Bab 1-PCAM
Shittt
Vera turun dari sepedahnya, hari ini hari pertama Vera masuk ke kampus. Vera berjalan masuk ke dalam kampus ternyata di dalam sana sudah terdapat teman-teman Vera.
“Kalian udah dari tadi datang nya?” tanya Vera sembari berjalan mendekat.
“Iya dong bestie, udah dari tadi pagi kita nunggu disini,” sahut Rahel.
Banyak mahasiswa baru berdatangan, tidak sengaja Vera melihat dompet jatuh dari seseorang laki-laki. Segera Vera berjalan mengambil dompet itu.
“Eh, loe mau kemana?” tanya Rahel.
Vera mengambil dompet itu dan berjalan menghampiri seseorang pemilik dompet itu, saat sudah dekat Vera menepuk pelan bahu seorang itu dan seketika seseorang itu pun membalikkan tubuhnya.
“Ada apa ya?” tanya seseorang itu.
Vera memberikan dompet seseorang itu, “Tadi dompet kamu jatuh,” ucap Vera.
Kenapa tiba-tiba jantung gua berdetak kencang kek gini saat melihat matanya, darah gua berdesir kencang, apa yang sebenarnya terjadi sama gua, batin seseorang itu.
Seseorang itu terus menatap Vera lama, jantungnya berdetak tidak aman sedari tadi. Vera mengangkat alisnya, Seseorang itu pun mengambil dompet miliknya.
“Terimakasih.”
Vera menganggukkan kepalanya lalu hendak berjalan pergi tetapi tiba-tiba, Seseorang itu memegang tangan Vera.
“Kalau boleh tau nama kamu siapa? Aku Rizal,” ucap Rizal sembari mengulurkan tangannya.
“Aku Vera.”
Dengan tangan bertaut mereka menatap satu sama lain, hingga Vera melepaskan tangannya lalu pergi dari sana.
Rizal menatap punggung Vera yang semakin menjauh dengan tersenyum tipis, ia menatap tangannya sendiri.
Baru kali ini gua ngerasain kek gini, apa ini yang di namakan jatuh cinta pada pandangan pertama, batin Rizal.
“Hey bro,” ucap Anton sembari menepuk pundak Rizal.
“Apaaan?”
“Tadi gua liat loe lagi sama cewek cantik, siapa bro kenalin dong,” goda Anton.
Seketika Rizal tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya kecil, “Kepo Loe!” ucap Rizal sembari pergi dari sana.
Seluruh mahasiswa masuk ke dalam kelas, Vera dan Rahel juga masuk ke dalam. Vera tersenyum tipis ke arah Rizal.
“Cie di senyumin.”
Vera duduk di depan Rizal karena hanya itu bangku yang kosong, tentu membuat Rizal sangat bahagia.
….
Saat hendak perjalanan pulang, tiba-tiba motor Vera mati. “Aduh kenapa nih sama motor gua?” gumam Vera.
Vera pun turun dari motornya, ternyata ban nya bocor. Vera memegang kepalanya sendiri dan berkacak pinggang.
“Terus gimana gua bisa pulang kalau kayak gini.”
Tiba-tiba terdapat mobil berhenti, dan terlihat Rizal turun dari dalam mobil. Rizal berjalan mendekat ke arah Vera.
“Motor kamu kenapa?” tanya Rizal.
“Bocor,” sahut Vera.
Rizal melihat ban motor Vera, lalu kembali menatap Vera yang terlihat kebingungan.
“Terus kamu pulangnya gimana?”
“Aku juga gak tau, mana aku harus cepat pulang-pulang,” ucap Vera.
“Ya udah kamu ikut aku aja,” pinta Rizal.
Tanpa berpikir panjang Vera pun menuruti permintaan Vera, Vera pulang bersama dengan Rizal karena ia harus segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Vera hendak keluar dari mobil Rizal tetapi sebelum itu ia menatap Rizal yang tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.
“Kamu mau mampir enggak?” tanya Vera ragu-ragu.
Karena di satu sisi sebenarnya Vera sedikit takut jika nanti Mamanya akan marah kepadanya, karena pulang bersama dengan seorang laki-laki.
“Boleh,” sahut Rizal dan keluar dari dalam mobil.
Mereka berjalan masuk ke dalam rumah, banyak sekali orang yang membeli lalapan. Ternyata Mama Vera menjual lalapan.
“Vera kamu baru pulang? Mana sepedah kamu?” tanya Serna.
“Iya ma, sepedah aku tadi bocor terus aku tinggal deh.”
Seketika mata Serna membulat sempurna, Vera menggaruk kepalanya yang tidak gatal sudah pasti jika Mamanya akan memarahinya.
“Terus sepedah kamu gimana? Kenapa kamu tinggal?”
“Tenang Tante, nanti anak buahku akan mengantarkan sepedah Vera pulang ke rumah,” ucap Rizal.
Alis Serna mengerut melihat Rizal yang berdiri di sebelah Vera, ia menatap Vera dengan tatapan bertanya-tanya.
“Kenalin Ma, ini temen baruku namanya Rizal. Dia teman kampus ku,” ucap Vera sembari tersenyum memperlihatkan deretan giginya.
Rizal tersenyum dengan mengangguk pelan, sebenarnya Serna ingin tau lebih banyak tentang Rizal tetapi banyak pelanggan nya yang sedang menunggu pesanannya.
“Bu Serna cepetan donk! Suami sama anak saya udah pulang nih.”
Segera Serna pun kembali membuat lalapan dengan di bantu oleh Vera, Rizal ingin membantu juga tetapi Vera mencegahnya.
“Kamu lebih baik pulang aja deh, nanti kapan-kapan kesini lagi kalau rumahku udah gak rame,” pinta Vera,
Rizal mengangguk, ia pun pergi dari sana walaupun sebenarnya ia tidak ingin pergi dari sini, Rizal ingin lebih dekat dengan Vera.
…….
Shittt.
Mobil Rizal telah sampai di halaman rumah, Rizal langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Terlihat Bude Endar yang berjalan menghampirinya.
“Den Rizal sudah pulang? Itu Den, di kamar ada teman Den Rizal.”
“Siapa Bude?” tanya Rizal.
Karena seingat Rizal, Rizal sama sekali tidak ada janji atau apa dengan temannya.
“Den Anton,” ucap Bude Endar.
Dahi Rizal mengerut, kenapa Anton ke rumahnya ada keperluan apa Anton ke rumahnya. Rizal pun berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Saat berada di dalam kamar, benar saja Rizal mendapati Anton yang sedang bermain gitar miliknya. Saat Anton melihat kedatangan Rizal seketika Anton tersenyum lebar.
“Udah pulang habis nganterin ceweknya?”
“Apaan sih, gua sama dia belum resmi pacaran!”
Anton tersenyum lagi, “Jadi fiks, loe beneran suka sama Vera?”
Rizal mengangkat kedua alisnya, baru pertama kalinya Rizal langsung jatuh cinta saat melihat Vera pertama kalinya.
Tentu Rizal akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Vera jatuh cinta kepadanya juga.
“Kok loe bisa suka sama Vera sih?”
“Dari matanya, jujur gua baru kali ini ngerasain ini. Saat melihat Vera tuh rasanya ingin terus menatapnya,” ucap Vera dengan jujur.
“Lebay loe!”
Seperti biasa Anton dan Rizal bermain game bersama dengan menikmati makanan ringan dan minuman, mereka sudah dari kecil berteman.
“Tapi gua pikir-pikir Vera memang cantik, dia kek beda dari yang lain” ucap Anton.
“Jangan bilang loe juga suka sama dia!” ketus Rizal.
Mendengar itu, Anton langsung tertawa kecil memang benar tadi Anton sempat suka dengan Vera saat melihat senyuman Vera tetapi Rizal telah menyukainya untuk itu Anton pun membuang perasaanya kepada Vera.
“Ya enggak lah, mana mungkin gua ngerebut cewek incaran sahabat gua sendiri.”
Mereka tertawa bersama, untuk sekarang memang Rizal belum mendapatkan hati Vera bahkan Vera tidak tau jika Rizal menyukainya.
“Gua pengen tau deh tentang kehidupan Vera, pokoknya semua tentang Vera.”
“Hm, kalau loe pengan tau. Loe tinggal tanya aja sama teman deketnya Vera ya engga?”
Bener juga apa yang di katakana oleh Anton barusan, Rizal tersenyum lalu merangkul pundak Anton.
Bersambung….