"Dari mana saja kamu Keano!! Dan kenapa jam segini baru pulang!!" geram seseorang.
Keano menoleh sejenak, dan menatap satu pria tua yang tengah menikmati rokoknya. Pria itu berjalan pelan ke ayahnya dan duduk di hadapan pria tua itu. Tatapan matanya begitu mengisyaratkan kebencian. Dia benci jika pria tua itu pulang, yang jelas hidup Keano dan juga enak saudaranya akan terancam. Dan Keano tidak akan pernah bisa menikmati hidupnya dengan tenang, kalau pria tua itu ada. Akan jauh lebih baik, jika dia pergi dari sini dan tidak akan kembali. Lagian … untuk apa juga sih, dia kembali mendadak begini di tengah misi mereka?
"Ada banyak hal yang harus Ayah lakukan di kota ini. Kamu, tau berlian Elisabeth itu sudah ada di tangan ketua mafia itu." katanya.
Sejujurnya Keano tidak tertarik dengan berlian itu. Toh, berlian itu juga tidak memiliki kekuatan apapun. Hanya, dengan berlian itu semua orang akan tunduk dengan mereka? Dasar gila!! Mungkin kalau dijual akan memiliki banyak uang, bahkan untuk bisa hidup tujuh turunan pun tidak akan habis. Tapi kan, bukan berarti dengan berlian itu semua kedudukan harus disamakan.
"Ayah, aku tidak peduli dengan semua itu. Harusnya Ayah tau, jika ada berlian itu nyawa Ayah atau kita juga akan terancam. Ingat Ayah, tempat kita bukan di sini. Dan akses bantuan untuk kita juga susah, karena tidak ada yang tau tentang kelompok kota kecuali Eropa. Jadi, tolong Ayah lupakan saja berlian Elisabeth." jelas Keano.
Mana mungkin Keano akan melupakan hal itu, dia tidak akan melupakan hal itu sedikitpun. Dia memang memiliki niat untuk merebut berlian itu, melalui ketujuh anaknya. Atau salah satu anaknya yang bisa membuat dia jatuh cinta pada anaknya, dan hal itu akan menjadi mudah untuk pria itu.
"Ya sudah … sekarang jelaskan bagaimana misimu?"
Berbicara tentang misi, yang jelas Keano kesulitan. Dia itu tidak tahu siapa wanita itu, entah wajahnya dan juga namanya. Keano sama sekali tidak tahu, dan dia juga tidak mungkin mendekati semua wanita hanya untuk mendapatkan wanita itu dan membunuhnya. Semua itu tidak segampang bayangan pria itu, dan sekarang Keano juga sudah berusaha untuk mencarinya. Entah bagaimana caranya jika saja Keano tahu wajahnya, dia akan menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
Itulah yang membuat pria itu kesulitan. Dia juga sulit ketik mencari akses anak dari musuhnya. Sedangkan sampai detik ini pria itu tidak memiliki identitas apapun tentang mereka. Bangku dari duduknya, pria itu meminta Kenal untuk istirahat. Hari ini, dia tidak menyambut pria itu dengan tepat waktu. Tapi tidak masalah, mungkin saja pria itu sedang sibuk dengan dunianya dan juga mainan barunya.
"Baiklah. Ayah juga, istirahatlah dengan cukup dan jaga diri Ayah."
Pria itu tersenyum kecil, dan mengangguk lalu dia pun meninggalkan Keano yang masih duduk di ruang tamu. Melihat pria itu menaiki tangga, Keano pun tersenyum kecil. Dia pun mengambil ponselnya dan menatap satu pesan masuk dari Andrea. Rasa ingin teriak, tapi yang jelas ini sudah malam. Tentunya pria itu berlari kecil ke arah tangga pula, untuk memasuki kamarnya yang ada di lantai atas.
Ketika memasuki kamarnya, tentu saja Keano terkejut dengan dua saudaranya yang masih begadang di kamarnya.
"Kalian ngapain ada di kamarku?" kata Keano heran.
"Apa ayah marah? Kau pulang terlambat, dan tidak menyambut kedatangan Ayah." jelas Aaron.
Keano menggeleng, tidak ada. Dia hanya bertanya tentang misi, dan kenapa Keano terlambat pulang jelas saja pria itu tidak menjelaskan apapun pada ayahnya. Selain itu dilarang, Keano juga tidak ingin membahayakan nyawa Andrea. Dia tidak ingin hidup wanita itu mirip dengan Naomi.
"Aku tau. Aku juga ketakutan ketika ayah pulang. Kau tahu, aku memiliki kekasih dan saat itu ayah datang. Apa yang harus aku lakukan, aku tidak ingin berjodoh dengan pilihan ayah." jelas Kenny.
"Ya, aku juga. Aku tidak ingin hidupku dikekang dan diminta seperti ayah. Aku memiliki kehidupan yang aku inginkan, tapi ayah tidak menginginkan keputusanku dan juga pilihanku." tambah Aaron.
Keano sendiri juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk melawan ayahnya. Kalau saja ayahnya itu tidak bermain nyawa, sudah dipastikan Keano bisa berbicara baik-baik dengan ayahnya. Sayangnya, ayahnya itu sedikit-sedikit harus angkat senjata.
"Sudah lah. Yang jelas kita harus hati-hati, dan jaga rahasia ini. Sampai kita menemukan titik terang, dimana Ayah akan menyetujui hubungan kita dengan wanita pilihan kita." jelas Keano.
"Kalau begitu, kita tidur sini ya. Sudah lama juga kita tidak tidur bersama." kata Kenny tersenyum begitu manis. Tentu saja senyum itu pasti memiliki arti yang luar biasa.
"Ya aku juga ingin tidur disini. Aku ingin mengenalkan kekasihku dengan kalian." sabtu Aaron.
"Baiklah!! Aku tau apa maksud kalian tidur di kamarku. Sekarang aku mau mandi dulu, dan jangan macam-macam, oke!!" kata Keano pasrah dan membuat dua adiknya itu mengangguk patuh.
****
Ponsel Andrea terus saja begitu sejak dua menit yang lalu. Dia pun menatap notif pesan dari Keano yang menurutnya menggelikan. Notif itu terlalu lebay, dimana Keano yang mengatakan jika dirinya sangat mencintai dan juga menginginkan Andrea. Padahal wanita itu sudah tahu betul, jika pria itu menginginkannya. Tapi Keano tidak pernah mengatakan hal se menjijikkan itu pada Andrea.
Biarkan notif itu, Andrea lebih memilih pergi ke dapur rumahnya. Rencananya kali ini gagal, karena ada Keano. Tapi tidak masalah, dia bisa menanganinya besok atau lusa. Membunuh pria itu dengan kedua tangannya sendiri.
"Mau sampai kapan kamu membunuh banyak orang, hanya karena masalah sepele!!" sahut seseorang.
Tanpa menoleh pun Andrea tahu, jika itu adalah suara Cinta. Wanita yang tak diundang yang tiba-tiba saja menginap di rumah Andrea.
"Aku bahkan merindukan kamu yang dulu." ujarnya kembali.
Menaruh gelasnya Andrea pun menatap Cinta serius. "Dia sudah mati. Jadi jangan merindukan dia lagi."
"Ea … sampai kapanpun, kamu tidak akan memiliki hidup yang tenang. Berapa nyawa yang kamu habisi? Berapa keluarga yang kau buat menderita? Bisa kamu bayangkan, bagaimana sedihnya mereka kehilangan keluarganya? Aku tidak melarangmu dendam dengan William. Tapi aku tidak suka caramu membunuh banyak orang, hanya karena sepele Andrea!! Semua masalah pasti ada jalan keluarnya!!"
Semua masalah memang ada jalan keluarnya, jika Andrea tidak boleh membunuh orang yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Sekarang Andrea meminta pada Cinta untuk menyelesaikan masalahnya. Termasuk membangkitkan Cio dan juga ibunya yang sudah tewas. Bukannya semua masalah ada jalan keluarnya?
"Ya tapi aku bukan Tuhan, Ea. Aku tahu masalah kamu itu berat. Cuman, semuanya tidak akan ada gunanya di masa mendatang." jelas Cinta kembali.
"Kalau begitu jangan bilang, masalah aku itu sepele. Aku akan membunuh siapapun yang terlibat waktu itu, entah bergerak atau tidak aku tidak peduli, Cinta!!"
Cinta memilih diam ketika Andrea pergi dari hadapannya. Dia tahu betul jika wanita itu mengalami trauma yang cukup dalam hidupnya. Kalau saja hal itu terjadi pada Cinta, mungkin dia akan melakukan hal yang sama seperti Andrea. Tapi kan Cinta yakin jika hati nurani wanita itu, masih memiliki sikap dan juga rasa empati yang besar. Dia juga tidak tega melihat apapun yang dia lakukan, dia juga kecewa dengan hidupnya dan juga masa depannya. Tapi karena dia tidak bisa keluar dari zona itu, dia menganggap semuanya sudah biasa. Tangan itu sudah dilumuri banyak darah, keluarga dan juga tangisan orang yang tak bersalah. Selama ini cinta pergi juga karena dia ingin melihat Andrea terlihat kuat. Dia ingin Andrea menjadi sosok yang kuat, yang tidak tergantung dengan Cinta. Tapi wanita itu salah besar, ketika dia pergi dia membiarkan Andrea tumbuh menjadi orang yang begitu jahat dan memiliki sisi kelam. Belum lagi Leo yang menjadikan Andrea sebagai ketua Mafia terbesar di dunia, yang dimana semua orang menginginkan nyawa wanita itu dan juga tahtanya.
Merasakan pelukan dari arah belakang, Cinta pun membalik badannya dan memeluk orang itu dan menangis sesenggukan.
"Aku tau apa yang kamu rasakan dan pikirkan. Tenanglah, aku yakin jika Andrea bisa berubah suatu hari nanti."
Dan nyatanya Cinta ingin perubahan yang instan dalam diri Andrea.
****
Perubahan di diri Andrea sangat ketara, ketika melihat Andrea yang sedang berinteraksi dengan Keano. Hal itu tak luput dari pandangan Aubrey dan juga Audy. Kedatangan pria itu sudah bisa mengembalikan senyum Andrea yang sejak dulu hilang. Senyum lepas dari wajah Andrea, yang entah sudah berapa tahun tidak pernah mereka lepas.
"Kira-kira Keano serius tidak ya dengan Andrea? Lihat deh, senyum Ea tulus banget." kata Aubrey.
Kalau masalah itu Audy juga tidak tahu, tapi yang jelas Audy berharap kalau Keano tidak akan membuat Andrea kecewa. Hidup Andrea sudah cukup menderita, jika bersama dengan Keano bisa membuat Andrea bahagia, kenapa tidak?
"Aku sih nggak mau berharap lebih. Tapi aku menaruh harapan pada Keano, jika nanti dia mampu merubah sisi buruk Andrea yang seperti ini. Yang paling penting bisa menerima Andrea dengan masa lalunya." jelas Audy.
"Tumben sekali anda pintar!! Otak cantiknya ternyata di gunung akan ya!!"
Aubrey mendengus sempurna, ingin sekali wanita itu menjitak kepala Audy kali ini yang mampu membuat dirinya kesal. Kalau saja tidak teman, sudah dipastikan Audy sudah berubah menjadi Andrea. Menikmati minuman mereka, yang ada mereka malah dikejutkan oleh sebuah ketukan di meja samping. Mereka pun menoleh kaget, ketika melihat Keano yang entah sejak kapan sudah berada di samping mereka.
"Kamu sejak kapan ada disini!! Bukannya tadi--" ucapan Audy harus terputus, ketika dia menatap meja Andre dan nyatanya wanita itu sama sekali tidak ada. "Lah Andrea dimana!!" pekiknya kembali.
"Tidak penting dia kemana. Yang terpenting jelasin sama aku, apa yang tidak dan apa yang disukai oleh Andrea." jelas Keano.
Masalahnya dia hilang aja udah paling penting bagi Audy dan juga Aubrey. Mengingat semalam mangsa yang dia ingat hilang, dan rencana yang disusun pun sudah hancur karena Kiano. Dan pria itu malah membiarkan Andrea pergi begitu saja? Memangnya dia tidak takut apa kalau Andrea bunuh orang lagi?
Audy membuka suaranya ingin mengatakan sesuatu. Tapi yang ada, Aubrey lebih dulu menendang kaki wanita itu di bawah meja. Dan mengedipkan matanya, agar tidak mengatakan apapun tentang Andrea.
Tentu saja hal itu langsung membuat Audy cemberut, dia pun mengatakan apapun yang Andrea suka selama ini. Pecinta coklat, cookies, dan juga pecinta cupcake lucu. Tapi Andrea tidak suka bunga, kalaupun suka bunga dia suka bunga daisy, selain itu Andrea tidak suka. Dia tidak begitu suka keramaian, dia suka tempat sepi yang nyaman dan mampu membuat dia tenang. Dia tidak suka orang baru, dia tidak suka bergaul dengan orang yang banyak masalah. Karena masalah hidupnya sudah berat, dan dia tidak mau menanggung masalah orang lain. Dia tidak takut pada apapun termasuk hantu, Karena Andrea tidak percaya apa itu hantu. Dia tidak suka jika ada orang yang suka sekali mengurusi hidupnya. Karena dia sendiri yang akan menentukan kemana hidupnya. Dan satu lagi, Andrea tidak suka jika membahas masa lalunya, yang menurutnya tidak penting.
Keano mengangguk kecil, dan mencatat itu di otaknya. Dia tidak boleh salah langkah untuk mendapat permintaan maafnya. Kalau dia tidak suka keramaian, berarti Keano bisa mengajak Andrea ke suatu tempat dimana hanya ada dirinya dan juga Andrea saja.
"Kalau barang, dia suka apa?" tanya Keano.
"Senjata!!" ceplos Audy cepat.
Mata Keano mendelik sempurna. "Senjata? Maksudnya gimana sih?"
Aubrey gelagapan, dia pun langsung menjelaskan pada Keano jika masalah barang Andrea itu suka cincin, gelang, kalung dan juga jam tangan. Selain itu tidak ada lagi, dan warnanya harus hitam selain hitam kadang Andrea tidak suka.
"Terus masalah senjata tadi? Andrea suka beneran sama senjata?"
"Nggak kok. Audy suka ngasal aja ngomongnya." jawab Aubrey tersenyum paksa. Tak lupa juga melemparkan tatapan tajam pada Audy yang diam saja.
"Oke. Makasih ya, informasinya." kekeh Kiano dan pergi.
Senjata? Kalau saja wanita itu suka dengan senjata sudah dipastikan Keano akan memberikan hadiah senjata terbaru yang dia miliki.
-To Be Continued-