Bab 4-PCAM

1093 Kata
Bab 4-PCAM “Baru pulang Ra?” tanya Serna. “Iya ma,” sahut Vera sembari mencium tangan Vera. Serna melihati Vera yang terlihat lesu tidak seperti biasanya dan seketika dahi Serna mengereyit, biasanya sehabis pulang dari nonton Vera biasa saja tidak lesu seperti ini. “Kamu sakit?” “Enggak, cuman kecapean aja. Aku masuk ke dalam kamar dulu ya,” ucap Vera sembari berjalan masuk ke dalam kamar. Sesampainya di kamar Vera membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia membuka handphonenya dan matanya membelalak saat mendapati berita yang sedang trending saat ini. “Rizal Armantra di tolak cintanya oleh Vera Anastasya,” gumam Vera sembari membaca artikel berita. Kepala Vera menggeleng pelan, “Bener-bener gadis sok jual mahal, padahal Rizal paket lengkap tapi di tolak,” ucap Vera saat membaca komentar netizen yang maha benar. Membaca komentar netizen, nafas Vera memburu ia sangat kesal. Ternyata mereka tidak mempermalukan Rizal tetapi menghujat Vera. “Kenapa mereka jadi hujat gua sih.” Vera menaruh handphone lalu beranjak untuk tidur, semoga berita itu tidak sampai terdengar oleh telinga Mamanya atau teman-temannya tetapi pasti semua teman kampus Vera sudah mengetahuinya. Daripada pusing lebih baik Vera pergi untuk tidur saja, besok pasti Vera akan di hujat oleh teman-temannya. ….. Keesokan harinya, Vera sudah siap untuk pergi ke kampus. Vera sudah siap untuk mendengar hujatan teman-temannya nanti saat di kampus. Vera mulai menjalann sepedahnya dan berjalan pergi berangkat ke kampus, saat berada di kampus seketika semua teman-temannya menatap Vera dengan sinis padahal Vera sudah tersenyum ramah. “Mereka kenapa sih,” gumam Vera. “Hay bestie,” ucap Rahel sembari berjalan menghampiri Vera bersama dengan Tiara. Wajah mereka langsung berubah saat melihat tatapan sinis teman-temannya, sementara Vera sama sekali tidak marah. Karena Vera paham jika mereka pasti marah karena idola mereka telah di permalukan oleh Vera. “Apaan sih liat-liat, pergi sana!” pekik Rahel. Rahel yang orang emosian, tentu sangat tidak suka melihat Vera di tatapi seperti itu. Rahel membawa Vera pergi ke dalam kelas. Ternyata di dalam kelas terdapat teman-teman Rizal, Vera berjalan menunduk ia tidak berani menatap Rizal. “Hay Vera,” sapa Rizal. Tentu saja Vera sedikit terkejut mendengarnya, ia menatap Rizal yang tersenyum ke arah sama sekali tidak terlihat marah atau benci kepada Vera. Seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. “Sepertinya kita harus pergi dari sini deh,” ucap Anton. Yang lainya mengangguk, tetapi Rizal menyangkalnya. “Tidak, kalian tetap disini biar aku dan Vera yang pergi dari sini,” ucap Rizal sembari menggenggam tangan Vera dan pergi dari sana. Vera terikut-ikut saja, Rizal membawa Vera pergi ke taman kampus. Di sana tidak terlalu banyak orang. “Loe mau bicara apa?” tanya Vera. “Kamu pasti mengira jika aku marah sama kamu kan? Aku sama sekali tidak marah sama kamu Ra, buat apa aku marah. Gak ada gunanya juga.” Mendengar itu Vera sedikit merasa lega, ternyata Rizal adalah laki-laki yang baik dan tidak pendendam. “Aku minta maaf ya.” “Kok loe minta maaf?” tanya Vera. Tentu saja Vera sama sekali tidak mengerti kenapa Rizal meminta maaf, padahal Rizal sama sekali tidak salah. “Maafkan aku, karena aku telah mengungkapkan perasaan ku di tempat dan waktu yang salah. Seharusnya aku tidak terburu-buru mengungkapkan perasaanku,” ucap Rizal. “Jadi karena itu, tidak masalah zal. Gua kagum sama loe karena loe berani ngungkapin perasaan loe di tempat terbuka seperti kemarin,” puji Vera. Rizal tersenyum, Rizal memegang kedua tangan Vera. Seketika jantung Vera berdetak tidak karuan entah kenapa saat Rizal mengungkapkan perasaannya kepada Vera, Vera jadi mudah deg-degan saat dekat dengan Rizal. “Aku sudah tau sebelum kamu mengatakannya jika kamu di larang pacaran, aku cinta sama kamu Ra. Aku ingin kamu jadi pacarku, kita bisa jalin hubungan kita secara diam-diam,” ucap Rizal dengan tatapan memohon. Tetap saja tidak bisa, Vera menggelengkan kepalanya pelan. Jika Vera menjalin hubungan dengan Rizal, sama saja jika Vera harus berbohong kepada mamanya. Tentu saja Vera tidak mau karena dari dulu Vera tidak pernah membohongi mamanya. “Gua gak bisa,” ucap Vera. “Bisa Vera, pasti bisa aku yakin itu! Aku cinta banget sama kamu Vera, bahkan aku sama sekali tidak tau seberapa dalam perasaan ku padamu.” Vera menundukkan perasaan, Vera memang mengerti perasaan Rizal kepadanya. Begitu tulus, Rizal memang pasangan yang baik. “Kamu bisa memikirannya dulu, aku akan memberikan kamu waktu untuk berfikir dan menjawab. Pastikan kau mengambil keputusan yang benar!” “Okey, gua akan pikirkan semuanya secara mateng. Sekarang kita masuk ke kelas, sepertinya kelas akan segera di mulai,” ucap Vera. Rizal masih duduk di kursi, sementara Vera berjalan masuk ke dalam kelas terlebih dahulu. Saat Vera duduk. Tiara dan Rahel langsung menghampiri Vera. “Loe sama Rizal ngobrol apaan?” tanya Tiara. Bukannya menjawab, Vera hanya terkekeh melihat wajah Tiara dan Rahel yang terlihat sangat penasaran. “Kok malah ketawa si,” ucap Rahel sembari cemberut. “Kepo deh kalian, udah sana kembali ke tempat! Lihat tuh dosen dah masuk.” Akhirnya Tiara dan Rahel kembali ke tempat mereka, kelas telah di mulai. ….. Sekarang Vera sudah berada di rumah, ia sedang asyik membaca novel sembari mendengar lagu kesukaannya. Tok tok tok Terdengar suara Tiara mengetuk pintu rumah Vera, mereka masih penasaran dari saat di kampus untuk itu saat sepulang dari kampus. Mereka langsung bergegas pergi ke rumah Vera. “Iya sebentar,” ucap Vera. Klek Pintu terbuka, Vera di buat terkejut akan kehadiran Tiara dan Rahel. Tiara dan Rahel langsung menarik tangan Vera masuk ke dalam kamar. “Mama loe gak di rumah?” “Enggak, tadi pergi. Katanya mau arisan,” sahut Vera. Rahel dan Tiara bertepuk tangan, Rahel mendudukan Vera. Mereka akan menanyakan banyak hal kepada Vera. “Kalian ngapain si kesini, kita gak ada janji apa-apa kan? “ tanya Vera. Untuk hari ini sebenarnya Vera ingin istirahat, seharian di kamar sembari membaca nove. Tetapi kedua sahabatnya malahan datang ke rumah. “Gak ada, kedatangan kita kesini karena mau nanya tentang tadi di kampus.” Seketika Vera menepuk pelan dahinya, “Jadi hanya karena itu?” tanya Vera. Tiara dan Rahel mengangguk, Vera menggelengkan kepalanya. Ia kembali menatap wajah kedua sahabatnya itu yang terlihat semakin penasaran. “Kalian mau minum?” “Enggak, nanti aja. Sekarang katakan saja apa yang terjadi tadi di kampus!” Vera kembali tersenyum, sebenarnya ia tidak ingin mengatakannya kepada siapapun. Vera ingin menanganinya sendiri. Tetapi Rahel dan Tiara terus memaksa Vera untuk mengatakannya. “Baiklah aku akan mengatakannya kepada kalian.” Seketika wajah Rahel dan Tiara langsung berubah, mereka terlihat sangat bahagia saat Vera hendak mengatakan semuanya. Bersambung……
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN