Bab 2-PCAM

1110 Kata
Bab 2-PCAM Setelah seharian berjualan, akhirnya sekarang waktunya lalapan ala Vera sudah tutup, Serna meregangkan ototnya. Hari ini benar-benar jualan laris manis semuanya telah terjual habis dan pasti dapat cuan banyak. “Ma, aku mandi dulu ya,” ucap Vera sembari berjalan masuk ke dalam rumah. Badannya benar-benar sudah sangat lengket dan panas, Vera bergegas untuk mandi. Setelah selesai Vera makan malam bersama dengan Mamanya. Saat di tengah-tengah makan malam, “Sebenarnya dari tadi Mama penasaran banget sama siapa tadi teman kamu? Rizal?” Vera mengangguk, ia mulai merasakan jika Mamanya akan memarahinya. Ia menundukan wajahnya tidak berani menatap Mamanya. “Siapa dia? Kenapa dia nganterin kamu pulang? Kalian pacarana?” Seketika Vera tersendak setelah mendengar perkataan Mamanya, ia meminum segelas air dan menatap Mamanya yang menatapnya dengan tatapan tajam. “Bukan Ma, kita sama sekali tidak ada hubungan apa-apa cuman temen doang,” ucap Vera berusaha meyakinkan Mamanya tetapi dari tatapannya sepertinya Serna masih belum percaya dengan perkataan Vera. “Bener? Kalian gak ada hubungan apa-apa? Awas kalau kamu berani pacaran!” Dari dulu memang Serna telah melarang keras Vera untuk tidak pacaran, ia harus fokus dengan pendidikannya dulu. “Kamu harus menjadi orang yang sukses dulu, baru boleh pacaran sama siapapun itu terserah.” Vera hanya mengangguk, Vera sangat tau benar jika Serna ingin melihat putri satu-satunya sukses karena dari kecil Serna telah merawaat Vera sendirian tanpa ada seorang Suami. Saat Vera kecil orang tuanya telah berpisah. “Iya ma,” ucap Vera. Setelah selesai Vera masuk ke dalam kamar, membuka handphone nya. Terdapat pesan masuk di handphonenya. “No tidak di kenal, siapa dia?” gumam Vera. Vera membuka pesan itu, isi pesan itu: Save ya no ku, Rizal. “Ternyata Rizal,” gumam Vera. Keesokan harinya, saat Vera hendak berangkat ke kampus. Benar saja sepedahnya sudah terparkir di halaman rumahnya. “Ternyata apa yang di katakan oleh Rizal memang benar." …. Di kampus. Rizal datang lebih pagi, ia menghampiri Rahel yang baru saja datang. Untuk saat ini mereka belum saling kenal tetapi Rizal sudah mengetahui sedikit tentang Rahel. “Rahel,” panggil Rizal. Terlihat Rahel mengerutkan alisnya, ia sama sekali tidak mengenal seseorang yang berada di hadapannya saat ini. “Maaf, loe siapa?” tanya Rahel. “Oh iya, kenalin gua Rizal.” Rahel mengangguk, Rizal membawa Rahel pergi keluar dari kelas menuju tempat yang sedikit tidak terlalu rame. “Eh, mau kemana sih? Kenapa loe bawa gua kesini? Loe mau macam-macam sama gua?” “Enggak, tenang dulu. Santai! Gua gak bakalan ngapa-ngapain loe kok!” Rahel pun duduk di kursi yang berada di sana, sementara Rizal berdiri dengan tubuh bersender di dinding. “Gua mau tanya tentang Vera, gua denger-denger loe sahabatnya Vera kan?” “Iya bener, kenapa loe tanya-tanya tentang Vera?” “Ya gua, cuman pengen tau aja gitu loh.” Galak juga temen Vera, bisa-bisanya Vera temenan sama orang kek gini, batin Rizal. Seketika Rizal bingung hendak tanya mulai darimana dulu, apa ia harus mengatakan yang sebenarnya tentang perasaanya kepada Vera. Padahal sudah semalaman Rizal merencanakan semuanya tetapi kenapa tiba-tiba ngeblank gini, ia menatap Rahel yang terlihat sudah mulai kesal. “Cepet mau ngomong apa sih!” “Sebenernya gua suka sama Vera, dan gua bakalan miliki hati Vera.” Tentu membuat Rahel sangat terkejut mendengarnya, “Loe serius?” Rizal mengangguk, Rahel bener-bener sangat terkejut. Padahal baru sehari Rizal kenal sama Vera tetapi kenapa udah suka aja. “Ya udah, loe mau tanya apa gua bakalan jawab sebisa gua,” ucap Rahel. Rasanya Rizal telah menemukan petunjuk untuk mendapatkan hati Vera, matanya berbinar mendengar perkataan Vera. …… Beberapa menit kemudian, Rizal sudah mendapatkan banyak informasi tentang Vera tentu membuat Rizal sangat bahagia. “Tapi loe harus terus memperjuangkan perasaan loe sama Vera, hati Vera sangat dingin jadi harus sabar dan banyak berjuang. Di tambah dari dulu Vera di larang pacaran sama Mamanya.” Rizal sedikit terkejut tapi bagi Rizal itu tidak terlalu masalah, Rizal benar-benar sangat tertantang dan semakin penasaran kepada Vera. “Woy,” ucap Vera. Tentu membuat Rizal dan Rahel benar-benar sangat terkejut karena kedatangan Vera yang tiba-tiba berada di belakang Rahel, mereka saling menatap satu sama lain. Sementara Vera menatap Rahel dan Rizal secara bergantian. “Kalian pacaran ya?” “Enggak!” ucap Rahel dan Rizal bersamaan. Seketika Vera terkekeh kecil,”Beneran?” “Beneran lah, loe ngapain kesini Ra?” Karena Vera terus bertanya yang tidak-tidak, untuk itu Rahel mengalihkan pembicaraan. Jujur Rahel sangat senang mengetahui jika ada seseorang yang menyukainya secara terang-terangan walaupun Vera belum mengetahuinya. “Itu ada yang mau gua bicarain sama loe,” sahut Vera. “Ya udah, kita ngobrolnya di kelas aja yuk,” ucap Rahel sembari merangkul bahu Vera lalu berjalan pergi dari sana. Saat sudah berada lumayan jauh dari Rizal, Rahel melihat ke belakang menatap Rizal yang masih di sana dan menatapnya. Rahel mengedipkan matanya sembari tersenyum. …. Saat malam hari Rahel dan Tiara datang ke rumah Vera, ia akan membawa Vera pergi ke suatu tempat. Tok tok tok “Iya sebentar,” ucap Serna. Saat Serna membuka pintu rumahnya, terlihat Rahel dan Tiara yang berdiri di ambang pintu dengan pakaian rapi seperti hendak pergi kemana. “Kalian mau pergi? Mau kemana emangnya?” “Kita mau ke pasar malam Tante,” sahut Tiara. Serna mengangguk, lalu Vera datang dengan pakaian sangat cocok di tubuh Vera. Vera terlihat sangat cantik mala mini, bahkan Tiara sama Rahel sampai melongo melihatnya. “Loe cantik banget Ra,” ucap Rahel. Seketika Serna membalikkan tubuhnya menatap penampilan putrinya, Vera berjalan mendekat kearah mereka. “Bisa aja loe,” ucap Vera sembari terkekeh. “Tumben cantik? Mau caper sama cowok?” tanya Serna. Mendengar perkataan Mamanya seketika Vera cemberut, padahal sama sekali Vera tidak ada niat untuk caper sama cowok, ia hanya ingin berpenampilan beda dari biasanya. “Enggak lah Ma, udah aku mau berangkat,” ucap Vera sembari mencium tangan Mamanya lalu berjalan pergi keluar. “Kita pamit dulu ya Tante,” ucap Tiara sembari tersenyum. Rahel dan Tiara berjalan pergi menuju mobil Tiara, mereka akan pergi ke pasar malam dengan naik mobil Tiara. “Hati-hati di jalan ya,” ucap Serna. Sesampainya di sana mereka langsung berfoto-foto bersama, kedatangan mereka kesini ingin melihat penampilan Band Santuy, yaitu band yang vokalisnya adalah Rizal. “Udah jam berapa nih?” ucap Tiara sembari membuka handphone untuk melihat jam, dan seketika matanya membulat, “Bentar lagi Band Santuy mau mulai!” ucap Tiara. “Ayo cepetan kita cari tempat,” ucap Rahel sembari menarik tangan kedua temannya itu mendekat ke arah panggung. Sudah banyak orang-orang yang berkumpul di dekat panggung, belum ada tanda-tanda Band Santuy hendak mulai hingga terdengar suara. Bersambung…..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN