nya
Sampai dikamarnya Audrey sudah tidak bisa lagi mengontrol hatinya. Ia terduduk di depan pintu kamar dengan air mata yang siap keluar kapan saja. Hatinya sakit, di abaikan oleh orang yang paling ia harapkan kehadirannya benar benar begitu sakit rasanya
Rasanya ada banyak sekali hal yang ingin Audrey ceritakan pada mamah nya, Audrey ingin sekali berbagi keluh kesahnya. Ia Rindu sekali melihat mamah nya itu ada di dapur, bahkan sekarang pun Audrey lupa kapan terakhir kali ia merasakan masakan mamah
Andai mamah nya tahu bahwa ia tidak butuh materi, yang ia butuhkan adalah sosok mamah. Ingin rasanya Audrey bertanya tentang pekerjaan dan dirinya yang manakah yang lebih penting bagi hidup mamah nya itu
Audrey hanya mau mamah nya pulang dalam artian sesungguhnya, Audrey mau mamah nya menemaninya sarapan disini, Audrey mau mamah nya setiap pagi membangunkannya sekolah agar Audrey tidak perlu terlambat lagi, atau paling tidak Audrey mau mamah nya sekedar meluangkan waktu yang mamah nya punya sekedar menanyakan kabarnya disini seperti apa, hanya cukup sesimple itu jika memang keinganan yang dimilikinya terlalu banyak
Yang bisa gadis itu lakukan sekarang hanya menangis, kepalanya sudah ia tenggelamkan ke dalam lipatan bantal. Audrey ingin protes, tapi rasanya sekedar protes pun tidak akan merubah apapun
Drtt..
Drtt...
Drtt...
Mendengar ponsel nya berdering gadis itu mengangkat malas ponselnya tanpa melihat siapa si pemanggil saat itu
"Halo?" Jawab Audrey dengan suara seraknya yang sebisa mungkin ia redam
"Heii Little girl..Kenapa kamu terdengar seperti habis menangis?" tanya penelpon tersebut
"Kak Ryan! Ini beneran kaka?! oh my god astaga kenapa kak Ryan baru nelponin Audrey sekarang! Kak Ryan sekarang udah sama kaya papah mamah nih malesin."
Ryan Alveno Vallen
Kakak kandung Audrey itu kini sedang menempuh pendidikannya di London. Kakaknya itu berjarak usia 5 tahun dari Audrey. Sebenarnya Kakak nya juga sering menelponnya, sering pula menanyakan bagaimana kabarnya disini, setidaknya di antara rasa kesepiannya Audrey masih punya satu orang yang sangat peduli padanya
"Maafkan kak Ryan. Kakak benar benar lagi sibuk sibuknya drey, pusing banget juga di hadapain sama semester akhir ini. Maaf baru bisa nelponin Audrey sekarang ya."
"Ihh gak asik, sekarang kak Ryan juga ikut sibuk sama seperti mamah dan papah."
"Heii gak gitu, jangan marah dong de. Gin deh gini kakak janji akan segera pulang, doain urusan kakak cepat selesai disini. Nanti pas kak Ryan udah pulang kita telusuri semua tempat yang pengen banget kamu datengin oke?"
Tersenyum lebar Audrey menghapus cepat sisa sisa air matanya tadi "Beneran?! kakak janji ya?" Suara Audrey nampak terdengar semangat sekali saat itu. Dari dulu sampai sekarang orang yang bisa mengembalikan mood nya hanya Kakak kandungnya saja, selalu
"Yeah, baby. Kalau gitu sekarang kamu tidur! Sekarang disana sudah malam kan? Kakak mau masuk kelas dulu, jangan lupa makan little girl."
"Siap kapten! Dahh kak Ryan belajar yang rajin."
Tak berselang lama gadis itu telah terlelap dengan keadaan tengkurap di atas kasurnya. Ia bahkan sama sekali tidak tahu akan keberadaan mamah nya yang tengah duduk di sampingnya
"Maafin mamah belum bisa jadi mamah yang baik buat kamu, kamu tumbuh menjadi anak yang kuat sayang." Perlahan Mamah nya mengecup kening Audrey pelan, membenarkan selimut dengan tatapan yang tertuju kepada putrinya. Wanita itu hanya berharap anak nya dapat melalui semuanya dengan baik dimanapun ia berada
***
Drtt...
Drtt..
Drtt...
Drtt..
Ponsel Audrey terus berdering tanpa henti, bahkan gadis yang tidak pernah terganggu tidurnya itu walau di serang bunyi klakson truk sekalipun kini tampak mengerang marah dalam tidurnya
"Halo?! Ini siapa sih pagi pagi kurang kerjaan banget gangguin orang tidur!" Gadis itu sama sekali tidak ingin repot repot membuka mata untuk melihat si pemanggil
"Jangan bilang lo belum bangun? " Suara berat bernada kesal dari seberang sana membuat Audrey membuka mata lebar lebar detik itu juga
Tangannya bahkan bergerak cepat melihat susunan angka di layar panggilan yang belum ia kenali itu sebelumnya "Alvin?"
"Ini udah jam setengah 8. 20 menit lagi lo belum jemput gue, gue tambah hukuman lo."
Di tempatnya Audrey tampak mengcengkram handphonennya dengan perasaan kesal "Woii santai aja..ini gue juga mau mandi lagian nih ya kalau lo-" Tut
"Kayanya tu orang harus gue buat terlambat biar hidupnya gak flat gitu."
Usai bersiap, gadis itu duduk di meja makan dengan senyum lebar. Audrey senang sekali, sebentar lagi ia akan duduk di meja makan, sarapan bersama mamah nya seperti sekarang benar benar perasaan paling membahagiakan seumur hidupnya. Audrey bahkan tidak pernah merasakan masakan senikmat yang akan ia makan bersamanya sebentar lagi
Cklek
Menoleh dengan senyumnya Audrey berdiri menyambut mamahnya yang menuruni tangga dengan langkah cepat "Mah..mamah sarapan bareng Audrey dulu sini mah."
"Maaf Audrey mamah buru buru--dan oh iya papah sudah mengirimkan uang ke rekening kamu.. mamah berangkat dulu ya sayang."
Audrey sudah tidak bisa lagi mendeskripsikan perasaannya. Ia hanya bisa terdiam dengan tangan saling meremas. Mencium tangan mamahnya sebelum pergi pun Audrey tidak sempat. Audrey ingin bilang ia rindu. Rindu sekali. Ia rindu perlindungan seorang ibu di saat ketakutan menghampirinya, ia rindu pelukan hangat di saat ia sedang begitu cemas dan gelisah
Selalu uang yang ia jumpai di setiap percakapan yang terjadi antara ia dan orang tuanya itu. Tidak bisakah mereka sekedar menanyakan bagaimana keadaannya. Audrey sudah tidak kuat lagi sekarang, air matanya terus menetes menatap kepergian mobil yang membawa mamahnya itu. Rasanya menggunakan kata kecewa sekalipun bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanya saat itu
***
"Gue didepan." Tut
Pintu penumpang di sampingnya di buka oleh cowok yang menggunakan sweater coklat. Sebelumnya cowok itu sempat protes kenapa harus Audrey yang menyetir, rasanya dari awal ia membawa mobil Audrey tidak pernah sekalipun Alvin ingin di setirkan oleh Audrey. Tapi entah apa yang terjadi gadis yang sedang membawa mobil dengan pandangan lurus yang tampak kosong itu sama sekali tidak menghiraukan protesannya
Sampai di parkiran keduanya hanya saling diam. Alvin diam sambil menatap lekat Audrey yang mencengkram erat stir mobilnya, Alvin bahkan yakin gadis itu sama sekali tidak sadar dirinya sendiri telah memarkirkan mobil di parkiran sekolah. Alvin sungguh tidak dapat menebak apa yang sedang gadis itu lamunkan sejak tadi
"Drey?" Satu kali Alvin memanggil gadis itu masih terus melamun
"Drey, kita udah sampai." Dua kali Alvin memanggil gadis itu menoleh padanya dengan pandangan kosong dan bingung, Alvin bahkan sampai harus menyentuh bahunya yang kini berhasil membuat kedua mata coklat itu mengerjap
"Oh.. udah sampai?" Gadis itu menoleh ke sekitar, melepas seatbelt dan membuka kunci mobilnya dengan gerakan yang sesekali terlihat gemetar
Hingga gadis itu keluar dari mobil Alvin masih memperhatikan gerak gerik tubuhnya. Alvin kira Audrey akan masuk ke dalam kelas mereka tapi ternyata ukannya pergi menuju kelas gadis itu malah memilih membolos pada pelajaran pertama entah sampai jam pelajaran ke berapa
Sampai di roftop sekolah Audrey langsung menghela nafas berat, matanya memejam dengan kepala yang ia sandarkan pada dinding putih belakangnya
Dalam diam ia menangis. Audrey lelah sekali berpura pura kuat di hadapan kedua orang tuanya, ia ingin kedua orang tuanya tahu Audrey butuh mereka. Ia butuh sandaran mereka untuk menguatkannya yang sungguh benar benar rapuh itu
"Drey,"
Masih memejam Audrey berusaha mengontrol kedua matanya agar tidak menetes di saat saat seperti itu
Tangan Alvin terangkat cepat menahan tangan gadis itu yang ingin menghapus air matanya "Udah jangan lo tutupi, gue udah ngeliat lo dari tadi nangis."
Dan entah bagaimana hal itu malah semakin membuat Audrey kian menangis. Sekejap saja kini Audrey tengah merasakan kedua tangan memeluknya erat, ia sempat terkejut beberapa saat hingga setelahnya kedua tangan Audrey turut membalas pelukan Alvin. Audrey butuh orang untuk membuatnya percaya semua ini akan baik baik saja
Alvin tampak tidak keberatan sama sekali dengan bajunya yang terasa basah karena air mata. Alvin hanya ingin memeluk Audrey tanya bertanya kenapa, Alvin hanya ingin Audrey kembali baik baik saja karena sungguh Alvin dapat merasakan sebuah perasaan sesak tatkala menyaksikan langsung air mata gadis itu menetes tanpa henti
Mengelus lembuat kepala Audrey Alvin berucap pelan dan lembut "Lo bisa nutupin kesedihan lo dari semua orang, tapi lo gak bisa nutupin kesedihan lo dari gue. lo bisa ngejadiin gue sebagai tempat buat lo bersandar drey."
Kurang lebih dua menit kemudian Audrey melepaskan pelukan Alvin sambil mengusap sisa sisa air matanya "Drey, rasa sedih ini pasti akan berakhir." Tangan Alvin turut mengahapus lembut air mata gadis di depannya itu
Mendongak Audrey menatap Alvin dengan tanda tanya besar "Kapan?" Tanpa Audrey sadar sesungguhnya saat itu dirinya telah membiarkan orang lain masuk kedalam hidupnya yang selama ini selalu berusaha ia tutupi
"Saat lo tahu caranya mencari bahagia lewat ikhlas dan sabar. Karena saat lo pandai melunakkan hati lo untuk bersabar dan ikhlas, tentu sedih itu tidak akan pernah menahan lo di dalam penderitaan." Jawab Alvin mengacak gemas rambut gadis itu
"Makasih Alvin dan maaf baju lo jadi basah karena gue."
"Cengeng banget sih lo." Meski nada nya kini sudah berubah sinis tak urung tangan cowok itu masih terus menghapus sisa sisa air mata di pipi gadis itu
"Gue kan juga manusia Alvin." Audrey mengercutkan bibirnya "Terus sekarang lo bolos juga?"
"Iyalah gara gara lo nih. Lain kali kalo ada apa apa jangan dibiasain bolos." Melepaskan tas yang sejak tadi masih tergantung di satu bahunya Alvin tampak menyandar dengan mata memejam "Kemaren lo udah bolos, sekarang bolos lagi. Mau jadi apa lo?"
"Bawel banget sih Alvin. Terus dari mana lo tau kalau gue ada disini?" Tanya Audrey menatap lekat cowok yang melipat tangannya di d**a masih dengan mata memajam
"Nebak.
Tiba tiba cowok itu membuka tas dan langsung mengulurkan sebuah roti ke hadapannya "Buat lo."
"Buat gue?" Tanya Audrey bingung
"Gue baru beli di kantin sebelum kesini, belum gue apa apain tenang."
"Gue gak mikir gitu!" Menyambut roti dengan setengah hati Audrey membuang wajahnya dari Alvin
Menoleh pelan Audrey menatap wajah Alvin yang kembali memejamkan matanya "Makan, jangan liatin gue." Audrey mengernyit. Sepertinya mau mata nya memejam seerat apapun mata tajam itu masih bisa menembus pandangan sekelilingnya, hebat sekali
"Ck, jangan liatin gue."
"Maaf gara gara gue sekarang lo jadi ikutan bolos."
Membuka mata Alvin menoleh ke samping menatap gadis itu dengan tangan terlipat di depan d**a "Jadi udah gak kesel lagi sama gue soal mobil itu?" Tanya Alvin tiba tiba
Menggaruk tengkuknya itu Audrey tampak berpikir "Eemm Iya dan enggak. Pokoknya kalau lo lagi gak ngeselin gue suka."
"Jadi dari tadi lo baper sama gue?" Melihat wajah Alvin yang tersenyum jahil seperti itu Audrey jadi balik kesal lagi
"Tuh kan lo ngeselin lagi!"
"Udah ayo ke kelas. Makan dulu, istirahat nih." Melangkah pelan Alvin menarik tangan Audrey yang masih sibuk menepuk nepuk rok nya yang tadi sedikit kotor
"Gak ada lembut lembutnya bgt sih jadi orang."
"Biar lo gak ngelunjak."