Part 1, Erotis...
Adrian dan Fene...
Tiiing.... pintu lift terbuka.
Fene tampak bahagia menyambut kehadiran Adrian diruang TV-nya, memberikan coffe kaleng kesukaan Adrian.
Adrian menarik tangan Fene agar duduk di pangkuannya.
"Gimana kabar Veni?" tanya Fene santai sambil membukakan minuman kaleng untuk Adrian.
"Good." Adrian tersenyum menyeruput kopi dari kalengnya melalui tangan Fene.
"Hmmmm... you wanna kiss me?" tatap Fene manja.
Mata Adrian terbelalak tersedak kaget. Rasa tidak percaya atas permintaan Fene.
"Uhuuugh... uhuuuugh... You crazy?" Adrian menggendong tubuh Fene memindahkan duduk disampingnya, menarik nafas dalam.
"I want to feel what a first kiss is before our illegitimate work begins." Fene mengambil remote TV, mengganti chanel lebih hot.
Adrian tertawa terbahak-bahak, "Apa lo demam?" meraba kening Fene menggunakan punggung tangannya.
"Gue pengen nyoba kali dri, tapi gue nggak punya pacar, hikz." rundung Fene terkekeh.
Adrian speachles menelan salivanya, merasa aneh akan sikap Fene, dia menjalani hidup tanpa ada pasangan hingga usia 24 tahun. Kekeh Adrian membatin.
Adrian mengusap punggung Fene, "I will follow you once you reach the Netherlands."
"Oooooh... Kevin sudah menghubungi lo?" Fene mengalihkan pikirannya.
"Belum, mungkin besok setelah keberangkatan lo." Adrian memeluk Fene, mengusap lembut punggungnya.
Fene menarik nafas panjang, mengambil telfonnya, mencari nomor Bram, mengingatkan agar datang tepat waktu di bandara.
"Ya... nona fene, Bram disini" Sayup-sayup suara Bram dari arah sana.
"Besok, gue berangkat jam 11, jangan biarkan gue menunggu. Oke" bisik Fene manja.
Fene menutup telfonnya, meletakkan diatas meja, kembali duduk di pangkuan Adrian tapi berhadapan. Senyuman Adrian berubah seketika. "Gue normal yah Fen" Adrian gugup, menganggap Fene sedang mabuk. Jemari Fene dingin, wajah sedikit ceria.
"Lo bilang normal, dari dulu gue di hadapan lo, lo pacaran sama Veni" Fene menutup mulutnya, menyembunyikan wajah dicurug leher Adrian.
Mendengar pernyataan Fene, Adrian mengatup wajah Fene dengan kedua tangannya, "Fene, you oke?" tanya Adrian menatap curiga.
Nafas Fene menderu. Adrian tidak bisa menahan ciuman pertama Fene mendarat indah ke bibirnya, sangat lembut menggairahkan. 'Rasanya, kali ini gue diperkosa cewek' batin Adrian.
Fene liar memainkan lidahnya didalam mulut Adrian, membuat Adrian terbuai terbakar gairah.
"Fene Claire Zurk... you oke?" nafas Fene makin mendesah menciumi leher Adrian. Adrian merinding mendengar desahan Fene, Fene memaksa Adrian agar membalas perlakuannya. Adrian menangkup wajah Fene, menggendong Fene menuju kamar. Adrian terlonjak kaget melihat satu lembar tisyu masih tergeletak diatas nakas samping kasur Fene.
"Shiiiit" Adrian berlari mengambil headset dan ipod Fene menyalakan music menyumbat telinga Fene agar Fene menikmati flynya.
"Ini kerjaan Kevin" bisik Adrian kesal.
Fene berteriak-teriak memanggil nama Adrian. "Kiss me dri.... Dri... kiss me please." desahan Fene membuat Adrian menjadi salah tingkah.
Adrian mengambil telfonnya, mencari nomor Kevin. '
Angkat Vin....' Wajah Adrian menggeram.
"Yupz." sahut Kevin sedikit kaget.
"Lo racunin Fene?" sarkas Adrian.
Kevin berada didalam room tertawa lepas, "Adrian? hmmm... ya udah deh, lo temanin Fene, secara itu nomor satu dari Netherland." Kevin terkekeh menutup telfon Adrian.
Adrian membanting hpnya kesal. "Sialan tu bocah, Fene kan nggak pernah begini"
Fene terus menggeliat dihadapan Adrian, memainkan payudaranya bak penari erotis.
Fene menciumi bibir Adrian, hingga terasa kebas.
"Kenapa gue nggak dikasih sih Vin" kesal Adrian dalam hati. Adrian merasa ada yang tidak beres didalam celananya malam ini.
'Aaaaagh Fene, kamu begitu polos untuk menjadi penjahat.' batin Adrian.
"Dri... hold me now." erang Fene.
Adrian membuka baju Fene pelan, menatap tubuh telanjang sahabatnya, Fene sengaja tidak memakai bra, sangat bersih mulus.
Payudara kenyal menggemaskan, sangat pas di telapak tangan Adrian, birahi Adrian makin tidak terkontrol, saat menciumi gunung kembar Fene. Fene kembali mendesah.
Adrian menggigit pelan putting Fene, melirik wajah Fene memerah dengan mata tertutup, menikmati sentuhan Adrian.
Fene melenguh, desahan anak perawan yang gila malam ini, karena bingkisan kecil diberi Kevin siang tadi setelah meeting.
"Dri... please..." tangan Fene terus menekan kepala Adrian, rasanya Fene tidak mau menghentikan permainan Adrian pada payudaranya.
Tangan Adrian bergerak liar kebawah, nafas Adrian memburu. Perlahan membuka kedua kaki fene, menarik celana dalam yang menutupi bagian intim Fene.
Adrian terus menciumi paha Fene, terdengar erangan Fene.
"Dri... tonight is yours." bisik Fene membuka paksa baju Adrian.
"Fen.... lo nggak normal Fen." kembali Adrian memandangi geliat tubuh Fene menari-nari di hadapannya.
"Gue nggak bisa Fen." Adrian gelisah.
Fene meringis menggigit bibir bawahnya terlihat sangat sexi.
"Gue nggak kuat Fen."
Adrian meremas rambutnya sangat frustasi, dadanya bergemuruh.
Adrian duduk di tepi ranjang mendengar racauan Fene memohon agar Adrian melakukan hal itu.
Fene duduk memeluk Adrian dari belakang, mengelus lembut d**a Adrian yang bidang, memainkan putting Adrian dengan jarinya.
Adrian membalik, menatap Fene. Adrian menangkup wajah kiri Fene, melumat dalam bibir Fene sedikit kasar, Adrian masuk kedalam kegilaan Fene yang terus memohon.
Adrian memberikan rangsangan luar biasa, Fene menikamati cumbuan sahabatnya.
Pusaka Adrian sudah tiba diliang kemaluan Fene yang dimainkan Adrian dengan lidahnya sangat basah, Fene memohon agar Adrian melakukannya. "Ini yang pertama fen, ini pasti membuat lo benci sama gue, tapi gue juga nggak kuat." batin Adrian.
Adrian memasukkan pusakanya keliang Fene menembus rongga keperawanannya.
Fene menjerit menggigit bahu Adrian. Air mata Fene mengalir, menatap wajah Adrian.
"Sakit dri... perih... sakit banget." rintih Fene.
Adrian menatap wajah Fene, mengecup keningnya, melumat bibirnya, kembali memberi rangsangan sebelum menggoyangkan pusakanya didalam sana.
Dengan hati tidak karuan, posisi Adrian yang on fire diatas tubuh Fene, kembali menggerakkan pinggulnya.
"Dri... aaaaagh...I... I love you dri." desahan Fene yang serak, membuat Adrian makin b*******h mempercepat ritme goyangannya.
"Dri... uuugh... aaaagh..." Fene mengejang merasakan sesuatu saat pelepasan pertamanya.
Adrian merasakan pencapaian Fene, terus menghentakkan pinggulnya. "Oooogh... Fen... oooogh..." Adrian sampai pada puncak klimaksnya, nafas masih terengah, menyandarkan kepalanya pada bahu Fene. "I love you too sweety."
Adrian mengecup kepala Fene dalam. Merebahkan tubuhnya disamping tubuh Fene yang masih terengah.
"Huuuuufh... shiiit."
Adrian kembali duduk, menyelimutkan tubuh Fene.
Adrian mencari telfonnya, menghubungi Kevin kembali.
"Halo vin. Fene akan berangkat sama gue besok malam."
"Wooow... berita bagus itu.. oke, gue berangkat pagi, lo gue tunggu di Shanghai."
Kevin mematikan telfonnya.
Mata Adrian kembali menatap Fene masih setengah sadar, cepat Adrian mengambil s**u kotak di kulkas dapur, memberikan pada Fene, agar pengaruh obat itu hilang.
Setelah meminum beberapa gelas, Fene tertidur disamping Adrian, memeluk erat tubuh Adrian.
"Good night sweety... semoga besok lo nggak ngamuk sama gue." bisik Adrian.
Adrian mengusap pipi Fene dengan jarinya.
"Bodoh sekali kamu Fen." kesal Adrian menggeram.
"Besok pagi, pasti semua berubah."***