bc

KAPTEN....I love you

book_age18+
4
IKUTI
1K
BACA
HE
fated
kickass heroine
drama
sweet
childhood crush
war
like
intro-logo
Uraian

seorang perawat muda yang ceroboh tapi berhati lembut, Finka Salafira. bekerja di rumah sakit militer. Ia sering berurusan dengan pasien tentara yang keras kepala dan sulit diatur. Salah satunya adalah Kapten Arga Pratama, seorang tentara disiplin yang baru pulang dari penugasan dan harus menjalani perawatan karena cedera.Pertemuan mereka selalu penuh dengan pertengkaran konyol, salah paham kocak, dan momen tak terduga. Finka yang bawel dan polos sering membuat Arga jengkel, sementara Arga yang dingin dan tegas justru tanpa sadar jadi sasaran olok-olok perawat satu ruangan. Lambat laun, hubungan mereka berubah: dari saling mengganggu jadi saling peduli.Namun, pekerjaan keduanya penuh risiko: Finka dengan pasien-pasien darurat yang sering membuatnya kelelahan, dan Arga dengan penugasan militernya yang bisa memisahkan mereka kapan saja.

chap-preview
Pratinjau gratis
Part 1
Ruang perawatan sore itu agak ramai. Derap sepatu tentara yang keluar masuk terdengar tegas, kontras dengan suara langkah para perawat yang lebih ringan. Di tengah kesibukan itu, Finka Salafira. berlari kecil sambil membawa baki berisi beberapa botol obat. “Ya ampun, jangan sampai jatuh, jangan sampai jatuh,” gumamnya, wajah sedikit pucat. Sayangnya, doa Finka sepertinya tidak didengar semesta. Saat ia berbelok di ujung koridor, kakinya menginjak lantai yang agak licin karena tetesan infus bocor. “Aaaa!!” jeritnya pelan, tubuhnya oleng, dan… brakkk! Botol-botol kecil di atas baki itu beterbangan seperti kembang api mini, sebagian berguling jauh hingga ke depan pintu kamar pasien. Seorang pria tinggi berseragam tentara duduk di kursi roda di depan kamar itu, menatap pemandangan tersebut dengan wajah datar. Dengan lengan kirinya yang diperban, ia memungut salah satu botol yang jatuh ke kakinya. “Vitamin C,” katanya singkat, membaca label di botol itu. Pandangannya lalu beralih ke Finka yang sibuk memunguti botol dengan wajah panik. “Jadi… saya harus percaya nyawa saya dititipkan pada perawat yang hampir membunuh saya dengan vitamin C?” Finka mendongak, mulutnya terbuka lebar. “Eh—! Bukan salah saya! Lantainya licin!” Tentara itu—Kapten Arga—hanya menaikkan sebelah alis. Tatapannya dingin, seperti sedang menilai bawahan yang gagal latihan baris-berbaris. “Kalau begitu, saya sarankan, Nona Perawat…” suaranya berat dan tenang, “…lain kali jangan berlari di rumah sakit. Bisa berbahaya. Bagi pasien. Atau mungkin, bagi reputasi Anda sendiri.” Finka menggembungkan pipinya, kesal tapi tak bisa membalas. Ia buru-buru mengumpulkan botol-botol itu, lalu berdiri dengan kikuk. “Saya… saya nggak ceroboh kok. Ini cuma kebetulan.” Arga menatapnya sejenak, lalu mendorong sendiri kursi rodanya masuk ke kamar. “Kebetulan? Mari kita lihat berapa lama kebetulan itu bertahan.” Finka melongo. Apa-apaan sih tentara satu ini? Baru juga ketemu udah nge-judge aja! Sore itu, tanpa sadar, menjadi awal dari serangkaian “perang kecil” antara seorang perawat bawel dan seorang kapten tentara yang keras kepala. Keesokan paginya, Finka kembali bertugas di ruang perawatan khusus pasien militer. Nama baru masuk di daftar pasiennya: Kapten Arga Pratama. Begitu membaca nama itu, Finka mendesah panjang. “Ya Tuhan, jangan bilang itu tentara jutek kemarin…” gumamnya sambil menggigit bibir. Dan benar saja. Saat masuk ke kamar, pria itu sedang duduk di ranjang, membolak-balik buku catatan kecil. Tubuhnya tegap, wajahnya serius, seolah sedang menyusun strategi perang, padahal hanya duduk di ruang rawat inap. “Selamat pagi, Kapten,” sapa Finka dengan suara secerah mungkin. Arga hanya melirik sekilas, lalu menutup bukunya. “Pagi.” Finka mencoba tetap profesional. Ia meletakkan nampan berisi obat di meja kecil di samping ranjang. “Ini obat pagi Anda. Tolong diminum setelah sarapan.” Arga menatap obat-obat itu dengan ekspresi… jijik. “Apa semua ini harus saya minum?” tanyanya ketus. Finka tersenyum kaku. “Iya, Pak. Semua sudah sesuai resep dokter. Ada antibiotik, ada vitamin, ada juga pereda nyeri—” “Saya tidak suka obat,” potong Arga singkat. Finka melongo. “Lho? Tapi ini demi kesembuhan Kapten—” “Obat pahit. Saya tidak suka. Luka tembak di lengan saya masih lebih bisa ditoleransi dari pada menelan pil-pil itu.” Perawat muda itu mendengus tak percaya. “Jadi Kapten lebih rela kesakitan daripada minum obat? Astaga, keras kepala sekali!” Arga menyilangkan tangan dengan wajah datar. “Tentara dilatih untuk menahan rasa sakit.” Finka menatapnya tajam. “Dan perawat dilatih untuk memastikan pasiennya tidak sok jagoan.” Hening sejenak. Mata mereka saling bertemu, seperti duel di arena koboi. Lalu Finka menarik kursi dan duduk di samping ranjang, meraih segelas air. “Baiklah, Kapten. Kalau Anda tidak mau minum obat sendiri…” senyumnya menyeringai nakal, “…saya akan menyuapi Anda.” Arga mengerutkan kening. “Apa?” Sebelum ia bisa protes, Finka dengan gesit mengambil satu tablet dan menyodorkannya ke bibir Arga. “Ayo, buka mulut. Jangan bikin saya panggil komandannya Kapten ke sini.” Arga menatapnya dengan tatapan kau-berani-sekali namun wajah Finka terlihat serius bercampur cengengesan. Akhirnya, dengan berat hati, Arga membuka mulutnya. Obat itu masuk, lalu Finka menyodorkan air. “Bagus. Ditelan. Tuh kan, nggak susah,” kata Finka puas, seperti ibu menyuapi anak balita. Arga menghela napas berat. “Nona Perawat, Anda tahu tidak, sikap Anda ini bisa digolongkan sebagai pelecehan terhadap perwira militer?” “Kalau begitu, silakan laporkan saya ke markas besar,” jawab Finka santai sambil merapikan nampannya. “Tapi sebelum itu, Kapten harus sembuh dulu. Dan untuk sembuh, Kapten harus minum obat.” Mulut Arga sedikit terangkat, hampir seperti senyum… tapi segera ia sembunyikan dengan wajah dingin. “Perawat yang berani sekali,” gumamnya lirih. Finka mendengar itu dan tersenyum kecil sambil melangkah keluar. “Lebih baik berani, dari pada punya pasien keras kepala.” Pintu tertutup. Arga terdiam sebentar, lalu menatap gelas kosong di tangannya. Untuk pertama kalinya sejak masuk rumah sakit, ia merasa ada yang bisa mengimbangi ketegasannya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.0K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.6K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.8K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook