Part 3

1469 Kata
Mobil jazz merah milik Audrey berhenti di sebuah tempat dimana ia sering melepaskan perasaan sesaknya meski sesaat "Bang!" "Eh drey..Lo dateng? Tumben..pasti masalah yang sama lagi ya?" Tersenyum kecil Audrey mengangkat acuh bahunya Kini Audrey sedang berada ditempat balapan. Audrey tidak sering kesini, hanya kadang kadang saja bila ia sedang ingin menghilangkan penat Tidak ada yang tahu Audrey suka balapan bahkan sahabatnya pun tidak ada yang tahu. Audrey terpaksa diam, ia benar benar tidak ingin di khawatirkan--lebih tepatnya tidak ingin di kasihani, biarkan ia melampiaskan rasa sakitnya dengan caranya sendiri tanpa merepotkan orang di sekelilingnya, biarkan ia mengehentikan rasa sakitnya sendiri tanpa melukai orang lain Lagipula Audrey tidak akan macam macam.  Meski ia suka membolos, berkelahi, dan balapan. Audrey masih sadar diri, ia juga masih melakukan semua itu dalam batas wajar. Sedikit pun Audrey juga tidak ingin pergaulan sampai menyentuh rokok ataupun minuman beralkohol, senakal nakalnya Audrey ia masih bisa membedakan mana yang baik untuknya dan yang mana yang tidak baik "Hhmm biasalah bang.." Audrey tersenyum manis "Mau siapa lawannya kali ini drey?" Namanya bang Kafka, teman sekaligus orang yang telah Audrey anggap sebagai kakak "Atur aja bang. Santai gue mah.." Bang Kafka baik sekali padanya, dia adalah satu satunya orang yang tahu dan mengerti seluruh kisah hidup Audrey. Setidaknya Audrey masih bisa bersyukur meski hatinya kesepian setidaknya ia juga masih punya orang orang yang berusaha membuatnya terhibur "Yasudah siap siap lo di garis start." "Siap bang!" Mobil merah Audrey nampak tersusun di jejeran pembalap malam itu "Drey ingat meskipun lo sering menang balapan jangan pernah menganggap remeh semua lawan main lo." Bang Kafka mengingatkan Audrey. Cewek itu memang selalu menang jika soal balapan. Disana Audrey menjadi kebanggaan orang orang, kehadirannya bahkan selalu di pertanyakan kenapa cewek sehebat itu jarang terlihat disana "Oke bang,"  Dari awal Audrey menempatkan mobilnya di garis start suara teriakan dengan menyebut namanya nampak terdengar keras disana "Satu," Hitungan mulai terdengar dari suara cewek didepan mobil mereka "dua," "tiga!" Mobil Audrey melaju kencang. Sama seperti biasa gadis itu akan selalu mengalah pada lawannya sebelum garis finish terlihat. Hingga garis finish sudah terlihat sekejap saja mobil merahnya telah melaju dengan kecepatan penuh menyalip semua lawannya dengan sangat mudah Lima menit setelahnya Audrey berhasil melajukan mobilnya sampai ke garis finis. Lagi, Audrey menjadi pemenang di balapan malam itu. Sedikit banyak Audrey mulai dapat melupakan perasaaan kecewanya yang sejak tadi membelenggunya "Hebat lo drey." Bang Kafka tersenyum lebar menghampiri Audrey sambil menepuk bahu gadis itu "Nih uangnya drey," Menyodorkan sejumlah uang hasil kemenangan balapannya malam itu Audrey nampak terlihat kesal alih alih menerima dengan senang hati "Bang Kafka kan tau Audrey balapan bukan buat cari uang, mending uangnya buat Bang Kafka aja okee.." Sambil tersenyum lembut Audrey memaksa mengembalikan uang itu ke tangan Bang Kafka Gadis itu tidak pernah sekalipun ingin mengambil uang dari hasil balapannya, ia lebih memilih memberikan uang itu untuk orang yang lebih membutuhkan seperti Bang Kafka. Selain rasa terima kasihnya karena kebaikan Bang Kafka nya padanya Audrey juga ingin meringankan beban Bang Kafka selaku tulang punggung keluarga. Bang kafka hanya hidup bersama ibunya yang sedang sakit, serta adiknya yang juga masih kecil. Audrey sayang Bang Kafka, ia tulua ingin membantu keluarga Bang Kafka, selama ini Bang Kafka sudah sangat baik kepadanya jika bukan karena abangnya itu mungkin selama ini Audrey sudah salah dalam pergaulan "Tapi drey gue gak enak kalo semua uang yang lo hasilin dari balapan.. Selalu lo kasihin ke gue. Ini hak lo drey." Bang Kafka masih berusaha menolak halus "Dan sekarang hak nya Audrey ini sudah Audrey kasihin ke Bang Kafka. Udah ya bang Audrey pulang dulu...bye byr abang ganteng kuu.." Belum sempat Bang Kafka menolak Audrey sudah berlari cepat masuk ke dalam mobilnya Menghela nafas Bang Kafka menatap ading angkat nya itu penuh arti "Hati hati drey!" **** Gadis itu memasuki rumahnya yang terlihat gelap, sepertinya bi ijah sudah tidur. Jelas saja, ini sudah jam 12 lewat, mana mungkin bibi nya itu ikutan meronda di luar Tiba tiba saja lampu dapur menyala membuat langkah Audrey terhenti dan berbalik karena panggilan seseorang "Non Audrey? " panggil bi ijah memastikan Gadis itu nampak terkejut melihat bi ijah yang masih berdiri kokoh di depannya "Bibi belum tidur?" "Ya ampun non.. mana bisa bibi tidur kalau non Audrey belum pulang, non sudah makan?" "Audrey gak papa kok bi, Audrey belum lapar. Nanti kalau Audrey lapar, Audrey pasti makan kok.." Gadis itu tersenyum lembut setelahnya "Kalau non gak makan, nanti maag non kambuh lagi. Bibi gak mau non sakit lagi non," Perlahan Audrey mengangguk, rasanya tidak tega sekali Audrey melihat bi ijah terlihat sangat cemas begitu "Yaudah, tapi bibi temenin Audrey makan ya," Pintanya Bi ijah menggeleng pelan "Gak bisa non, bibi temenin aja sambil berdiri di samping non ya," "Bibi tuh udah Audrey anggap kaya ibu Audrey sendiri, kalau bibi gak mau nemenin Audrey yaudah biar Audrey gak usah makan aja sekalian." Audrey berbalik menginjak satu tangga di depannya hingga akhirnya Audrey dapat mendengar bi ijah bersedia menemaninya makan Gadis itu makan malam bersama dengan bi ijah dengan penuh celotehan dan tawa. Audrey sangat menyayangi bi ijah. Hanya bi ijah yang setiap saar setiap bersedia membantunya, bahkan sekalipun bi ijah sedang pulang kampung pun dia rela pulang hanya karena mendengar Audrey sakit Dulu ketika Audrey kecil bi ijah selalu saja menemaninya bermain, mengajarinya bersepeda, mengajaknya jalan jalan. Bahkan, dulu saat Audrey sempat berpikir kalau mungkin bi ijahlah itu mamah yang sebenarnya. Lambat laun semakin ia besar Audrey semakin paham jika bi ijah hanya pembantu rumah tangga yang ada dirumahnya, wanita itu bukan ibu yang melahirkannya Rasanya Audrey ingin protes kenapa bukan bi ijah saja ibunya, kenapa harus mamah nya yang sama sekali tidak peduli dengannya **** "Eh drey lo tau gak di sekolah kita akan kedatangan murid baru?" Rasanya Audrey baru saja lolos dari kejaran pengawas di pagi itu, belum apa apa ia sudah di sambut saja dengan suara dan teriakan heboh dari teman sebangkunya "Dan lo tau? Dia cowok drey...duh gue gak sabar deh pasti tu cowok ganteng bangetttt omegattt!!"  Keisha masih terus berteriak heboh sambil sesekali mengguncang lengan Audrey "Duh keiiiii berisik banget sih lo, gue ngantuk nih!" Rasanya Audrey ingin pindah duduk di samping Budi saja, mungkin disana lebih tenang siapa tahu nanti Audrey bisa nambah pintar duduk di samping cowok yang selalu membaca buku itu "Iishh lo mah drey gak asik...awas aja lo sampai suka sama dia, baru tau rasa lo!" "Terserah lo aja deh..udah ah berisik gue mau tidur!" Audrey memasang headset ke telinganya, kini kepalanya sudah tenggelam sempurna di dalam sweater hitam yang dari tadi ia pegang Tak lama setelahnya wali kelas mereka tampak memasuki kelas, kelas semula ribut seketika berubah senyap Terkecuali gadis yang sedang memakai headset di pojok sana sambil menelengkupkan kepalanya di meja. Gadis itu memang tampak diam dan tenang hanya saja yang di lakukannya saat itu benar benar sama saja membuatnya nampak menyerahkan diri secara cuma cuma kepada hukuman yang sudah siap bu lilis sediakan "Selamat pagi anak anak." "Pagi...bu." "Hari ini kita akan kedatangan murid baru...ibu sangat berharap kalian bisa berteman dengan baik." Jelas ibu lilis "Silahkan masuk nak," Sekejap saja kelas yang semula hening berubah ribut dengan bisikan dan teriakan para cewek yang menatap langsung cowok itu "Masya allah pacar gue woyy itu!" "Duh tadi kan cowok gue bilangnya pamit ke ruang kepsek kok disini," "Mas Mas munduran dikit gantengnya kelewatan" Keisha benar benar sudah tidak sadar lagi ia ada dimana, rasanya seolah dunia nya hanya tertuju pada cowok tersebut. Bukan lebay, selama hampir 3 tahun ia satu kelas dengan orang yang sama akhitnya Keisha bisa melihat juga pemandangan super indah itu "Drey! Drey! k*****t lo harus lihat, wahh gila ini sih pangeran gue.." Keisha tak henti mengguncang da membangunkan Audrey dengan berbagai cara. Dari mulai menarik narik bajunya, menarik narik kunciran Audrey sampai menepuk nepuk lengannya sudah Keisha lakukan "Duhh dreyy bangun cepetann...lo harus lihat murid barunya ganteng banget dreyy!!" Keisha terus mengguncang tubuh Audrey dengan heboh, selain karena cowok itu tapi juga karena ada bu lilis. Matilah Audrey kalau sampai ketahuan tidur di jam sekolah "Perkenalkan diri kamu nak," "Dihh apaan tu guru ngomongnya lembut banget. Drey drey iiihhh bangunn ogebb!" "Nama saya Alvin julian addison saya murid pindahan dari London. Salam kenal." Alvin mengangguk singkat dengan raut datarnya "Anak anak ibu harap kalian semua bisa berteman dengan baik kepada Alvin. Yasudah nak Alvin kamu duduk di-" ucapan Bu lilis terpotong tatkala secara tidak sengaja matanya bertemu dengan Audrey yang sedang tertidur disana "AUDREYY!! BANGUN KAMU!!" Berjalan cepat menghampiri Audrey bu lilis menatap murka pada muridnya satu itu. Entah dengan cara apalagi guru disana membuat Audrey bisa berkelakuan bakk Mampus lo drey Keisha meringis dan tersenyum canggung memperhatikan wajah bu lilis di samping mejanya Sedang yang dipanggil mengangkat kepalanya perlahan, tangannya mengucek mata, merenggengkan otot sebelum sebuah tarikan pada kupingnya membuatnya benar benar terjaga "Aduh duhh bu! Aduhh kuping saya ntar putus bu astaga!" "Kamu ini tidak ada kapok kapoknya buat masalah terus, tidak malu apa sama murid baru yang ada dikelas kita!" "Oh ya, dan kamu nak silahkan duduk di belakang Audrey dan Keisha." Bu lilis berucap pelan menyuruh murid baru yang bernama Alvin itu duduk di belakang Audrey Deg Mampus gue!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN